Badan Pusat Statistik Provinsi Bali menyebutkan, ekonomi Bali dalam dalam tiga bulan pertama (triwulan I) 2020 tumbuh negatif, yakni -1,14 persen, dibandingkan kondisi tahun lalu padat triwulan I-2019
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Tekanan terhadap sektor pariwisata di Bali yang disebabkan pandemi penyakit akibat virus korona baru (Covid-19) diyakini berdampak pada perekonomian Bali. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali menyebutkan, ekonomi Bali dalam dalam tiga bulan pertama (triwulan I) 2020 tumbuh negatif, yakni -1,14 persen, dibandingkan kondisi tahun lalu pada triwulan I-2019.
Penurunan pada sektor pariwisata diyakini berdampak terhadap lapangan usaha lainnya yang juga mengalami penurunan. Bahkan, tekanan terhadap ekonomi Bali pada triwulan I (Januari-Maret) 2020 digambarkan paling keras dan paling dalam selama empat tahun terakhir sejak 2017.
”Pertumbuhan minus ini di luar kebiasaan dan diduga sangat dipengaruhi merebaknya wabah virus korona yang memengaruhi pergerakan masyarakat secara individu ataupun secara sosial,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Selasa (5/5/2020).
Sehari sebelumnya, Senin (4/5/2020), BPS Provinsi Bali melaporkan, jumlah kedatangan wisatawan mancanegara yang langsung ke Bali pada Maret 2020 sebanyak 156.876 kunjungan. Jumlah kunjungan selama Maret 2020 itu turun sedalam 56,89 persen dibandingkan jumlah kedatangan wisman selama Februari 2020 yang tercatat sebanyak 363.937 kunjungan.
Pertumbuhan minus ini di luar kebiasaan dan diduga sangat dipengaruhi merebaknya wabah virus korona yang memengaruhi pergerakan masyarakat secara individu ataupun secara sosial.
Kondisi ini juga dipengaruhi siklus industri pariwisata Bali yang memang memasuki low season. Penurunan kunjungan wisman itu seiring penutupan sementara penerbangan langsung dari dan ke China sejak Februari 2020.
Situasi itu juga memengaruhi aktivitas pariwisata, terutama perhotelan yang mulai lesu. Tingkat hunian kamar hotel berbintang di Bali yang juga anjlok sedalam 20,57 poin, yakni dari 45,98 persen pada Februari 2020 menjadi 25,41 persen pada Maret 2020.
Penurunan yang dialami sektor pariwisata itu menyebabkan lapangan usaha lain yang terkait juga mengalami penurunan. Pandemi penyakit Covid-19 diduga berdampak besar terhadap penurunan tersebut.
Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum, misalnya mengalami pertumbuhan negatif, yakni -9,11 persen. Juga kategori transportasi dan pergudangan tumbuh negatif 6,21 persen dan kategori jasa lainnya tumbuh negatif 2,82 persen.
BPS Provinsi Bali juga mencatat sejumlah pertumbuhan yang positif di Bali, di antaranya pada kategori jasa dan kegiatan sosial, kategori jasa keuangan dan transportasi, serta kategori informasi dan komunikasi.
Menurut Adi, penggunaan pulsa dan paket data (internet) yang meningkat selama pandemi penyakit Covid-19 diperkirakan memengaruhi pertumbuhan positif di kategori informasi dan komunikasi.
Ketenagakerjaan
Dalam kesempatan itu, Adi juga menerangkan keadaan ketenagakerjaan di Bali mengacu hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2020. Secara umum, jumlah angkatan kerja di Bali pada Februari 2020 sebanyak 2.591.033 orang, atau bertambah 51.455 orang, dibandingkan Februari 2020. Adapun jumlah penganggur di Bali juga bertambah 1.065 orang.
Jumlah pekerja formal di Bali tercatat sebanyak 1.298.450 orang, atau mencapai 50,73 persen, dari total pekerja di Bali. Sedangan pekerja informal di Bali sebanyak 1.261.156 orang, atau sebesar 49,27 persen. BPS Provinsi Bali juga mencatat terjadi penurunan jumlah pekerja informal dalam setahun terakhir ini.
Secara terpisah, Kepala Dinas Ketenagakerjaan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bali Ida Bagus Ngurah Ardha mengatakan, pemerintah, mulai dari pusat sampai provinsi dan kabupaten, terus mendata dampak pandemi penyakit Covid-19 terhadap pekerja di Tanah Air, termasuk di Provinsi Bali.
Pemerintah, menurut Ardha, masih membuka pendaftaran untuk Kartu Prakerja bagi pekerja yang terdampak pandemi penyakit Covid-19. ”Pendaftarannya berlangsung sampai November,” kata Ardha kepada Kompas, Selasa.
Adapun Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan, diperkirakan terdapat 15.400 orang Bali yang menjadi pekerja migran atau anak buah kapal ke luar negeri. Ketika memberikan keterangan pers di Gedung Jayasabha, Denpasar, Senin (4/5/2020) petang, Koster menyatakan, sekitar 12.000 pekerja migran atau anak buah kapal asal Bali yang sudah pulang atau dipulangkan ke Bali sejak Maret lalu terkait dampak pandemi penyakit Covid-19.
Lebih lanjut, Ardha menambahkan, hingga saat ini, lebih dari 64.800 orang pekerja formal di Bali terdata mengalami dampak pandemi penyakit Covid-19. Lebih dari 63.000 orang adalah pekerja yang dirumahkan dan selebihnya, sekitar 1.800 orang, diputus hubungan kerja.
Ardha menyatakan, data tersebut belum final dan dinas ketenagakerjaan di seluruh Bali terus mendata. ”Kementerian sudah memberikan arahan dan penekanan agar kami di dinas di daerah terus mendata pekerja yang terdampak,” ujar Ardha.