Di Tengah Pandemi, Penambangan Minyak Lepas Pantai Tetap Berjalan
Di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, sejumlah kontraktor kontrak kerja sama hulu migas di Indonesia mengajukan permohonan penghentian kegiatan. PHE ONWJ memilih tetap beroperasi.
Oleh
ARIS PRASETYO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java, anak usaha PT Pertamina (Persero), tetap beroperasi di tengah pandemi Covid-19. Langkah itu diambil di tengah beberapa perusahaan hulu minyak dan gas bumi yang mengajukan kondisi darurat akibat semakin merebaknya Covid-19 sebagai alasan menghentikan kegiatan.
PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) beroperasi di lepas pantai utara Jawa Barat. Perusahaan ini menjadi salah satu penghasil minyak yang cukup signifikan dengan produksi minyak sekitar 28.000 barel per hari.
”Kegiatan kami di lapangan tetap berjalan seperti biasa kendati ada perubahan pergantian kru yang sebelumnya setiap 12 hari sekali diperpanjang menjadi setiap 28 hari sekali selama pandemi Covid-19,” ujar General Manager PHE ONWJ Cosmas Supriatna dalam siaran pers yang dikutip Kompas, Minggu (12/4/2020).
Menurut Cosmas, perubahan pergantian jadwal kru itu untuk meminimalkan pergerakan karyawan sekaligus mencegah timbulnya penularan virus korona baru. Perusahaan juga menerapkan standar ketat selama kegiatan di lapangan, seperti pemeriksaan kesehatan pekerja, sebelum memulai tugas.
Jumlah pekerja di lapangan yang sebelumnya 1.200 orang dikurangi menjadi 970 orang. ”Bekerja dalam situasi seperti ini memang tidak mudah dan berisiko tinggi. Namun, ini demi tanggung jawab mewujudkan ketahanan energi,” katanya.
Bekerja dalam situasi seperti ini memang tidak mudah dan berisiko tinggi. Namun, ini demi tanggung jawab mewujudkan ketahanan energi.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendapat pengajuan penghentian kegiatan di lapangan dari sejumlah kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) hulu migas di Indonesia. Namun, SKK Migas bersikukuh, kegiatan di lapangan tidak boleh berhenti.
”Industri hulu migas selalu menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan kerja. Pandemi Covid-19 harus dicermati secara hati-hati. Namun, kita tidak harus menghentikan kegiatan dan wajib melakukan pencegahan,” ujar Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto.
Industri hulu migas menjadi nadi perekonomian nasional sehingga harus terus dijaga agar tetap berjalan.
Di Indonesia, pandemi Covid-19 berdampak langsung pada aktivitas hulu migas. Dampak tersebut berupa turunnya permintaan minyak dan gas bumi serta terhambatnya operasi di lapangan. Pergerakan pekerja, peralatan kerja, dan pengangkutan minyak menjadi molor.
”Kegiatan hulu migas tidak hanya berperan sebagai salah satu sumber penerimaan negara, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi nasional lewat dampak ganda yang ditimbulkan. Industri hulu migas menjadi nadi perekonomian nasional sehingga harus terus dijaga agar tetap berjalan,” ucap Dwi.
Kemerosotan harga minyak mentah dunia turut menyeret harga minyak Indonesia (ICP) jatuh lebih rendah. Untuk periode Maret, yang ditetapkan di bulan berikutnya, harga minyak Indonesia menjadi 34,23 dollar AS per barel. Harga tersebut jauh lebih rendah dibanding periode Februari 2020 sebesar 57,18 dollar AS per barel.