Pandemi Covid-19 dan kemerosotan harga minyak mentah dunia menyebabkan sejumlah proyek hulu migas terganggu. SKK Migas berusaha agar 11 proyek hulu migas tahun ini bisa selesai tepat waktu.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Empat proyek hulu minyak dan gas bumi di Indonesia senilai 45 juta dollar AS berhasil dituntaskan pada triwulan I-2020. Empat proyek tersebut bagian dari 11 proyek hulu migas yang menjadi prioritas tahun ini. Keempat proyek ini menghasilkan gas bumi sebanyak 80 juta standar kaki kubik per hari.
Keempat proyek tersebut terdiri dari tiga proyek gas bumi dan satu proyek pembangunan pembangkit listrik Sembakung Power Plant oleh PT Pertamina EP untuk mendukung operasi hulu migas di Kalimantan Timur. Ketiga proyek itu adalah Grati Pressure Lowering di Jawa Timur oleh Ophyr Indonesia Ltd, Lapangan Randugunting di Jawa Tengah oleh PT PHE Randugunting, dan Lapangan Buntal-5 di Laut Natuna oleh Medco E&P Natuna.
”Kami bersyukur empat proyek bisa tuntas tepat waktu. Ini adalah usaha untuk menjaga produksi migas sesuai target yang sudah ditetapkan,” ujar Deputi Operasi pada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Julius Wiratno dalam keterangan resmi, Rabu (8/4/2020).
Perlu ada evaluasi proyek antara SKK Migas dan KKKS mengenai rencana pencapaian target pada seluruh proyek hulu migas tahun ini.
Julius menambahkan, SKK Migas bersama kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) berusaha keras seluruh proyek hulu migas tahun ini bisa terealisasi tepat waktu. Namun, usaha itu penuh tantangan di tengah pandemi Covid-19 yang sejalan dengan merosotnya harga minyak mentah dunia.
”Perlu ada evaluasi proyek antara SKK Migas dan KKKS mengenai rencana pencapaian target pada seluruh proyek hulu migas tahun ini,” katanya.
SKK Migas telah mengidentifikasi beberapa dampak yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Dampak tersebut antara lain pengiriman material impor menjadi lebih lama, pergerakan karyawan ke lokasi kerja menjadi lebih sulit lantaran perlu izin dan dampak karantina, persetujuan perizinan proyek manufaktur tertunda, serta produktivitas konstruksi menjadi rendah.
Usaha yang dilakukan adalah meminta dukungan kepala daerah di lokasi setiap proyek hulu migas agar memberikan kemudahan pergerakan orang dan barang pada proyek tersebut.
Adapun kesebelas proyek hulu migas yang dijadwalkan tuntas tahun ini nilai investasinya mencapai 189,7 juta dollar AS. Proyek-proyek tersebut ditargetkan bisa memproduksi minyak sebanyak 7.200 barel per hari dan gas bumi sebanyak 153 juta standar kaki kubik per hari.
Sementara itu, PT Pertamina (Persero) optimistis proyek peningkatan kapasitas kilang ataupun pembangunan kilang baru bisa selesai tepat waktu. Tahun 2026 adalah target tuntasnya pembangunan keseluruhan proyek itu yang ditandai dengan penghentian impor bahan bakar minyak. Sejumlah perusahaan asing dilibatkan dalam proyek ini.
Terdapat empat proyek peningkatan kapasitas kilang, yaitu Kilang Dumai di Riau, Kilang Balongan di Jawa Barat, Kilang Cilacap di Jawa Tengah, dan Kilang Balikpapan di Kalimantan Timur. Adapun rencana pembangunan dua kilang baru ada di Tuban, Jawa Timur, dan di Bontang, Kalimantan Timur.
Peningkatan kapasitas kilang adalah program menaikkan produksi dan meningkatkan kompleksitas produk dari kilang tersebut.
Secara keseluruhan, apabila keenam proyek tersebut tuntas, kapasitas produksi BBM akan naik dua kali lipat menjadi 2 juta barel per hari. Selain diintegrasikan untuk menghasilkan produk petrokimia, kilang-kilang tersebut juga mampu memproduksi BBM berstandar Euro V. Total investasi proyek ini mencapai 65 miliar dollar AS atau setara Rp 1.066 triliun dengan kurs saat ini.
”Proyek peningkatan kapasitas kilang dan pembangunan kilang baru menunjukkan kemajuan yang signifikan. Semua berjalan sesuai tahap yang direncanakan. Pengadaan peralatan utama juga tuntas dilaksanakan,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman.
Apabila seluruh proyek tersebut beroperasi, akan ada potensi penambahan devisa negara sebesar 12 miliar dollar AS per tahun dari penjualan berbagai produk kilang.
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang mengatakan, apabila seluruh proyek tersebut beroperasi, akan ada potensi penambahan devisa negara sebesar 12 miliar dollar AS per tahun dari penjualan berbagai produk kilang. Dari sisi perpajakan, negara akan memperoleh tambahan pajak sekitar 299 juta dollar AS per tahunnya.
”Proyek ini berpeluang menciptakan lapangan pekerjaan bagi 170.000 orang selama pengoperasian kilang. Adapun untuk tenaga kerja tidak langsung (subkontrak) bisa menyerap sebanyak 320.000 orang,” ujarnya.