Cadangan Baru Migas 136,5 Juta Barel Setara Minyak
Di tengah pandemi Covid-19, sektor hulu migas Indonesia berhasil mendapat cadangan baru migas pada triwulan I-2020 sebesar 136,5 juta barel setara minyak. Namun, pendapatan negara diperkirakan merosot signifikan.
Oleh
ARIS PRASETYO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi melaporkan temuan cadangan baru minyak dan gas bumi pada triwulan I-2020 sebesar 136,5 juta barel setara minyak. Cadangan tersebut ditemukan di sumur eksplorasi PB-2 Blok Mohato, Riau; sumur Bronang-02 Blok B di Laut Natuna; dan sumur Wolai-02 di Banggai, Sulawesi Tengah.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengatakan, kendati terdapat cadangan itu, produksi minyak terhambat. Di tengah pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung, produksi siap jual (lifting) minyak tahun ini diperkirakan sekitar 725.000 barel per hari.
”Pandemi menyebabkan kegiatan hulu migas menjadi terhambat dan beberapa operasi tertunda,” kata Dwi dalam rapat dengar pendapat secara daring dengan Komisi VII DPR, Selasa (28/4/2020).
Pandemi menyebabkan kegiatan hulu migas menjadi terhambat dan beberapa operasi tertunda.
Dwi juga memaparkan akan ada rencana menaikkan produksi minyak di Blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil. Pemerintah telah menyetujui usulan mereka untuk menaikkan produksi minyak dari 220.000 barel per hari menjadi 230.000 barel per hari. Namun, tidak disebutkan kapan rencana kenaikan produksi tersebut dilakukan.
Selain target produksi migas meleset akibat pandemi, lanjut Dwi, potensi penerimaan negara dari sektor hulu migas bakal turut tergerus. Seiring merosotnya harga minyak mentah dunia, penerimaan negara diperkirakan hanya 19 miliar dollar AS pada tahun ini. Sebelumnya, target penerimaan negara ditetapkan sebanyak 32 miliar dollar AS.
Seiring merosotnya harga minyak mentah dunia, penerimaan negara diperkirakan hanya 19 miliar dollar AS pada tahun ini.
Tahun ini terdapat 12 proyek hulu migas dengan nilai investasi 1,43 miliar dollar AS yang ditargetkan bisa berproduksi. Dari ke-12 proyek tersebut, empat proyek sudah beroperasi pada triwulan I-2020 dengan nilai investasi 45 juta dollar AS. SKK Migas tengah mengkaji ulang pelaksanaan proyek-proyek tersebut akibat terdampak pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.
Anggota Komisi VII DPR dari Partai Golkar, Dyah Roro Esti, meminta agar SKK Migas meningkatkan pengawasan terhadap operasionalisasi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) hulu migas di Indonesia. Sejauh ini, baru 16 KKKS yang terhubung secara daring dalam sistem integrated operation center (IOC). Sistem ini bisa mengawasi dan mencatat secara langsung kinerja ke-16 KKKS tersebut.
”Sebaiknya tak hanya 16 KKKS yang terhubung dalam IOC. Masih banyak KKKS lain yang juga harus terhubung agar pengawasan terhadap operasi mereka di lapangan dapat berjalan baik,” ucap Dyah.