Kekhawatiran Pasar terhadap Resesi Ekonomi Global Berlanjut
Kekhawatiran pelaku pasar saham terhadap resesi ekonomi global masih menahan pergerakan IHSG sehingga masih belum mampu kembali ke zona hijau.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pergerakan pasar saham kembali terkoreksi sebagai dampak dari dari kekhawatiran pelaku pasar terhadap proyeksi resesi ekonomi global pada tahun ini. Kekhawatiran tersebut memicu aliran modal keluar lebih dari Rp 1 triliun dari pasar saham Indonesia dalam sehari perdagangan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (16/4/2020) ditutup terkoreksi 3,14 persen atau 145,3 poin ke level 4.480,61. Anjloknya IHSG sejalan dengan tingginya tekanan jual investor di tengah pandemi Covid-19. Investor asing mencatatkan aksi jual senilai Rp 1,19 triliun.
Frekuensi perdagangan saham sebanyak 579.634 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan 6,72 miliar lembar saham senilai Rp 6,54 triliun. Sebanyak 100 saham naik, 308 saham menurun, dan 126 saham tidak bergerak nilainya.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, selain sentimen yang berkaitan dengan pandemi Covid-19, persepsi investor terganggu dengan proyeksi resesi perekonomian global yang akan terjadi tahun ini oleh Dana Moneter Internasional (IMF).
”Dari domestik, data penjualan mobil per Maret yang mengalami penurunan 15 persen juga menjadi sentimen negatif bagi IHSG. IHSG pun tak mampu beranjak dari zona merah, dari pembukaan hingga penutupan perdagangan saham,” ujarnya.
Seluruh sektor saham terkoreksi, dengan koreksi terdalam terjadi pada sektor konsumer yang turun 3,96 persen, diikuti sektor aneka industri (-3,92 persen), dan sektor manufaktur (-3,58 persen).
Sementara itu, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan, pada akhir pekan ini pasar masih akan merespons pernyataan IMF terkait proyeksi resesi global. Investor akan mengonfirmasi pernyataan tersebut dengan data perekonomian terkini dan laporan keuangan emiten yang mulai keluar.
”Dalam minggu ini pasar saham masih akan tertekan setelah pernyataan IMF. Kondisi baru akan berbalik dan pasar saham mulai rebound saat pelaku pasar mendapat sentimen terkini yang menunjukkan perbaikan ekonomi,” ujarnya.
Ia memaparkan, sentimen yang menekan kinerja indeks dalam negeri hari ini berasal perekonomian AS yang tertekan pandemi Covid-19. Penjualan ritel di AS turun hingga 8,7 persen atau merupakan penurunan terdalam selama 28 tahun terakhir atau sejak 1992.
Dalam minggu ini, pasar saham masih akan tertekan setelah pernyataan IMF.
Saat ini, perekonomian AS sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia sedang goyah akibat pandemi Covid-19. Namun, di sisi lain, kondisi China sebagai negara pertama ditemukannya penyebaran virus ini justru sudah berangsur pulih. ”Kuncinya, kondisi ekonomi akan berangsur membaik seiring pemulihan Covid-19 di dunia,” kata Hans.
Pelemahan IHSG sejalan dengan pelemahan bursa saham regional Asia. Indeks Nikkei Jepang melemah 259,9 poin (1,33 persen) ke level 19.290,2. Sementara indeks Hang Seng Hong Kong melemah 138,9 poin (0,58 persen) di level 24.006,4. Adapun indeks Straits Times Singapura menguat 10,18 poin (0,39 persen) ke level 2.615,74.