Fokus pada Sektor Domestik Penopang Ekonomi Indonesia
Sektor domestik yang menopang perekonomian mesti jadi fokus pemerintah dalam memitigasi dampak pandemi Covid-19.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tidak ada satu pun negara yang terhindar dari krisis akibat pandemi Covid-19, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, penguatan ketahanan nasional diperlukan dengan menitikberatkan respons pada sektor-sektor domestik yang bisa menopang pertumbuhan ekonomi.
Dana Moneter Internasional (IMF) dalam Laporan Proyeksi Ekonomi Gobal, yang dirilis Selasa (14/4/2020) pagi waktu Washington DC, Amerika Serikat, atau Selasa malam waktu Indonesia, memperkirakan, pertumbuhan ekonomi global minus 3 persen pada 2020. Angka proyeksi ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan krisis keuangan global pada 2008-2009, yaitu minus 1 persen.
Proyeksi IMF menyebutkan, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di Asia tumbuh 1 persen yang ditopang pertumbuhan ekonomi China 1,2 persen dan India 1,9 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 diproyeksikan 0,5 persen.
Kepala Ekonom UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja menuturkan, kondisi dunia saat ini adalah perpaduan krisis keuangan global pada 2008-2009, depresi besar 1929, dan pandemi flu Spanyol 1918. Mitigasi jauh lebih sulit karena belum ada yang bisa menghitung dampak kerugian ekonomi secara global, regional, dan nasional.
”Untuk Indonesia, mitigasi harus menitikberatkan pada sektor-sektor domestik yang bisa menopang perekonomian saat krisis,” kata Enrico yang dihubungi Rabu (15/4/2020), di Jakarta.
Sektor-sektor domestik tersebut adalah agrikultur, perikanan, dan kehutanan, serta perdagangan. Pemerintah perlu memberi stimulus khusus untuk sektor agrikultur, perikanan, dan kehutanan agar dapat terus berproduksi di tengah pandemi Covid-19. Stimulus tidak hanya berupa insentif atau relaksasi fiskal, tetapi juga fasilitas.
Menurut Enrico, sektor agrikultur, perikanan, dan kehutanan harus bekerja sama dengan sektor perdagangan. Pemerintah harus memfasilitasi lebih banyak perusahaan ritel untuk menjual hasil panen dari petani dalam negeri. Kontribusi kedua sektor itu terhadap pertumbuhan ekonomi cukup signifikan, yakni sekitar 30 persen.
”Paling tidak, perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh positif sekitar 2 persen dengan memberikan stimulasi bagi kegiatan ekonomi domestik dengan keterbatasan yang ada,” kata Enrico.
Pada saat yang sama, kata Enrico, pemerintah dapat mendorong industri manufaktur untuk reorientasi produksi. Di tengah pandemi Covid-19, kini banyak perusahaan manufaktur di dunia melakukan reorientasi produksi menjadi peralatan kesehatan, seperti alat pelindung diri, masker, dan ventilator.
Reorientasi produksi menjadi salah satu strategi agar perusahaan manufaktur tetap berproduksi sehingga menekan angka pengangguran sekaligus memenuhi permintaan pasar dalam negeri untuk peralatan kesehatan.
”Dengan menjaga ketahanan pangan dan reorientasi produksi manufaktur, paling tidak perekonomian Indonesia bisa berkelanjutan untuk sementara waktu,” ujar Enrico.
KOMPAS/RIZA FATHONI
Pekerja merampungkan pembangunan apartemen di kawasan Margajaya, Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (3/4/2020). Pembangunan properti tetap bergeliat di tengah lesunya kondisi perekonomian karena pandemi Covid-19.
Konselor Ekonomi Dana Moneter Internasional (IMF) Gita Gopinath dalam Pertemuan Musim Semi IMF-Bank Dunia yang digelar virtual, Selasa, menekankan, pengambil kebijakan diharapkan menyokong rumah tangga, perusahaan, dan pasar keuangan. Dampak pandemi Covid-19 bagi sebagian besar negara di dunia bisa berlanjut pada semester II tahun ini.
IMF memperingatkan negara-negara berkembang akan dihadapkan pada tantangan tambahan, yakni pembalikan modal asing dan tekanan terhadap nilai tukar. Kondisi ini akan memperlemah sistem kesehatan dan membatasi ruang fiskal nasional. Tidak ada satu pun negara yang bisa terhindar dari krisis akibat pandemi Covid-19.
Proyeksi Indonesia
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Selasa (14/4/2020), menyampaikan, perekonomian Indonesia akan tertekan cukup dalam pada triwulan II dan III tahun ini. Berdasarkan skenario terberat, pertumbuhan ekonomi dapat mendekati nol persen pada triwulan II-2020 dan minus 2 persen pada triwulan III-2020.
”Pemulihan ekonomi diharapkan mulai terjadi pada triwulan IV-2020 dan momentum pemulihan akan diakselerasi pada 2021,” kata Sri Mulyani.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Warga berperahu melintasi lahan persawahan yang tergenang karena limpasan air Rawapening di Pojoksari, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Selasa (7/4/2020). Sebagian besar area pertanian di kawasan tersebut merupakan lahan pasang surut dengan memanfaatkan ekosistem di sekitar danau alami Rawapening.
Respons kebijakan pemerintah saat ini difokuskan pada penanganan Covid-19. Penyebaran Covid-19 harus dihentikan untuk memperkecil dampak sosial, ekonomi, dan keuangan. Pertumbuhan ekonomi RI diharapkan kembali pulih pada kisaran 5,4-5,5 persen pada 2021.
Respons kebijakan pemerintah saat ini difokuskan pada penanganan Covid-19.
Sri Mulyani menekankan, pemerintah masih kesulitan untuk memprediksi situasi perekonomian. Sejauh ini proyeksi akan didasarkan pada pertumbuhan ekonomi triwulan II-2020 dan kecepatan penanganan Covid-19. Namun, secara garis besar, tekanan paling dalam akan terjadi pada triwulan III, kemudian diikuti indikasi pemulihan pada triwulan IV.
”Dan hari-hari ini pun, kalau kami membuat proyeksi, masih banyak sekali catatan,” kata Sri Mulyani.
Menteri Keuangan 2013-2014 M Chatib Basri menambahkan, respons kebijakan jangka pendek tetap harus difokuskan untuk sektor kesehatan, jaring pengaman sosial, dan membantu dunia usaha. Insentif dan relaksasi pajak dalam kondisi saat ini sebaiknya ditahan karena tidak memberikan dampak bagi pemulihan ekonomi dan sosial.
Setelah pandemi Covid-19 berakhir, respons kebijakan diarahkan kembali untuk kontrasiklus. Tujuannya adalah meningkatkan konsumsi rumah tangga dan investasi. Kebijakan fiskal yang kontrasiklus harus dibarengi ekspansi kebijakan moneter. Indonesia juga bisa mengambil peluang terlibat dalam rantai pasok global.