Industri Dalam Negeri Dioptimalkan untuk Tangani Covid-19
Pemerintah mendorong produksi secara massal APD, alat untuk ”rapid test” dan PCR, serta ventilator yang dilakukan perusahaan BUMN dan rintisan. Dukungan untuk memperoleh bahan baku pun akan diberikan pemerintah.
Oleh
Anita Yossihara
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah mendorong optimalisasi industri dalam negeri untuk menangani Covid-19. Seluruh potensi serta sumber daya yang dimiliki negara akan dikerahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama alat kesehatan serta obat-obatan dan vitamin yang dibutuhkan untuk menghadapi pandemi.
Guna mendorong optimalisasi industri Tanah Air untuk penanganan Covid-19, Rabu (15/4/2020), Presiden Joko Widodo menggelar rapat terbatas (ratas) membahas optimalisasi industri dalam negeri untuk menangani pandemi. Mengawali sambutan pengantar ratas, Presiden menyampaikan fakta mengenai pandemi Covid-19 yang melanda 213 negara.
Kondisi itu membuat semua negara berebut untuk memperoleh alat-alat kesehatan yang diperlukan untuk penanganan Covid-19. Karena itu, Presiden menginstruksikan jajarannya agar memanfaatkan industri Tanah Air untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
”Kita harus melihat kembali seluruh potensi, sumber daya yang kita miliki, di negara kita, terutama industri dalam negeri kita dalam memproduksi alat-alat kesehatan yang dibutuhkan dalam penanganan Covid-19,” ujar Presiden yang memimpin ratas dari Istana Merdeka, Jakarta.
Kita harus melihat kembali seluruh potensi, sumber daya yang kita miliki, di negara kita, terutama industri dalam negeri kita dalam memproduksi alat-alat kesehatan yang dibutuhkan dalam penanganan Covid-19.
Industri yang perlu dioptimalkan terutama terkait dengan industri obat dan farmasi, alat pelindung diri (APD), masker, dan ventilator.
Terkait dengan hal tersebut, Presiden menginstruksikan jajarannya untuk mengatur ulang manajemen ekspor. Industri harus lebih memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dalam negeri, terutama kebutuhan peralatan medis dan obat-obatan beserta bahan bakunya.
”Jangan sampai semua diekspor, dalam negeri malah tidak dapat. Maka, perlu diatur sebaik-baiknya. Saya lihat, untuk APD, kita sudah bisa produksi banyak, masker juga. Ini agar diatur,” katanya.
Presiden juga meminta jajarannya agar tidak menghambat proses pemberian izin produksi bagi perusahaan yang ingin memproduksi alat-alat kesehatan. Selain itu, penting pula untuk memperbaiki standar alat kesehatan yang diproduksi, terutama APD, tanpa harus mempersulit pemberian izin produksi.
Tak hanya itu, izin impor bahan baku juga diminta diberikan secara cepat. Ini karena belum semua bahan baku peralatan medis tersedia di dalam negeri. Semakin cepat bahan baku yang dibutuhkan industri medis terpenuhi, semakin cepat pula proses produksi untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri yang nantinya akan membantu penanganan Covid-19 di Indonesia.
Lebih jauh, Presiden memandang perlu pemberian insentif fiskal bagi industri alat kesehatan dan obat, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), selama penanganan pandemi Covid-19 ini masih berlangsung.
Dalam jumpa wartawan virtual seusai ratas, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro menyampaikan, saat ini pihaknya tengah menyiapkan dua alat deteksi Covid-19 buatan lokal, yakni alat rapid test dan PCR. Rapid test diperlukan untuk pengujian yang bersifat massal dan deteksi awal. Hasil rapid test itulah yang kemudian diuji menggunakan PCR.
”Rapid test merupakan hasil kerja sama BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi), UGM (Universitas Gadjah Mada), dan akan diproduksi oleh PT Hematika di Yogyakarta,” katanya. Untuk tahap pertama, Hematika akan memproduksi 100.000 unit rapid test yang ditargetkan sudah tersedia pada enam pekan ke depan.
Adapun alat tes PCR merupakan hasil kerja sama BPPT dengan perusahaan rintisan Nusantik, dan PT Bio Farma. Sebelum diproduksi, alat tes PCR itu akan diuji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Kementerian Kesehatan.
Bambang menjelaskan, alat tes PCR itu sudah disesuaikan dengan virus yang menyebar dari transmisi lokal di Indonesia. Dengan demikian, diharapkan tingkat akurasinya lebih tinggi dibandingkan dengan alat tes yang berasal dari luar negeri.
”Kebetulan BPPT sedang kerja sama dengan Eijkman (Institute) untuk mendapatkan virus strain lokal tersebut. Dan, setelah itu, masuk ke tahap produksi. Bio Farma sudah menyatakan siap,” ujar Bambang.
Saat ini BPPT juga sudah menyelesaikan riset untuk membuat ventilator. Setelah lolos pengujian di Kementerian Kesehatan, direncanakan ventilator akan diproduksi secara massal oleh PT Len Industri dan PT Poly Jaya Medikal. Kedua perusahaan itu masing-masing memiliki kapasitas produksi hingga 100 unit ventilator.
Tak hanya itu, saat ini BPPT juga sudah menyelesaikan riset untuk membuat ventilator. Setelah lolos pengujian di Kementerian Kesehatan, direncanakan ventilator akan diproduksi secara massal oleh PT Len Industri dan PT Poly Jaya Medikal. Kedua perusahaan itu masing-masing memiliki kapasitas produksi hingga 100 unit ventilator. Dengan demikian, pada akhir April nanti ditargetkan sebanyak 200 unit ventilator sudah selesai produksi dan didistribusikan ke rumah sakit rujukan Covid-19 di seluruh Indonesia.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mendorong agar industri alat kesehatan meningkatkan kapasitas produksinya. Pemerintah akan membantu produsen untuk mengakses bahan baku alat kesehatan dan industri farmasi.
Sebelumnya, optimalisasi industri dalam negeri untuk memproduksi alat-alat kesehatan serta obat yang dibutuhkan untuk penanganan Covid-19 sempat diusulkan oleh ekonom Dradjad H Wibowo. ”Presiden semestinya bisa segera memobilisasi produksi APD dan alat kesehatan,” ujarnya, beberapa waktu lalu. Tak hanya itu, pemerintah juga didorong segera melakukan investasi besar-besaran untuk produksi obat dan vaksin karena bisa dipastikan harga impor akan lebih mahal.