Saling Menjaga, Saling Menguatkan Selama Masa Pandemi Covid-19
Saat ini kita berhadapan dengan virus korona baru yang tak kasatmata. Virus itu tanpa ampun akan menyebar tak terkendali apabila terlambat atau salah menangani. Jangan sampai merisikokan keselamatan kita semua.
Oleh
cyprianus anto saptowalyono
·3 menit baca
”Desaku yang kucinta/pujaan hatiku/Tempat ayah dan bunda dan handai taulanku/Tak mudah kulupakan/tak mudah bercerai/Selalu kurindukan/Desaku yang permai.”
Sebuah lagu lama yang manis dan romantis ini merupakan karya L Manik. Lirik lagunya dapat menimbulkan efek haru, terutama bagi para perantau yang teringat dan merindukan keluarganya di kampung halaman.
Kerinduan adalah manusiawi dan harus disyukuri karena menandakan ada jalinan batin antara satu dan yang lain. Kerinduan tidak memisahkan, justru, kalau pas merawatnya, malahan akan memperkuat dan menjamin kelangsungan hubungan.
Sebagai ilustrasi, seorang senior atau yang lebih tua kerap berpesan kepada junior atau yang lebih muda agar selalu tegar dan semangat saat merantau atau ditempatkan bertugas di luar pulau yang jauh dari rumah. ”Saat kamu di perantauan, kamu akan selalu dalam posisi dirindukan keluargamu yang di rumah,” demikian katanya.
Pesan ini tetap akan mematri kala virus korona baru yang menyebabkan Covid-19 mengacaukan kenormalan. Banyak kegiatan manusia, seperti perjumpaan, mudik, serta operasional usaha dan industri, dibatasi. Bahkan, untuk kegiatan usaha dan industri ada yang terpaksa harus dihentikan sementara demi memutus penyebaran pandemi Covid-19.
Khazanah budaya Jawa memiliki ungkapan tuna satak, bathi sanak. Pada konteks penyikapan pembatasan aktivitas luar rumah di masa pandemi, ungkapan ini boleh kiranya dimaknai secara meluas, yakni merugi sementara waktu di sisi ekonomi, tetapi beruntung karena mendapatkan (keselamatan) kerabat.
Pekan ini, sekitar 1,5 bulan seusai mengumumkan kasus pertama positif Covid-19, pemerintah akhirnya melarang mudik. Di tengah peningkatan kasus positif dan pasien meninggal akibat Covid-19, dukungan dan sejumlah kritikan disuarakan terhadap keputusan larangan itu.
Berbagai skema pembatasan dan pelarangan transportasi penumpang, baik darat, laut, maupun udara, disiapkan untuk diterapkan di lapangan dengan segala dinamikanya. Bahkan, sanksi pun akan diberikan bagi para pelanggar.
Dengan larangan itu, pada tahun ini, masyarakat Indonesia tentu saja akan merindukan mudik. Rindu pulang ke kampung halaman untuk bertemu dengan ayah, bunda, dan handai taulan.
Indonesia tengah berada di masa darurat kesehatan Covid-19. Semua kalangan harus menyadari dan menerima kenyataan ini. Kerelaan untuk sama-sama menanggung ”beban”, dalam segala bentuknya, demi keselamatan semua yang kini diharapkan dan dirindukan setiap orang.
Saat ini kita berhadapan dengan virus korona baru yang tak tampak, tak kasatmata. Virus itu tanpa ampun akan menyebar tak terkendali apabila terlambat atau salah menangani. Jangan sampai merisikokan keselamatan kita semua. Semua harus menyelamatkan semua.
Saat ini kita berhadapan dengan virus korona baru yang tak tampak, tak kasatmata. Virus itu tanpa ampun akan menyebar tak terkendali apabila terlambat atau salah menangani. Jangan sampai merisikokan keselamatan kita semua.
Sebagian masyarakat telah menyadarinya dan memilih berdiam di rumah atau tak kembali ke kampung halaman. Berdasarkan survei Kementerian Perhubungan terhadap 42.890 responden, 56 persen responden memutuskan tidak mudik, 37 persen belum mudik, dan 7 persen sudah mudik.
Dari responden yang belum mudik, ada yang masih ragu mudik dan ada yang bersikukuh mudik (13 persen). Mereka yang bersikukuh mudik itu paling banyak akan menggunakan sepeda motor (22,6 persen), mobil pribadi (23,9 persen), pesawat udara (17,7 persen), kereta api (14,6 persen), bus (10,1 persen), dan kapal (1,1 persen).
Kesadaran masyarakat diperlukan. Semakin cepat penyebaran virus korona jenis baru diputus, semakin cepat orang yang sakit akibat Covid-19 disembuhkan, akan kian cepat pula tabir pandemi ini terangkat dari Indonesia. Ketika saat itu tiba, roda ekonomi pun akan berputar, berputar, dan berputar lagi mengarah ke normal baru.
Langkah pemerintah menjamin kebutuhan masyarakat yang terdampak Covid-19 juga dibutuhkan di saat ini. Pemerintah tentu tak bisa melakukannya sendiri. Alhasil, semua pemangku kepentingan harus mengambil peranan.
Kebersamaan antarwarga untuk membantu sesama patut terus dipupuk di masa berat ini. Istilahnya, mereka yang memiliki rezeki harus berbagi agar periuk nasi tetangga sekitar yang kekurangan tetap terisi. Saatnya saling menjaga dan menguatkan di masa pagebluk ini. Kebersamaan akan memastikan kita mampu menghadapi dan mengatasi pandemi Covid-19 ini.