UMKM paling terdampak pandemi Covid-19. Keterhubungan dengan pasar daring merupakan salah satu faktor untuk dapat bertahan. Kemenkop UKM telah menyiapkan pelatihan "e-learning" dan akan membantu pemasaran produk UMKM.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah diharapkan mampu menyesuaikan bisnis mengatasi situasi sulit akibat pandemi Covid-19. Pemerintah akan membantu para pelaku usaha tersebut salah satunya melalui pembelajaran secara elektronik atau e-learning.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) Teten Masduki, Kamis (30/4/2020), mengatakan, masih ada banyak kesempatan bagi pelaku UMKM untuk dapat bertahan dan bahkan tumbuh di tengah pandemi. Salah satunya adalah memasarkan produk-produknya secara daring.
Untuk itu, pemerintah akan membantu para pelaku UMKM dan koperasi yang belum berdagang secara daring melalui program-program pelatihan. Materi-materi pelatihan akan disusun sesuai kebutuhan saat ini, terutama bagi UMKM yang sedang menghadapi masalah besar.
"Nanti ada pengantar dari tutor dan motivator yang kompeten dengan konsep one stop services yang dapat diakses melalui situs edukukm.id," kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) Teten Masduki melalui telekonferensi di Jakarta.
Masih ada banyak kesempatan bagi pelaku UMKM untuk dapat bertahan dan bahkan tumbuh di tengah pandemi. Salah satunya adalah memasarkan produk-produknya secara daring.
Menurut Teten, pelatihan secara daring tersebut dilengkapi kuis (ujian tertulis) sebagai indeks pengujian akhir. Pada akhir program, para peserta akan mendapat surat keterangan daring untuk dapat digunakan pada fasilitas lanjutan di Kemenkop UKM, yaitu menghubungkan mereka mengakses pasar.
Teten juga menyebutkan masih ada UMKM yang masih bertahan, bahkan mengalihkan usaha. Mereka berusaha membaca peluang pasar dan mengisinya dengan produk-produk yagn dibutuhkan masyarakat di saat pandemi.
Produk yang saat ini memiliki tingkat permintaan tinggi antara lain produk hobi luar ruang dan dalam ruang, seperti gim dan perlengkapan olah raga. Penjualan produk tersebut saat ini naik 70 persen.
"Ada juga produk kesehatan seperti masker, penyanitasi, dan termometer yang permintaanya naik 90 persen. Selain itu juga produk makanan dan minuman herbal yang naik 200 persen, serta produk bahan pokok yang meningkat 350 persen. Ini baru dari satu sumber, Bukalapak saja," ujar Teten.
Teten mengatakan, pelatihan akan diarahkan supaya pelaku UMKM dapat mencari dan menggarap peluang bisnis baru. Misalnya, pelatihan membuat alat pelindung diri, masker kain, penyanitasi tangan, dan minuman herbal.
Pada tahap pertama, materi pelatihan daring yang akan diberikan kepada koperasi dan UMKM meliputi kewirausahaan, kejuruan, dan standardisasi. Keterhubungan dengan pasar daring merupakan salah satu faktor bagi UMKM untuk dapat bertahan.
"Pelatihan kompetensi berbasis e-learning, peluang menjadi wirausaha di sektor barang dan jasa pemerintah saat ini juga penting. Hal ini karena sudah ada instruksi dari Presiden agar kementerian, lembaga, serta BUMN harus memprioritaskan produk dan jasa UMKM dalam pengadaan barang dan jasa," ujarnya.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkop UKM Arif Rahman Hakim menuturkan, pelatihan berbasis teknologi informasi memungkinkan untuk memperluas jangkauan. Kalau biasanya dalam satu kelas (pelatihan konvensional) hanya bisa melayani 30 perserta-50 peserta, nanti dalam sekali pelatihan daring ini bisa sampai 500 peserta.
"Dalam pelatihan secara konvensional, Kemenkop UKM bisa menjangkau 25.000 peserta. Namun dengan pelatihan daring ini, minimal 2 juta UMKM akan bisa dilayani," kata dia.
Affiliate Marketer and Founder Bixbux.com Wientor Rah Mada mengatakan, saat ini pelatihan secara daring menjadi kebutuhan yang luar biasa. Hal itu itu tidak terlepas dari peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia dan tren berbelanja daring yang tumbuh pesat.
Saat ini ada sekitar 171 juta pengguna internet di Indonesia dengan 168 juta pengguna tercatat pernah belanja daring. Hal ini berbeda dari kondisi 10 tahun lalu, yaitu pada 1999-2000, saat baru ada sekitar 1,9 juta orang pengguna internet di negeri ini.
"Ini menunjukkan telah terjadi penggandaan jumlah pengguna internet maupun yang belanja secara daring. Ini adalah pasar sangat luar biasa yang harusnya bisa ditangkap UMKM," kata dia.
Ini menunjukkan telah terjadi penggandaan jumlah pengguna internet maupun yang belanja secara daring. Ini adalah pasar sangat luar biasa yang harusnya bisa ditangkap UMKM.
Wientor menyarankan agar UMKM juga dapat membaca data agar mampu mengoptimalkan promosi dan pemasaran. Dia menyontohkan, pemasang reklame iklan di tepi jalan tidak dapat mengetahui siapa pihak yang membaca dan berniat membeli produk yang diiklankan.
"Tetapi dengan digital, UMKM bisa membaca data jumlah pembaca atau pelihat iklan dan segala macam data lainnya. Nantinya data tersebut bisa dipakai untuk mengoptimalisasi promosi dan kegiatan UMKM," ujarnya.