Konsumsi elpiji selama Ramadhan tahun ini diprediksi melonjak, tetapi masih lebih rendah dibanding Ramadhan tahun lalu. Sementara konsumsi BBM merosot sampai 20 persen akibat pandemi Covid-19.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) memprediksi konsumsi elpiji selama Ramadhan naik 6 persen dari rata-rata harian yang sebanyak 21.900 ton. Adapun konsumsi bahan bakar minyak atau BBM turun hingga 20 persen.
Penurunan konsumsi BBM disebabkan kebijakan bekerja dari rumah dan pembatasan sosial berskala besar akibat pandemi Covid-19. Pertamina menjamin stok mencukupi.
”Kami memprediksi pada Ramadhan kali ini kebutuhan elpiji meningkat dan kami juga akan menambah ketahanan stok hingga di level 19 hari. Layanan pesan antar elpiji maupun produk BBM juga tetap berjalan selama konsumen berada di rumah,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman, Jumat (24/4/2020), di Jakarta.
Pertamina menyiagakan agen elpiji sebanyak 3.178 titik dan pangkalan elpiji sebanyak 38.285 titik yang menjual elpiji bersubsidi dan nonsubsidi.
Konsumsi BBM diperkirakan turun 20 persen atau menjadi 110.000 kiloliter per hari. Ramadhan tahun lalu, konsumsi BBM mencapai 138.000 kiloliter per hari. Kendati ada kebijakan larangan mudik, Pertamina tetap mengoperasikan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di sepanjang jalur untuk kebutuhan angkutan logistik, bahan pokok, alat kesehatan, serta angkutan prioritas lainnya.
Pertamina menyiagakan agen elpiji sebanyak 3.178 titik dan pangkalan elpiji sebanyak 38.285 titik yang menjual elpiji bersubsidi dan nonsubsidi. Sejumlah SPBU juga melayani penjualan elpiji. Demikian pula layanan pesan antar elpiji dan produk BBM tetap beroperasi.
Sebelumnya, dalam rapat dengar pendapat secara daring antara direksi Pertamina dan anggota Komisi VII DPR beberapa waktu lalu, Pertamina berencana mengimpor BBM dan elpiji secara bertahap. Dalam waktu dekat, perusahaan tersebut akan mengimpor 10 juta barel minyak mentah, pertamax 9,3 juta barel, dan 5,4 juta ton elpiji.
”Kecukupan stok elpiji saat ini mencapai 16 hari, premium 35 hari, pertamax 41 hari, solar 33 hari, dan avtur 91 hari,” kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam rapat tersebut.
Kami menjual produk BBM, tetapi tidak ada yang mau beli. Jadi, dampak bagi perusahaan atas situasi sekarang ini negatif. Tidak ada yang positif.
Terkait kondisi global yang menyebabkan kejatuhan harga minyak mentah, Nicke mengakui, hal itu turut berdampak bagi Pertamina. Kendati harga murah, penjualan BBM Pertamina seret lantaran kebijakan bekerja dari rumah dan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar. Secara nasional, konsumsi BBM merosot sampai 35 persen.
Perkuat infrastruktur
Sejak pandemi Covid-19 melanda di seluruh dunia, harga minyak mentah merosot tajam. Hal ini disebabkan pasokan yang berlimpah dan permintaan yang menurun drastis. Harga minyak di awal tahun sebesar 65 dollar AS per barel jatuh hingga sempat berada di bawah 20 dollar AS per barel pada beberapa hari terakhir.
”Kalau Indonesia memiliki infrastruktur penyimpanan dan kilang untuk pengolahan minyak, tidak hanya mampu mengamankan pasokan energi nasional, tetapi juga membuat Indonesia tidak terdikte oleh fluktuasi pasar,” kata pengajar Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi pada Universitas Trisakti Jakarta Pri Agung Rakhmanto.
Selain untuk memperkuat kapasitas penyimpanan BBM, imbuh Pri Agung, pemerintah semestinya juga harus mulai memikirkan tentang cadangan minyak strategis. Cadangan minyak strategis dan penyimpanan BBM penting untuk memperkuat ketahanan energi di Indonesia.