Pelaksanaan hari pertama pembatasan sosial berskala besar di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, Jawa Timur, Selasa (28/4/2020), masih diwarnai pelanggaran oleh masyarakat.
Oleh
IQBAL BASYARI, AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pelaksanaan hari pertama pembatasan sosial berskala besar atau PSBB di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik, Jawa Timur, Selasa (28/4/2020), masih diwarnai pelanggaran oleh masyarakat. Namun, tim terpadu aparatur belum merespons pelanggaran dengan tindakan tegas apalagi sanksi. Mereka menegur dan mengimbau pelanggar sebagai langkah edukasi dan sosialisasi. Tindakan tegas dan sanksi diberlakukan mulai hari keempat PSBB.
Berdasarkan pantauan Kompas di Bundaran Waru, akses utama ke Surabaya terutama dari arah Sidoarjo, seluruh kendaraan beserta pengemudi dan penumpang harus diperiksa. Pemeriksaan secara ketat itu mengakibatkan kemacetan hingga 7 kilometer. Antrean kendaraan sejak penyekatan diaktifkan secara maksimal pada pukul 06.00 baru bisa terurai menjelang tengah hari.
Pengemudi mobil dan sepeda motor terutama bukan pelat L (Surabaya) dan tidak dapat menunjukkan bukti punya kepentingan ke ibu kota Jatim itu terpaksa putar balik. Mereka tetap kesulitan masuk ke Surabaya karena 17 akses dijaga juga oleh tim terpadu TNI, Polri, dan aparatur sipil negara (ASN).
Sesuai dengan aturan, selain 11 jenis usaha yang telah diatur dalam Perwali Surabaya tidak boleh buka selama PSBB sehingga akan ditindak jika melanggar.
Di sini masih terlihat pelanggaran, misalnya pengendara sepeda motor berboncengan, kapasitas mobil lebih dari separuh, pengendara tidak bermasker khususnya pesepeda motor tidak bersarung tangan. Ada juga yang terindikasi sakit, tetapi tidak berkepentingan untuk berobat ke Surabaya.
Di pusat belanja Tunjungan Plaza, mayoritas gerai buka. Tidak cuma gerai makanan, minuman, dan obat-obatan, gerai busana dan elektronik juga tetap buka. Padahal, PSBB mengatur gerai yang beroperasi hanya yang berkaitan dengan kebutuhan pangan dan kesehatan. Namun, pengelola menerapkan pembatasan jumlah pengunjung di setiap gerai sekaligus memeriksa suhu tubuh konsumen. Pengunjung juga wajib bermasker. Yang tidak bermasker dilarang masuk.
Arus lalu lintas di Jalan Tunjungan, Jalan Basuki Rahmat, dan Jalan Raya Gubeng ramai lancar. Meski begitu, tetap terasa pengurangan kepadatan kendaraan dibandingkan dengan saat normal atau sebelum wabah virus korona jenis baru menyerang.
Di sentra kuliner dan pujasera, gerai dan kedai jajan cukup banyak yang patuh hanya melayani pembelian makanan minuman untuk dibawa pulang dan pesan antar. Namun, tetap ada warung dan kedai yang melayani makan dan minum di tempat.
Situasi senada terlihat di Gresik. Arus lalu lintas di kawasan pusat kabupaten tetap ramai, tetapi lancar. Pasar-pasar masih buka, tetapi terasa aktivitas berkurang. Pasar dan sentra oleh-oleh di Jalan Sindujoyo, misalnya, selalu padat karena kendaraan yang diparkir, tetapi kini cukup leluasa dilalui. Beberapa toko dan kedai tutup. Pengurangan aktivitas amat mungkin terkait dengan puasa Ramadhan yang bersamaan waktunya dengan pelaksanaan PSBB sampai Senin (11/5/2020).
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Luki Hermawan mengatakan, sampai hari ketiga PSBB, tim terpadu lebih bertindak persuasif terhadap pelanggar. Meski begitu, bukan berarti masyarakat bisa coba-coba melanggar. ”Di hari keempat, tindakan lebih tegas dan sanksi bisa diterapkan,” ujar Khofifah.
Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya Eddy Christijanto mengakui, di hari pertama PSBB masih banyak warga yang melanggar. Tim terpadu belum secara maksimal patroli terutama ke sektor-sektor usaha yang seharusnya tutup. Ada 11 jenis usaha yang diperkenankan buka dan beroperasi selama PSBB, yakni bidang kesehatan, bahan pangan, energi, komunikasi, keuangan, logistik, perhotelan, konstruksi, industri strategis, dan pelayanan dasar.
”Sesuai dengan aturan, selain 11 jenis usaha yang telah diatur dalam Perwali Surabaya tidak boleh buka selama PSBB sehingga akan ditindak jika melanggar,” kata Eddy. Selama tiga hari, tim terpadu pelanggar belum dikenai sanksi, tetapi diminta tak mengulangi pelanggaran.
Anggota Tim Surveillance Covid-19 Universitas Airlangga, Windhu Purnomo, mengatakan, masih banyaknya pelanggaran menunjukkan bahwa sosialisasi belum merata. Masih ada masyarakat yang belum tahu hal-hal yang dilarang saat PSBB. ”Sebagian masyarakat yang lain sebetulnya tahu, tetapi memang tidak disiplin atau tidak patuh terhadap apa yang sudah diatur pemerintah daerah,” ujarnya.
Windhu mengingatkan pemerintah daerah untuk tegas dalam memberikan sanksi apabila masuk pada hari keempat tetap melakukan pelanggaran. Tiga hari pertama dinilai sudah cukup sebagai periode awal persuasi sehingga jika ingin PSBB berhasil, aturan harus dilaksanakan.
Pelaksanaan PSBB di Surabaya Raya bertujuan untuk menekan situasi wabah virus korona. Data pada Selasa malam menunjukkan di Jatim tercatat 855 warga positif korona dengan rincian 95 meninggal atau tingkat kematiannya 11,1 persen, 608 pasien dirawat, dan 152 orang dinyatakan sembuh. Kasus ini bertambah dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang 796 warga positif dengan rincian 89 meninggal, 563 pasien dirawat, dan 144 orang dinyatakan sembuh.
Surabaya dan Sidoarjo masih yang terparah terkena wabah penyakit akibat virus korona itu. Di Surabaya tercatat 392 warga positif dengan rincian 54 meninggal atau tingkat kematian 13,7 persen, 263 pasien dirawat, dan 75 orang dinyatakan sembuh.
Di Sidoarjo tercatat 92 warga prositif dengan rincian 12 meninggal atau tingkat kematian 13 persen, 73 pasien dirawat, dan 7 orang dinyatakan sembuh. Gresik berada di urutan ketujuh atau setelah Lamongan, Magetan, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Kediri.