BI: Kebutuhan Uang Tunai Idul Fitri Tahun Ini Berkurang
Jumlah uang tunai yang dipersiapkan BI untuk periode Ramadhan dan Lebaran tahun ini turun 17,7 persen menjadi Rp 157,96 triliun. Tahun lalu, BI menyediakan Rp 192 triliun.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia memperkirakan kebutuhan masyarakat terhadap uang tunai jelang Idul Fitri tahun ini turun dibandingkan tahun sebelumnya. Meski menurun, BI tetap menyediakan uang tunai yang didominasi pecahan besar.
Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) Marlison Hakim, Kamis (30/4/2020), mengatakan, kebutuhan penukaran uang tunai masyarakat akan menurun pada Lebaran tahun ini. Penurunan itu disebabkan berkurangnya hari libur nasional, ada yang tidak memberikan tunjangan hari raya (THR), dan imbauan pemerintah agar tidak mudik.
”Hal itulah yang membuat jumlah uang tunai yang dipersiapkan BI untuk periode Ramadhan dan Lebaran tahun ini turun 17,7 persen menjadi Rp 157,96 triliun. Tahun lalu, BI menyediakan Rp 192 triliun,” ujarnya dalam telekonferensi pers di Jakarta.
Jumlah uang tunai yang dipersiapkan BI untuk periode Ramadhan dan Lebaran tahun ini turun 17,7 persen menjadi Rp 157,96 triliun. Tahun lalu, BI menyediakan Rp 192 triliun.
Dari total uang tunai yang disiapkan, jumlah uang pecahan besar, seperti Rp 50.000 dan Rp 100.000, mencapai Rp 142,3 triliun atau 90,09 persen dari total uang tunai yang dipersiapkan. Adapun uang pecahan Rp 1.000, Rp 2.000, Rp5.000, Rp 10.000, dan Rp 20.000 hanya sekitar Rp 15,58 triliun atau 9,86 persen dari total uang tunai yang dipersiapkan.
Meski ada pengurangan, Marlison memperkirakan kebutuhan uang tunai di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) tetap memiliki porsi terbesar dibandingkan wilayah lainnya di Indonesia. Total kebutuhan uang tunai di Jabodetabek pada tahun ini Rp 38 triliun.
Kendati demikian, BI tetap akan menjangkau masyarakat di 34 provinsi melalui kantor cabang. Jangkauan juga semakin luas berkat kerja sama dengan 3.742 kantor cabang bank di seluruh Indonesia, terdiri dari 344 kantor cabang di Jabodetabek dan 3.398 kantor cabang di luar Jabodetabek.
Sementara itu, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendrata mengatakan, pembatasan sosial yang dilakukan masyarakat beberapa waktu terakhir telah memicu peningkatan signifikan terhadap penggunaan kode respon cepat standar Indonesia (QRIS) dalam bertransaksi.
”Transaksi yang dilakukan melalui QRIS saat ini terus meningkat, baik secara volume maupun nominal,” ujarnya.
Interkoneksi transaksi QRIS telah mencapai 2,2 juta transaksi selama Maret 2020, dengan total nominal Rp 75,1 miliar atau rata-rata Rp 34.177 per transaksi. Adapun volume transaksi menggunakan QRIS juga naik 130 persen dari Februari 2020.
Sementara, transaksi melalui EDC debit turun akibat perluasan QRIS dan penurunan aktivitas transaksi luar jaringan di tengah pandemi Covid-19. Hingga saat ini 3,3 juta pedagang telah menyediakan layanan pembayaran menggunakan QRIS.