Keberadaan terminal pangan sebagai zona netral dinilai bisa mengatasi hambatan distribusi akibat pembatasan sosial berskala besar.
Oleh
M Paschalia Judith J/BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Sejumlah keranjang berisi sayur mulai layu di Pasar Sayur Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (26/3/2020). Sebagian sayuran hasil panen petani tidak terjual dan membusuk karena beberapa pedagang perantara tidak berjualan akibat pandemi Covid-19.
JAKARTA, KOMPAS -— Distribusi bahan pangan terhambat karena awak angkutan mesti swakarantina 14 hari. Terutama setelah mengantar barang ke wilayah yang tergolong zona merah Covid-14. Akibatnya, mereka tidak bisa segera kembali mengangkut barang dari sentra produksi ke pasar. Terminal pangan dinilai bisa jadi solusi.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Bidang Distribusi dan Logistik Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia Kyatmaja Lookman mengatakan, terminal pangan menjamin kelancaran arus logistik dan distribusi selama pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah guna mencegah penularan Covid-19.
Menurut dia, terminal pangan mesti berada di tiap provinsi atau wilayah, baik di sentra produsen maupun daerah sasaran pengangkutan. Terminal pangan menjadi zona netral penyediaan barang dan pengangkutan. Artinya, pengemudi di daerah itu tidak perlu keluar wilayah dan cukup meletakkan muatannya di terminal. Muatan lalu diangkut oleh pengemudi lain yang lintas wilayah.
Akan tetapi, upaya mewujudkannya membutuhkan koordinasi antarpemangku kepentingan dan kajian soal skala keekonomian. Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian Bambang Adi Winarso, secara regulasi, terminal pangan bisa diwujudkan. ”Apalagi yang berkepentingan (terhadap kehadiran terminal pangan) adalah pemerintah,” katanya saat dihubungi, Kamis (23/4/2020).
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi menyatakan, terminal pangan dapat dihadirkan dalam waktu dekat. ”Namun, harus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Terutama untuk mencari lokasi strategis yang memudahkan akses dan distribusi,” ujarnya.
Sementara itu, Kementerian Pertanian, TNI Angkatan Darat, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk meluncurkan ATM Beras, Rabu. ATM Beras tersebar di 10 titik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, khususnya di kantor-kantor komando distrik militer (kodim) setempat.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD Kolonel (Inf) Nefra Firdaus menyatakan, ATM Beras berfungsi untuk menyalurkan beras gratis ke masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Setiap mesin ATM menyediakan 1,5 ton beras per hari untuk 1.000 orang.
Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, keberadaan ATM Beras dapat membantu warga yang mengalami keterbatasan akses pangan akibat pandemi Covid-19. Pemerintah menyiapkan persediaan beras melalui ATM itu untuk jangka dua bulan.
Pola berubah
Pandemi Covid-19 dinilai mulai berdampak pada penurunan daya beli dan perubahan pola konsumsi masyarakat. ”Daya beli turun, pola konsumi bergeser dari (konsumsi) sayur, buah, dan protein menjadi dominasi karbohidrat,” kata Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Andriko Noto Susanto, dalam diskusi ”Melawan Covid-19 dengan Menegakkan Kedaulatan Pangan”, yang diselenggarakan Serikat Petani Indonesia (SPI) dan Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI), Kamis (23/4).
Kompas/Bahana Patria Gupta
Warga antre membayar sejumlah kebutuhan yang mereka beli di Lumbung Pangan Jatim di JX International, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (21/4/2020).
Pemerintah memantau kondisi ketahanan pangan di semua provinsi. Per Maret 2020, tiga provinsi punya indeks ketahanan pangan (IKP) yang rendah, yakni Bangka Belitung, Sulawesi Tenggara, dan Bengkulu. IKP tecermin dari ketersediaan pangan yang terbatas serta daya beli dan konsumsi turun.
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Zulficar Mochtar menyatakan, stok ikan diperkirakan masih cukup stabil. Namun, ada kendala logistik yang mesti diatasi.
Chief Economist PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean mengemukakan, pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya tren pergeseran pola konsumsi. Perubahan perilaku konsumen tecermin antara lain lewat pola belanja dan jenis pembelian di supermarket.