Properti Terpukul, Proyek Terlambat
Pandemi Covid-19 membuat pertumbuhan ekonomi melambat. Kondisi ini memukul sektor properti. Target pun direvisi.
JAKARTA, KOMPAS--Kondisi perekonomian yang pertumbuhannya merosot memukul sektor properti. Pengembang properti merevisi target jumlah rumah yang dibangun serta penyelesaian proyek properti.
Pengerjaan proyek dipastikan berlanjut, namun terlambat selesai.
Tahun ini, Real Estat Indonesia (REI) menargetkan pembangunan 259.808 unit rumah subsidi dan 200.000 unit rumah non-subsidi. Target itu diturunkan 30 persen akibat kondisi perekonomian tak menentu.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat REI Totok Lusida menyampaikan, proyek properti harus menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Proyek yang dibangun tetap berjalan, namun terlambat.
Sementara, pelemahan nilai tukar rupiah menimbulkan masalah lain, yakni harga bahan bangunan, terutama impor, melonjak. Selain itu, bahan bangunan sulit dicari.
Permasalahan bertambah akibat pameran properti -yang biasanya dihadiri banyak orang- dihentikan selama pandemi global Covid-19. Penjualan yang mengharuskan tatap muka pengembang dan konsumen juga merosot. Akibatnya, arus kas pengembang terganggu.
“Penjualan rumah mengharuskan bertemu calon pembeli, tidak bisa melalui internet. Dengan imbauan pemerintah agar masyarakat tinggal di rumah selama pandemi Covid-19, otomatis penjualan properti ikut terdampak,” kata Totok saat dihubungi di Jakarta, Selasa (24/3/2020).
Totok berharap ada mekanisme restrukturisasi kredit bagi pengembang yang proyeknya terhambat maupun kredit pemilikan rumah bagi konsumen yang kena dampak pandemi Covid-19. Dengan demikian, beban operasional pelaku usaha dapat ditekan dan mencegah pemutusan hubungan kerja.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan memberi sinyal stimulus perekonomian melalui pelonggaran pembayaran kredit bagi sektor usaha yang terdampak virus Covid-19.
“Situasi saat ini membuat usaha properti terhambat. Kami berharap pemerintah merealisasikan kebijakan restrukturisasi kredit untuk pengembang tanpa dikenakan sanksi kolektabilitas,” katanya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Daniel Djumali mengemukakan, proyek hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah juga tertunda dan transaksi penjualan merosot. Apersi akan merevisi target pembangunan rumah, dari semula 221.000 unit, disesuaikan dengan situasi pasar.
proyek hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah juga tertunda
“Meskipun pasar konsumen masyarakat berpenghasilan rendah merupakan pasar riil sesuai kebutuhan, tetapi target (pembangunan) akan direvisi sesuai kondisi pasar, sesuai lamanya Covid-19 maupun dampak berganda,” kata Daniel.
Beban berat
Wakil Sekretaris Jenderal Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Errika Ferdinanta mengemukakan, beban sektor konstruksi semakin berat akibat pandemi Covid-19 dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Proyek-proyek baru yang akan dimulai tertunda, sedangkan proyek yang sedang berjalan kini terganjal penyelesaiannya. Selain itu, suplai bahan baku kian sulit dan harga material impor meroket akibat pelemahan nilai tukar rupiah.
“Kami (dalam situasi) dilematis. Kalau proyek pembangunan dilanjutkan, risikonya pekerja bisa terpapar (Covid-19). Kalau (proyek) tidak dilanjutkan sementara waktu, terkendala waktu penyelesaian. Ada denda yang harus dibayar atau penalti jika kontraktor tidak menyelesaikan (proyek) tepat waktu,” katanya.
Secara terpisah, Senior Associate Director Colliers International Indonesia Ferry Salanto mengemukakan, industri properti diharapkan bangkit pada 2020. Namun, kebangkitan itu ternyata butuh waktu lebih lama.
Baca juga : Properti Masih Menantang
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Pahala N Mansury mengatakan, sektor properti dapat menyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa-masa perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Sebab, sektor ini berdampak pada lebih dari 170 sektor industri turunan, sehingga berfungsi meningkatkan taraf hidup masyarakat. BTN memberi stimulus berupa percepatan proses kredit dan relaksasi sejumlah syarat pengajuan kredit kepada pengembang properti.
“Apresiasi kami berikan kepada sejumlah pengembang, khususnya yang bergerak di segmen perumahan non-subsidi, baik dari jumlah penyalurannya maupun kualitas kreditnya,” ujarnya, Rabu (25/3), dalam keterangan yang diterima Kompas. (LKT/DIM)