Blitar sentra telur di Jawa Timur dengan produksi 1.000 ton per hari. Pembatasan sosial berskala besar di Jakarta dan sekitarnya berdampak pada serapan telur dari Blitar karena pangsa pasar terbesar ke Jakarta.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
BLITAR, KOMPAS — Pembatasan sosial berskala besar yang diterapkan di Jakarta dan daerah lain menjadi salah satu faktor penyebab lambannya penyerapan telur dari Blitar, Jawa Timur. Akibatnya, stok telur yang melimpah berpengaruh terhadap harga jual yang cenderung rendah. Pemerintah Kabupaten Blitar sendiri berupaya membeli sebagian telur untuk bantuan sosial.
Selama ini, 65-70 persen telur produksi Blitar dikirim untuk memasok kebutuhan konsumen di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Sisanya, 30-35 persen, untuk memenuhi kebutuhan Jawa Timur dan daerah lain. Di Blitar terdapat lebih dari 4.000 peternak layer dengan produksi telur per hari sekitar 1.000 ton.
Wakil Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional Blitar Sukarman, Minggu (19/4/2020), mengaku pesimistis bulan Ramadhan yang tinggal empat hari bakal mampu mendongkrak harga telur. Padahal, biasanya harga telur membaik saat memasuki puasa hingga Lebaran tiba karena saat itu banyak produsen makanan dan kue mulai berproduksi.
”Karena ada pembatasan sosial berskala besar (PSBB) seminggu ini, kami tidak mengirim telur ke Jakarta. Di sana stok masih menumpuk, kira-kira pendistribusiannya yang menjadi masalah. Kegiatan jual beli di pasar tidak berjalan normal. Kota besar lainnya juga sama, tetapi paling terasa di Jakarta,” tuturnya.
Empat hari terakhir, harga telur di tingkat peternak di Blitar turun di kisaran Rp 17.500-Rp 18.000 per kilogram (kg) dari sebelumya Rp 19.000 per kg. Pada awal April harganya masih Rp 20.000-Rp 21.000 per kg. Dengan harga Rp 17.500 per kg, peternak mengaku rugi. Harga titik impas Rp 19.000-20.000 per kg.
Karena ada pembatasan sosial berskala besar seminggu ini, kami tidak mengirim telur ke Jakarta. Di sana stok masih menumpuk, kira-kira pendistribusiannya yang menjadi masalah. Kegiatan jual beli di pasar tidak berjalan normal. Kota besar lainnya juga sama, tetapi paling terasa di Jakarta.
Menurut Sukarman, kondisi ini masih diperparah oleh keberadaan telur tetas (breeding) bakal anakan (DOC) ayam potong yang beredar di lapangan. Ada indikasi produsen DOC melempar telur ke pasaran akibat harga ayam potong yang akhir-akhir ini juga rendah.
Sukarman menunjukkan contoh di media sosial bagaimana seseorang mencari agen untuk menawarkan telur breeding seharga Rp 17.000 per kg di Sumatera dengan wilayah pemasaran di Sumatera, Jabodetabek, dan Jawa Barat.
”Semestinya telur itu tidak boleh dijual di pasar tradisional sesuai peraturan menteri pertanian. Izinnya saja pabrik DOC, seharusnya telur produksi mereka dijual dalam bentuk anakan ayam. Pemerintah harus berani melarang itu,” kata Sukarman yang berharap program Bantuan Pangan Nontunai dan Program Keluarga Harapan dari pemerintah bisa memanfaatkan telur dari Blitar.
Para peternak sendiri tidak menuntut harga telur naik terlalu tinggi, tetapi selaras dengan peraturan menteri perdagangan (permendag). Dalam Permendag Nomor 7 Tahun 2020 disebutkan bahwa harga batas bawah pembelian telur di tingkat peternak Rp 19.000 per kg dan batas atas Rp 21.000 per kg.
Pekan lalu, Koperasi Putera Blitar mengirimkan 5 ton telur ke Jakarta menggunakan kereta api. Pengiriman telur ini merupakan program dari Kementerian Koordinator Perekonomian. Pengiriman telur menggunakan kereta api dinilai efektif, waktu tempuh bisa lebih cepat, yakni 12 jam dengan tingkat kerusakan rendah. ”Pengiriman menggunakan kereta hanya sekali, setelah itu belum dilakukan lagi,” kata Sukarman.
Untungnya, di tengah situasi serba tidak pasti ini, peternak layer di Blitar masih tertolong oleh ketersediaan pakan yang cukup. Stok jagung di pasaran banyak dengan harga terjangkau Rp 4.200 per kg dari sebelumnya Rp 4.500 per kg. Meski demikian, di satu sisi, harga konsentrat naik Rp 17.500 per zak dari sebelumnya Rp 245.000 per zak ukuran 50 kg.
Widodo Setiohadi, salah satu peternak di Desa Pohgajih, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, mengatakan, selain telur, harga ayam afkir saat ini juga rendah. Saat ini, harga ayam afkir Rp 13.000 per kg. Padahal, biasanya harganya Rp 17.000-Rp 18.000 per kg.
”Kemarin sempat Rp 10.000 per kg. Ini mulai naik jadi Rp 13.000 per kg,” katanya. Peternak layer biasanya menjual ayam yang sudah tidak produktif (tua) untuk dijadikan ayam potong.
Untuk bantuan sosial
Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Blitar Adi Andaka, Senin (20/4/2020), mengatakan, awalnya pengiriman telur dari Blitar ke Jakarta memang mengalami kendala. Namun, pihaknya kemudian berkirim surat kepada Menteri Koordinator Perekonomian, Menteri Perdagangan, Menteri Pertanian, Gubernur DKI Jakarta, dan Gubernur Jawa Timur untuk membantu pengiriman.
Alhasil, pengiriman bisa dilakukan dengan menambahkan banner bahan pokok pada kendaraan pengangkut. Dengan demikian, telur dari Blitar tetap masuk meski ada PSBB.
”Memang di sektor sekunder banyak warung makan dan restoran tutup. Ini juga memengaruhi serapan,” ujar Adi yang mengakui keberanian sopir kendaraan juga memengaruhi pengangkutan telur ke Jakarta. Ada sopir yang berani melintasi daerah merah, tetapi ada juga yang takut.
Menurut Adi, banyaknya daerah yang memberikan bantuan sosial diharapkan bisa ikut membantu menyerap telur dari Blitar. ”Jadi, diarahkan ke bantuan, seperti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga mau 2.000 ton minggu-minggu ini. Mungkin sekarang masih persiapan data,” katanya.
Pemerintah Kabupaten Blitar, menurut Adi, juga mengalokasikan bantuan paket untuk 42.296 warga Blitar akibat Covid-19. Paket tersebut berisi produk usaha mikro, kecil, dan menengah; mulai dari telur, produk pangan, hingga masker. Nilai masing-masing paket sebesar Rp 200.000 dan diberikan simultan selama April-Juni.