SURABAYA, KOMPAS — Harga gula pasir di Surabaya, Jawa Timur, pada hari pertama Ramadhan 2020 masih berkisar di atas harga eceran tertinggi. Tingginya harga gula pasir salah satunya disebabkan stok di pabrik-pabrik telah kosong.
Di Pasar Wonokromo, harga gula pasir rata-rata pada Jumat (24/4/2020) berkisar Rp 17.200 per kilogram (kg) hingga Rp 17.500 per kg. Sementara di toko kelontong, harga bisa mencapai Rp 20.000 per kg. Adapun harga rata-rata gula pasir di Jatim Rp 17.494 per kg.
Harga gula pasir masih tetap tinggi sejak akhir 2019 dan belum turun secara signifikan, stoknya pun tidak sebanyak saat normal (Sutik)
Meskipun harganya sudah di atas 50 persen dibanding harga eceran tertinggi sebesar Rp 12.500 per kg, untuk mendapatkan gula pasir pun sangat sulit. Di swalayan berjejaring, misalnya, stok gula pasir selalu kosong. Warga biasanya hanya bisa mendapatkan gula pasir di pasar dan toko kelontong. Kalaupun ada gula pasir tidak bermerek dan pembelian dibatasi maksimal 2 kg.
”Harga gula pasir masih tetap tinggi sejak akhir 2019 dan belum turun secara signifikan, stoknya pun tidak sebanyak saat normal,” kata Sutik (49), pemilik toko kelontong di Rungkut, Surabaya. Sementara ada juga pedagang di Sidaorjo yang menjual gula dengan harga Rp 18.500 per kg.
Brilliant Johan Anugerah dari Humas PT Perkebunan Nusantara XI mengatakan, stok gula di PTPN XI sudah habis sejak awal Februari 2020. Sejak sebulan terakhir, tidak ada lagi gula yang dipasarkan untuk masyarakat karena stok tidak ada. ”Gula petani paling cepat bisa produksi pada Juni saat memasuki musim giling,” katanya.
Baca juga: Pabrik Gula Mulai Giling Sebelum Lebaran
Direktur Utama Panca Wira Usaha (PWU) Jatim Erlangga Satriagung mengatakan, masyarakat bisa membeli gula pasir dengan harga sesuai dengan HET di program Lumbung Pangan Jawa Timur. Namun, pembelian gula dibatasi maksimal 2 kg setiap konsumen dengan harga Rp 12.500 per kg.
Pembatasan pembelian untuk mencegah potensi penimbunan dan dijual dengan harga tinggi oleh konsumen. Setiap konsumen yang berbelanja juga didata sehingga dapat diketahui mereka berbelanja untuk memenuhi kebutuhan selama pandemi. ”Harga gula di pasar sedang meroket,” kata Erlangga.
Menurut Sekjen Asosiasi Gula Indonesia Aris Toharisman, saat ini stok memang tidak ada, baik di pabrik gula maupun pedagang. Sebenarnya beberapa bulan lalu masih stok baik di gudang pabrik gula maupun pedagang serta Bulog, namun karena permintaan dari pasar konsumen meningkat, semua stok yang ada sisa musim giling 2019 sudah habis.
Baca juga: Harga Gula Tak Lagi Manis
”Harga gula di pasaran melonjak karena stok benar-benar tidak ada, sementara izin impor yang sudah diberikan oleh pemerintah dalam jumlah banyak sampai hari ini barangnya belum masuk juga,” kata Direktur Operasional PT Perkebunan Nusantara X ini.
Musim giling tahun ini diperkirakan mulai berlangsung Juni mendatang. Padahal, setiap tahun musim giling sudah berlangsung sejak Mei.