Pandemi Paksa Sopir Bajaj Menerima Bayaran Seikhlasnya
Sudah sering terdengar adu mulut terjadi antara penumpang dan sopir bajaj soal tarif yang sesuai. Kini sebagian sopir bajaj pasrah dengan bayaran seikhlasnya karena sepi penumpang akibat pandemi Covid-19.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dany
·3 menit baca
Idris (40) tersenyum kecut dari balik kemudi bajajnya, Selasa (7/4/2020). Dirogohnya saku celana, lantas ditunjukkan uang kertas lusuh pecahan Rp 20.000. Sedari pukul 06.30 hingga pukul 12.00 baru ada satu penumpang.
Bapak dua anak ini saban hari ngetem di Jalan MH Thamrin, persisnya di samping pusat perbelanjaan Sarinah. Sepelemparan batu dari situ juga ada pusat keramaian lain, Djakarta Theatre. Namun, kawasan yang biasanya ramai orang lalu lalang ini terlihat lebih lengang.
Sebelum korona jenis baru menyerang warga, dalam sehari dia bisa mengantongi pendapatan kotor Rp 200.000-Rp 250.000 untuk rute Sarinah ke Tanah Abang dan Kebon Kacang atau sebaliknya. Adapun ongkos sekali jalan Rp 20.000 dengan penumpang maksimal lima orang.
Setengah dari uang itu digunakan untuk setoran kepada si bos atau pemilik bajaj dan pengisian bahan bakar gas. Biasanya sekali isi 8 liter (Rp 3.100 per liter). Kini dalam sehari pemasukan bersihnya paling banter Rp 40.000. ”Sekarang seikhlasnya saja, bayar berapa saja, asal dapat penumpang dan bisa makan. Mau bagaimana lagi,” ujar Idris.
Ia percaya, ada hikmah di balik setiap kesukaran. Idris mengalami hal itu. Dia masih bisa bernapas sedikit lega lantaran si bos memahami kondisi sopirnya. Bos tidak menagih setoran harian, justru memberi bantuan sekarung beras.
Demikian pula tunggakan indekos selama dua bulan sebesar Rp 600.000. Pemilik indekos memakluminya di tengah situasi yang serba tidak menguntungkan. ”Penumpang sepi jadi hemat bahan bakar. Kadang juga ada orang ngasih uang. Sejauh ini kebutuhan sehari-hari dicukup-cukupi,” katanya.
Sopir bajaj lain, Yaskur (60), juga terseok-seok karena pandemi ini. Sepanjang perjalanan untuk mengisi bahan bakar gas ke Pulogadung, Jakarta Timur, hingga kembali ke Sarinah, tidak ada satu penumpang yang cantol pada bajajnya.
Padahal, bajajnya cukup eksentrik dengan hiasan stiker warna-warni serta tulisan ”BRUTAL” pada atapnya. Tulisan itu kini tiada tajinya oleh SARS-Cov-2 penyebab Covid-19. ”Mau mudik ke Cirebon, Jawa Barat, belum memungkinkan karena tidak ada kerja serabutan. Belum musim panen, baru usai tanam. Tetap tarik bajaj untuk sementara menyambung napas,” kata Yaskur.
Yaskur sedikit lebih beruntung karena sang istri berdagang kopi di pangkalan bajaj Petamburan, Jakarta Barat. Hasilnya dagangan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Istrinya juga bisa mengambil pinjaman harian sebesar Rp 500.000 dengan setoran Rp 10.000 per hari jika kondisi benar-benar sulit.
Keluarga ini berencana mudik pada Lebaran nanti dengan bajaj untuk menghemat ongkos. Yaskur telah mengantongi izin membawa bajaj ke kampung halaman.
Terlepas dari berbagai problematika warga pekerja informal di Ibu Kota, Idris dan Yaskur tetap memerhatikan kebersihan untuk mencegah risiko paparan virus SARS-Cov-2.
Selain masker kain, keduanya tidak membolehkan penumpang membuka dan menutup pintu bajaj. Pembayaran pun dilakukan dengan menyodorkan uang untuk meminimalkan sentuhan tangan. ”Keselamatan tetap penting,” ucap Idris.
Pandemi juga menyebabkan dirumahkannya sebagian karyawan gedung serbaguna. Penutupan sewa gedung berimbas pada berkurangnya pemasukan. Alhasil jumlah petugas keamanan, petugas kebersihan, hingga staf dikurangi.
Salah satu petugas keamanan, Susanto, menuturkan, karyawan tetap bekerja seperti biasa meskipun ada pengurangan jumlah karyawan. ”Pendapatan gedung berkurang, penyewa pendapatan juga berkurang. Imbasnya ke pengurangan tenaga keamanan, kebersihan, dan lainnya,” ujar Susanto.
Situasi serupa dialami banyak warga semenjak pandemi Covid-19. Mereka tidak punya pilihan lain sehingga harus berpikir ekstra keras guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Uluran tangan sesama memang ada melalui upaya warga bantu warga.
Namun, semuanya akan semakin ringan dengan keterlibatan pemerintah. Sebab, salah satu tanggung jawab negara ialah menjamin hajat hidup orang banyak.