Penanganan Covid-19 jadi kunci karena memengaruhi banyak hal, termasuk kondisi perekonomian.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
Semua pemangku kepentingan di Indonesia mesti fokus memutus rantai penularan virus korona jenis baru atau Covid-19. Semua pihak harus mengambil peran sesuai kewenangan dan kemampuan yang dimiliki. Meskipun, saat ini dokter, tenaga medis, dan semua insan kesehatan ada di garda terdepan penanganannya.
Masyarakat harus bahu-membahu agar jangan sampai terjadi ledakan jumlah pasien positif Covid-19. Keterbatasan jumlah rumah sakit, tenaga kesehatan, peranti medis, harus diingat. Semua orang harus menjaga diri sendiri dan orang lain.
Sejak pertama kali diumumkan pada 2 Maret 2020, jumlah kasus positif Covid-19 terus bertambah. Per Minggu (12/4/2020), ada
Dari sekian pilihan tindakan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, pemerintah akhirnya memilih Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menanggulangi penyebaran Covid-19. Langkah pemerintah itu diwujudkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang PSBB dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) pada 31 Maret 2020.
DKI Jakarta, sebagai daerah episentrum Covid-19, menjadi wilayah pertama yang melaksanakan PSBB. Kementerian Kesehatan pada akhir pekan lalu sudah menyetujui Bogor, Depok, dan Bekasi untuk mengambil langkah serupa dengan DKI Jakarta.
Namun, sekali lagi, di tengah berbagai pertimbangan, aspek kesehatan harus selalu menjadi prioritas dalam menyikapi pandemi Covid-19. Bahkan, kalangan pelaku ekonomi pun menyuarakan pandangan yang sama. Mereka menyebutkan, dampak ekonomi akan semakin panjang dan dalam jika penanganan Covid-19 tidak dilakukan secara optimal.
Setidaknya, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Indonesia sudah menekankan bahwa perekonomian dunia pada tahun ini akan merosot. Adapun dalam konferensi video, Kementerian Keuangan memperkirakan, dalam kondisi berat, perekonomian RI akan tumbuh 2,3 persen pada tahun ini.
Sejumlah pengusaha, pemimpin asosiasi bisnis, maupun kamar dagang dan industri juga menekankan arti penting memprioritaskan penanganan masalah kesehatan.
Intinya, menolong manusia jauh lebih penting ketimbang menyelamatkan ekonomi untuk saat ini. Selama aspek kesehatan atau keselamatan manusia terkait pandemi Covid-19 belum teratasi, dampak ekonomi akan berlarut-larut dan semakin sulit dikendalikan.
Kegiatan industri atau aktivitas ekonomi terkait kesehatan dan pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat harus terjaga di tengah pandemi Covid-19. Misalnya, industri alat pelindung diri, industri farmasi, industri alat kesehatan, serta industri makanan dan minuman.
Protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19 mesti dijalankan di beberapa sektor atau industri strategis yang tetap diperbolehkan beroperasi. Hal ini untuk mencegah peningkatan penyebaran Covid-19. Meskipun, industri tengah berupaya memenuhi kebutuhan hidup masyarakat agar tetap tersedia dan tak terputus.
Di sektor perhubungan, kebijakan pembatasan moda transportasi di kendaraan umum maupun pribadi harus dimaknai sebagai upaya memutus rantai penularan Covid-19. Saat ini telah ada aturan untuk membatasi jumlah penumpang di dalam kendaraan umum dan pribadi serta menjaga jarak antarpenumpang.
Namun, demi fokus mencegah penularan Covid-19, harus dipastikan juga agar pengemudi, awak kendaraan, maupun penumpang sehat. Semua pihak harus memiliki kesadaran, kemauan, dan disiplin yang kuat untuk bersama-sama mencegah penularan virus korona jenis baru ini.
Pandemi Covid-19 adalah masalah kesehatan. Berkali-kali mesti ditekankan bahwa hal itu adalah inti masalahnya. Alhasil, semua langkah harus fokus untuk mengatasi pandemi Covid-19. Dampak maupun implikasi pada aspek lain patut dipikirkan. Akan tetapi, jangan sampai menomorduakan aspek kesehatan dan keselamatan.
Saatnya fokus agar rantai penyebaran Covid-19 segera terputus.