Ekspor Karet Sumut Diperkirakan Anjlok 20 Persen pada April
Ekspor karet remah dari Sumatera Utara diperkirakan menurun 20 persen pada April sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Sementara industri sawit dalam negeri masih berjalan dengan baik meski ekspor masih lesu.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Ekspor karet remah dari Sumatera Utara diperkirakan menurun 20 persen pada April sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Sementara industri sawit dalam negeri masih berjalan dengan baik meski ekspor masih lesu.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Sumut Edy Irwansyah mengatakan, pandemi Covid-19 sangat berdampak terhadap industri karet karena negara tujuan ekspor utama melakukan karantina wilayah (lockdown) untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. ”Penurunan volume ekspor 3 persen sudah mulai terjadi pada Maret dan diperkirakan menurun lagi pada April,” kata Edy.
Edy mengatakan, negara tujuan ekspor karet dari Sumut yakni Jepang, Amerika Serikat, China, India, dan 50 negara lain. Penundaan pembelian dari negara tersebut mulai terjadi sejak Maret.
Penurunan volume ekspor 3 persen sudah mulai terjadi pada Maret dan diperkirakan menurun lagi pada April. (Edy Irwansyah)
Untuk mengantisipasi penurunan yang drastis, para pengusaha mempercepat pengiriman yang dijadwalkan April menjadi Maret. Namun, penurunan volume ekspor tetap terjadi dari 34.025 ton pada Februari menjadi 33.103 ton pada Maret. ”Jika perusahaan tidak mempercepat pengiriman, penurunan volume ekspor karet remah pada Maret bisa anjlok hingga 10 persen,” katanya.
Edy mengatakan, pembatalan pembelian karet remah pada April mencapai 30 persen. Para pengusaha pun kini mengurangi aktivitas produksi agar stok karet remah tidak menumpuk di gudang. ”Pabrik kini mengurangi jam produksi sehingga sebagian karyawan harus dirumahkan,” katanya.
Menurut Edy, di Sumut saat ini ada 25 pabrik karet remah yang beroperasi dengan jumlah karyawan 150-300 orang per pabrik. Sampai saat ini belum ada pabrik yang melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya. Namun, para pengusaha sudah menyiapkan rencana merumahkan karyawan sampai ekspor karet bisa normal kembali.
Industri sawit
Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia Derom Bangun mengatakan, industri sawit dalam negeri masih berjalan dengan baik meski ekspor lesu. ”Pandemi Covid-19 menekan permintaan minyak sawit dari negara pengimpor. Namun, perkebunan dan industri hilir sawit masih tetap beroperasi secara normal,” katanya.
Derom mengatakan, aktivitas di tingkat petani sawit pun masih berjalan baik. Harga tandan buah segar (TBS) sawit pun masih cukup bagus. Ia mencontohkan harga TBS sawit di Riau yang masih mencapai Rp 1.815 per kilogram. Harga itu lebih baik dibandingkan dengan pertengahan tahun lalu.
Produk sampingan sawit berupa janjang kosong sawit pun akhirnya bisa diekspor ke China setelah sempat tertahan lebih dari dua bulan akibat karantina wilayah di China. ”Permohonan pemeriksaan karantina produk pertanian yang akan diekspor ke China sudah mulai berjalan lagi,” kata Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil, dalam siaran persnya.
Ali mengatakan, 681 ton janjang kosong dari Sumut dengan nilai Rp 933 juta telah dinyatakan sesuai dengan persyaratan otoritas karantina China dan siap dikapalkan. Janjang kosong yang merupakan serat yang dihasilkan dari limbah TBS sawit itu biasanya digunakan untuk bahan baku tali kapal, pengisi matras, serta tempat duduk mobil dan pesawat.
”Kondisi ini sangat baik karena China merupakan pasar besar produk pertanian dari Indonesia,” kata Ali.
Kasus di Sumut meluas
Sementara itu, juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumut, Mayor (Kes) Whiko Irwan, menyatakan, kasus Covid-19 masih terus meluas di Sumut. Jumlah pasien positif Covid-19 di Sumut mencapai 90 orang dan pasien dalam pengawasan 149 orang.
”Dalam dua minggu ini selalu ada tambahan PDP dan konfirmasi positif setiap hari. Ini berarti virus korona masih ada di wilayah kita. Jangan pernah lengah melindungi diri,” kata Whiko.
Whiko mengatakan, mereka juga melaksanakan protokol kesehatan yang ketat untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 dari 513 tenaga kerja Indonesia yang baru datang dari Malaysia. Mereka saat ini dikarantina di Pangkalan Udara Soewondo, Medan. Sebagian lagi di Taman Pramuka Deli Serdang. Para TKI tersebut akan dijemput pemerintah daerah masing-masing dan diminta melakukan karantina mandiri di rumah.