Harga minyak mentah dunia dan kurs rupiah yang masih labil menjadi alasan pemerintah untuk tak mengubah harga BBM. Di satu sisi, permintaan BBM dalam negeri merosot cukup drastis.
Oleh
ARIS PRASETYO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memberi sinyal tidak akan menurunkan harga bahan bakar minyak kendati harga minyak mentah merosot drastis dalam tiga bulan terakhir. Alasan pemerintah adalah harga minyak mentah dunia dan kurs rupiah terhadap dollar AS masih labil.
Sejumlah anggota Komisi VII DPR mendesak pemerintah menurunkan harga BBM seiring kejatuhan harga minyak mentah dunia. Desakan itu disampaikan dalam rapat dengar pendapat antara Komisi VII DPR dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif secara daring, Senin (4/5/2020).
Selain membahas harga bahan bakar minyak (BBM), rapat tersebut juga membahas masalah pemberian insentif tarif listrik dan penurunan harga gas bumi. Pembahasan topik rapat masih terkait dampak pandemi Covid-19.
Salah satu anggota Komisi VII DPR yang mendesak agar pemerintah menurunkan harga BBM adalah Mulyanto dari Partai Keadilan Sejahtera. Ia membandingkan harga BBM di sejumlah negara di ASEAN seperti dalam pemaparan yang disampaikan Arifin. Secara umum, harga BBM Indonesia lebih mahal dibandingkan harga BBM di sejumlah negara ASEAN.
Harga minyak mentah dunia dan kurs rupiah terhadap dollar AS adalah dua faktor utama penentu harga BBM di Indonesia.
”Memang sudah ada penurunan harga BBM sebanyak dua kali pada Januari dan Februari 2020. Tetapi justru itulah saat harga minyak mentah dunia semakin rendah dibandingkan dua bulan tersebut. Logikanya adalah harga BBM harus turun,” kata Mulyanto.
Dalam paparannya, Arifin memberi sinyal bahwa pemerintah belum akan mengubah harga BBM dalam waktu dekat. Alasannya, pergerakan harga minyak mentah dunia dan kurs rupiah terhadap dollar AS masih dinamis, bahkan ada potensi harga minyak kembali melemah. Harga minyak mentah dunia dan kurs rupiah terhadap dollar AS adalah dua faktor utama penentu harga BBM di Indonesia.
”Selain itu, pemerintah masih menunggu dampak pemotongan produksi minyak mentah oleh negara OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak) dan aliansinya sebanyak 9,7 juta barel per hari yang efektif mulai 1 Mei hingga 30 Juni 2020,” kata Arifin.
Arifin menambahkan, apabila harga BBM diturunkan dan kemudian harga minyak mentah naik, akan sulit bagi pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Dalam situasi itu, yakni pelemahan harga minyak mentah dunia, badan usaha telah memberikan pemotongan harga beli BBM jenis nonsubsidi.
Dalam data yang dipaparkan pemerintah, BBM jenis pertamax RON 92 oleh Pertamina dijual Rp 9.000 per liter. Harga tersebut lebih mahal ketimbang harga di Vietnam Rp 7.146 per liter; Myanmar Rp 3.143 per liter; dan Kamboja Rp 8.203 per liter. Harga termahal untuk BBM jenis ini ada di Singapura, yaitu Rp 20.899 per liter.
Dyah Roro Esti mengusulkan agar pemerintah konsisten menerapkan kebijakan evaluasi harga BBM setiap tiga bulan.
Adapun harga BBM dengan RON 95 yang oleh Pertamina dijual Rp 9.650 per liter lebih mahal dibandingkan harga BBM sejenis di Malaysia Rp 4.299 per liter; Thailand Rp 7.933 per liter; Vietnam Rp 7.812 per liter; dan Myanmar Rp 4.506 per liter. Namun, harga RON 95 Pertamina lebih murah dari harga di Singapura, Filipina, Laos, dan Kamboja.
Evaluasi harga
Anggota Komisi VII DPR dari Partai Golkar, Dyah Roro Esti, mengusulkan agar pemerintah konsisten menerapkan kebijakan evaluasi harga BBM setiap tiga bulan. Kebijakan evaluasi harga tersebut pernah dilakukan pada 2015-2016. Dengan demikian, masyarakat akan diuntungkan dengan harga yang murah apabila harga minyak mentah dunia turun.
Sebelumnya, pengajar pada Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, berpendapat, variabel yang paling berpengaruh terhadap penghitungan harga BBM adalah harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Di tengah kemerosotan harga minyak saat ini dan pelemahan rupiah terhadap dollar AS, terjadi dampak yang saling berlawanan. Harga minyak mentah yang turun dapat menurunkan harga BBM, sebaliknya pelemahan nilai rupiah bisa menaikkan harga BBM.
”Hanya saja, secara umum masih ada ruang untuk menurunkan harga BBM. Penurunan harga BBM akan menjadi sangat rasional karena harga minyak mentah tahun 2020 diproyeksikan tetap rendah. Penurunan harga BBM bisa menjadi semacam insentif di tengah pandemi Covid-19 kendati efeknya belum tentu maksimal,” ujar Pri Agung.
Saat harga minyak mentah 63 dollar AS per barel pada Januari 2020, Pertamina menurunkan harga pertamax sebanyak dua kali dari Rp 9.850 per liter hingga menjadi Rp 9.000 per liter. Pada periode itu, nilai tukar rupiah adalah Rp 13.700 per dollar AS. Adapun harga minyak mentah sepanjang April 2020 rata-rata adalah 26 dollar AS per barel dengan posisi kurs rupiah sekitar Rp 15.800 per dollar AS.