Komoditas Pertanian di Gayo Kehilangan Pasar, Harga Anjlok
Covid-19 menyebabkan komoditas pertanian di dataran tinggi Gayo, Kabupaten Bener Meriah, dan Aceh Tengah, Aceh, kehilangan pasar. Harga produk pertanian anjlok.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Setelah pembatasan aktivitas di luar rumah untuk meredam penyebaran Covid-19, komoditas pertanian di dataran tinggi Gayo, Kabupaten Bener Meriah, dan Aceh Tengah, Aceh, kehilangan pasar. Akibatnya, harga produk pertanian, seperti tomat, cabai, dan kentang, ditingkat petani anjlok.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Bener Meriah Abadi dihubungi Minggu (12/4/2020) menuturkan, dalam sebulan terakhir banyak hasil pertanian milik petani tidak terserap oleh pasar. Selain permintaan berkurang, harga beli pada petani juga murah. ”Misalnya tomat biasanya harga Rp 4.000 per kilogram, sekarang hanya Rp 1.000. Itu pun tidak semua stok laku,” kata Abadi.
Bener Meriah dan Aceh Tengah merupakan sentra produksi komoditas pertanian. Hasil pertanian dari daerah itu dipasok ke pasar-pasar kabupaten tetangga, mulai dari Bireuen, Lhokseumawe, Banda Aceh, bahkan sebagian ke Sumatera Utara.
Banyak petani menanam dengan harapan dapat memanen saat tiba bulan Ramadhan. Biasanya jelang bulan puasa harga naik. Namun, wabah virus korona membuat aktivitas pasar menjadi lesu. Permintaan menurun sehingga harga beli di tingkat petani pun anjlok.
Sabri (45), petani tomat di Bener Meriah, menyatakan modal yang dia keluarkan Rp 20 juta menanam tomat di lahan 1 hektar terancam tidak akan balik. Pendapatan dari penjualan baru Rp 4 juta. Karena tidak laku, sebagian tomat mulai membusuk dan terpaksa dibuang.
Dina Fitra (34), seorang petani di Bener Meriah, menuturkan, harga cabai rawit kini hanya Rp 10.000 per kilogram, padahal sebelum Covid-19 harga jual Rp 16.000 hingga Rp 20.000. ”Tidak ada harga, sudah malas kami panen,” kata Dina.
Permintaan menurun sehingga harga beli di tingkat petani pun anjlok.
Berdasarkan pantauan Kompas di pasar tradisional Peunayong, Banda Aceh, harga tomat Rp 5.000 per kg dan harga cabai Rp 23.000 kg. Namun, aktivitas jual beli terlihat lebih sepi daripada biasanya. Banyak lapak pedagang yang ditutup.
Harga jual kopi arabika Gayo di tingkat petani juga mengalami penurunan drastis. Sebelum Covid-19, harga jual buah merah ukuran satu kaleng (12 kg) Rp 110.000, tetapi kini hanya laku Rp 70.000. Sementara harga gabah kopi turun dari Rp 32.000 per kg menjadi Rp 26.000. Harga green bean/biji hijau dari biasanya Rp 80.000 jatuh ke harga Rp 55.000 per kg.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Bener Meriah Abadi mengatakan, aktivitas ekspor kopi sepi karena banyak pembeli di luar negeri menunda pembelian. Sejumlah negara tujuan ekspor kopi di Eropa dan Amerika Serikat kini sedang menerapkan karantina wilayah melawan Covid-19.
Khusus untuk produk kopi arabika Gayo, Pemkab Bener Meriah akan segera mengoperasikan sistem resi gudang. Petani menitipkan kopi di resi gudang kemudian petani dapat mengambil uang ke bank dengan jaminan surat dari resi gudang.