Puluhan perantau gagal mudik setelah busnya dicegat petugas dan harus putar balik ke terminal pada hari pertama berlakunya larangan mudik.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Puluhan perantau asal sejumlah daerah di Jawa gagal mudik pada hari pertama berlakunya larangan mudik, Jumat (24/4/2020). Petugas mencegat bus-bus di pintu keluar Jabodetabek sebelum diharuskan putar balik ke terminal.
Puluhan penumpang dari tiga bus antarkota antarprovinsi (AKAP) tertunduk lemas di Terminal Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka gagal mudik setelah petugas mengharuskan bus putar balik di Cikarang Barat, Bekasi.
Ketiga bus tersebut berangkat dari Terminal Tanjung Priok pukul 08.00. Bus tiba di Cikarang Barat pukul 10.00 sebelum diharuskan balik oleh petugas. Sebagian penumpang hanya menangis, sedangkan sisanya pasrah dengan situasi tersebut. ”Jualan di sini sepi, susah. Jadi, mau pulang lebih awal. Kalau seperti ini (larangan mudik), pasrah saja,” kata Dani (21), pemudik tujuan Purwokerto, Jawa Tengah.
Hal yang sama dialami Teguh (25). Pemudik tujuan Brebes ini pulang lebih awal karena dagangannya sepi semenjak pandemi. Ia belum tahu harus melakukan apa setelah gagal mudik. ”Bingung, mungkin bertahan dulu di sini (Jakarta),” ucap Teguh.
Ketiga bus tetap beroperasi sesuai arahan perusahaan otobus. Alhasil, sopir bus hanya bisa menenangkan penumpang yang gagal mudik sembari memastikan akan mengembalikan biaya perjalanan. ”Sudah tahu ada larangan, tetapi PO suruh jalan. Tetapi dicegat, suruh balik ke terminal. PO pastikan kembalikan uang perjalanan,” tutur Agus, salah satu kernet bus.
Penyekatan larangan mudik berlangsung di 58 titik di seluruh Indonesia melalui Operasi Ketupat 2020. Operasi dimulai 24 April hingga 31 Mei. Penyekatan merupakan implementasi larangan mudik untuk mencegah penyebaran Covid-19. Di titik penyekatan, petugas gabungan memeriksa kendaraan warga untuk menganalisis apakah perjalanan itu untuk mudik atau tidak.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Raden Prabowo Argo Yuwono, dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Kamis (23/4), menuturkan, tujuan dari Operasi Ketupat tersebut adalah melarang masyarakat mudik demi mencegah penyebaran Covid-19.
Melalui operasi ini diharapkan ada jaminan rasa aman bagi warga dalam menjalankan ibadah puasa. Selain itu, hal itu juga dilakukan untuk terwujudnya suasana keamanan dan ketertiban masyarakat pada saat sebelum dan sesudah Lebaran.
Kepolisian akan menyosialisasi terkait penyekatan larangan mudik tersebut dan juga telah membangun pos pengamanan terpadu. Kepolisian juga bersinergi dengan TNI dan instansi terkait. ”Pada saat di lapangan, petugas menyampaikan agar pengendara yang mudik untuk putar balik. Kami sampaikan dengan santun dan humanis,” kata Argo.
Menurut dia, petugas pertama-tama akan memeriksa kendaraan pribadi, kemudian menanyakan tujuan perjalanan pengemudi. Selain itu, petugas juga akan melihat apakah pengendara itu membawa oleh-oleh atau tidak. Apabila terindikasi pengendara itu hendak mudik, mereka akan langsung diminta putar balik, kembali ke titik awal perjalanan.
Tidak ada penutupan jalan tol. Adapun untuk kendaraan yang membawa logistik, bahan kebutuhan pokok, bahan bakar minyak, alat kesehatan, dan kendaraan ekspedisi tetap diperbolehkan untuk melintas.
Kepala Korps Lalu Lintas Polri Inspektur Jenderal Istiono dalam edaran peta penyekatan larangan arus mudik/balik 2020 menyatakan, ada sembilan titik di DKI Jakarta yang akan ada rekayasa atau pengalihan arus, yakni di Cawang, Jagorawi, Tomang, Cakung, Kalideres, Kalimalang, Pasar Rebo, Kebon Jeruk, dan Kembangan.