Di tengah pelemahan harga batubara, Bukit Asam membukukan laba bersih hampir Rp 1 triliun di triwulan I-2020. Perusahaan belum akan menyesuaikan target kinerja tahun ini terkait pandemi Covid-19.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bukit Asam Tbk meraih laba bersih Rp 903,2 miliar pada triwulan I-2020 di tengah penurunan harga batubara global. Pandemi Covid-19 sejauh ini dinilai belum berdampak signifikan terhadap kinerja perusahaan. Namun, jika pandemi berkepanjangan, perusahaan akan merevisi seluruh target dan kinerja pada tahun 2020.
Dalam konferensi pers secara daring tentang kinerja triwulan I-2020, Senin (4/5/2020), di Jakarta, disebutkan, penjualan batubara Bukit Asam tercatat sebanyak 6,8 juta ton sampai akhir Maret 2020. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2019 yang tercatat 6,6 juta ton. Angkutan batubara juga naik dari 5,8 juta ton di triwulan I-2019 menjadi 6,5 juta ton di triwulan I-2020.
”Sepanjang triwulan I-2020, pendapatan usaha perusahaan mencapai Rp 5,1 triliun yang terdiri dari penjualan batubara domestik Rp 3,3 triliun dan ekspor batubara Rp 1,8 triliun, ditambah pendapatan lainnya sebesar Rp 87,2 miliar. Di tengah pelemahan harga batubara, perusahaan masih mampu membukukan laba bersih hampir Rp 1 triliun,” ujar Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin.
Apabila pandemi berkepanjangan, perusahaan bakal mengubah sejumlah target, seperti produksi dan penjualan batubara tahun ini.
Saat ditanya tentang dampak pandemi Covid-19 dan rencana perusahaan pada tahun ini, Arviyan mengatakan, apabila pandemi berakhir di Juli 2020, perusahaan tidak akan melakukan penyesuaian apa pun.
Akan tetapi, skenario terburuknya adalah apabila pandemi berkepanjangan, perusahaan bakal mengubah sejumlah target, seperti produksi dan penjualan batubara.
”Tentang skenario terburuk itu, kami masih mengkaji secara dalam berapa angka-angkanya. Semoga saja pandemi Covid-19 ini bisa berakhir di Juni atau Juli tahun ini sehingga kami tak perlu menyesuaikan rencana perusahaan,” kata Arviyan.
Sementara itu, Direktur Keuangan Bukit Asam Mega Satria menambahkan belum ada perubahan belanja modal perusahaan terkait dampak pandemi Covid-19. Namun, pihaknya terus mengkaji dan menghitung dampak pandemi terhadap kinerja perusahaan. Satu hal yang tetap dipertahankan adalah efisiensi kinerja perusahaan dan strategi mencari pasar baru penjualan batubara Bukit Asam.
Produksi batubara Bukit Asam tahun 2020 ditetapkan 30,3 juta ton atau lebih tinggi dari realisasi tahun 2019 yang sebanyak 29,1 juta ton. Adapun investasi perusahaan diperkirakan Rp 4 triliun yang terdiri dari investasi pengembangan Rp 3,8 triliun dan investasi rutin sebesar Rp 228,9 miliar.
Sejumlah proyek pengembangan yang dilakukan Bukit Asam adalah gasifikasi batubara, yaitu mengubah batubara menjadi gas dan produk petrokimia, di Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Proyek lain berupa pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di mulut tambang, seperti PLTU Sumatera Selatan 8 berkapasitas 2 x 620 megawatt serta pembangunan pembangkit listrik tenaga surya di bandara yang dikelola PT Angkasa Pura II (Persero).
Bukit Asam juga menggandeng PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk mengembangkan angkutan batubara berkapasitas 60 juta ton per tahun pada 2023.