Kita Akan Melewati Ini Bersama
Kami mempertimbangkan ulang rencana berwisata bersama teman-teman. Kami khawatir kalau kami justru menjadi ”carrier” (pembawa) virus korona baru.
”Tetap tenang dan sabar, ya. Kita akan melewati ini bersama,” begitu pesan yang masuk ke ponsel Anto (28), Jumat (20/3/2020) lalu.
Namun, pengirimnya bukan anggota keluarga, teman, atau kekasih Anto, melainkan aplikasi agen perjalanan daring tiket.com. Sudah sepekan terakhir, Anto, sebagai pelanggan tetap berbagai aplikasi jasa perjalanan dan wisata, tidak henti-hentinya mendapat pesan serupa.
Bukan hanya tiket.com, melainkan juga dari aplikasi lain, seperti Air Asia, Hotel Ascott, dan Reddoorz. Namun, pesan paling personal yang ia terima datang dari tiket.com. Dalam surelnya, agen perjalanan daring itu menginformasikan kebijakan pembatalan tiket, pengembalian uang (refund), dan penjadwalan ulang (reschedule), dengan gaya bahasa personal selayaknya orang dekat.
”Kami tahu, mungkin banyak dari sobat tiket yang terpaksa menunda hingga membatalkan rencana liburan. Lalu, mungkin ada keinginan untuk mengajukan refund? Tetap tenang dan sabar, ya. Kita akan melewati ini bersama,” demikian bunyi awal pesan dari tiket.com kepada para pelanggannya.
Kami tahu, mungkin banyak dari sobat tiket yang terpaksa menunda hingga membatalkan rencana liburan. Lalu, mungkin ada keinginan untuk mengajukan refund? Tetap tenang dan sabar, ya. Kita akan melewati ini bersama.
Bagian berikutnya dari surat itu menjelaskan mekanisme refund serta menginfokan nomor kontak layanan pelanggan yang bisa dihubungi jika ingin mendapatkan kejelasan soal refund. ”Pokoknya tetap tenang dan sabar, kami akan terus bantu semua masalah hingga selesai. Semoga kamu tetap aman, sehat, dan semangat. Semoga kondisi ini cepat berlalu dan semua bisa kembali normal. Semangat!”
Lain lagi pengalaman Westri (33). Pegawai negeri sipil di Kementerian Pemuda dan Olahraga itu memesan kamar di Apartemen Parkland Avenue di kawasan Tangerang lewat aplikasi tiket.com untuk menghadiri wisuda suaminya. Namun, berhubung acara dibatalkan karena wabah Covid-19, Westri pun membatalkan pemesanan.
”Awalnya saya mau tetap menginap saja di apartemen daripada rugi, tapi setelah ada edaran pemerintah agar tinggal di rumah, saya jadi enggak berani, apalagi bawa-bawa orangtua dan anak balita,” katanya.
Westri awalnya ragu mengajukan refund karena pemesanannya bersifat non-refundable atau tidak dapat dapat pengembalian dana jika pesanan dibatalkan. Namun, ia memutuskan tetap mengontak layanan pelanggan tiket.com dan mendapatkan pengembalian dana utuh dari manajemen.
”Jawaban manajemen melebihi ekspektasi karena ternyata bisa dapat full,” katanya.
Baca juga: Agen Perjalanan Merana karena Virus Korona
Westri juga mendapat pesan-pesan rutin yang mengingatkannya agar tetap menjaga kesehatan dan keamanan diri. Meski pemasukannya bergantung penuh dari frekuensi bepergian pelanggan, perusahaan-perusahaan itu tetap mengimbau konsumen agar tetap di rumah saja dan tidak bepergian ke mana-mana untuk melawan penyebaran virus korona baru.
Berkah uang ”refund”
Aplikasi rintisan jasa penginap Airy, misalnya, menawarkan refund utuh. Airy juga memberi imbauan dan saran melawan Covid-19. ”Kami sangat paham pandemi ini menimbulkan keresahan, terutama bagi Anda yang memiliki rencana bepergian dan sudah memesan kamar di Airy. Tetapi, kami menyarankan agar Anda mengatur lagi rencana sampai pandemi ini segera teratasi dan kondisi kembali normal.”
”Pelanggan jadi terbantu, apalagi karena work from home (bekerja di rumah) ini, pemasukan saya berkurang, jadi pas banget lagi bokek dan uang refund masuk utuh. Saya terharu karena saya tahu mereka bisnisnya juga pasti lagi defisit karena banyak yang cancel, tapi masih melindungi hak konsumen,” katanya.
Pelanggan jadi terbantu, apalagi karena work from home (bekerja di rumah) ini, pemasukan saya berkurang, jadi pas banget lagi bokek dan uang refund masuk utuh.
Anto mengatakan, inisiatif aplikasi rintisan itu kreatif untuk tetap hadir bagi pelanggan di tengah pandemi. Meski ia berharap pesan-pesan yang masuk dapat dikurangi agar tidak memenuhi kotak masuk surelnya.
”Sudah ada notif dari aplikasi, ditambah e-mail juga. Padahal, tidak usah takut karena aplikasi seperti ini kan, tidak mungkin ditinggalkan pelanggan,” kata karyawan swasta asal Bekasi itu.
Baca juga: Dunia Usaha dan Pekerja Dibayangi Korona
Ia lebih memilih pesan-pesan itu disampaikan lewat aplikasi saja. Sesekali, informasi penting boleh saja disampaikan lewat surel atau pesan singkat. Namun, jika pelanggan ingin mencari informasi promosi yang sedang ditawarkan, mereka cukup membuka aplikasi.
”Sebenarnya, kalau mau pelanggan tertarik, lebih baik kalau ada promo perjalanan atau wisata untuk setelah wabah ini berakhir. Orang pasti akan tertarik bepergian dan roda ekonomi di sana bisa kembali berputar,” kata Anto.
Kebijakan pembatasan bepergian dalam situasi wabah pandemi ini memang berdampak pada banyak orang. Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) mencatat, hingga Maret 2020 ini, permintaan pembatalan perjalanan sudah mencapai 96 persen. Demi menekan penyebaran virus dan menjaga kesehatan diri, banyak yang memilih tetap tinggal di rumah dan membatalkan perjalanan.
Hagani Ginting (27), karyawan swasta yang saat ini berdomisili di Singapura, seharusnya terbang dari Singapura ke Jakarta pada Jumat (20/3/2020) lalu. Namun, berhubung Singapura dan Jakarta sama-sama sedang terkena wabah Covid-19, Hagani membatalkan penerbangannya.
Apalagi, pada 15 Maret 2020, Pemerintah Singapura juga mewajibkan penduduk yang habis berkunjung dari negara-negara ASEAN tinggal di rumah selama 14 hari. ”Saya memutuskan langsung membatalkan saja, pertimbangannya daripada harus bekerja dari rumah selama 14 hari sekembalinya dari Indonesia,” kata Hagani.
Hagani yang memesan tiket lewat aplikasi AirAsia Go pun mendapatkan kemudahan refund, terlebih karena penerbangannya Singapura-Jakarta-Singapura dibatalkan oleh maskapai. AirAsia memberikan pilihan, yaitu mendapatkan pengembalian uang utuh atau mengalihkan poin pembelian tiket ke akun kredit pelanggan agar bisa dipakai ditebus di kemudian hari untuk perjalanan lain.
Baca juga: Industri Pariwisata Akan Kembali Indah pada Waktunya
Khawatir jadi ”carrier”
Kesehatan tetap menjadi prioritas utama masyarakat yang hendak berekreasi. Mereka secara sadar mengikhlaskan batalnya acara jalan-jalan demi berkontribusi dalam meredakan merebaknya kasus Covid-19 dengan memenuhi imbauan untuk berada di rumah dan membatasi jarak sosial.
Kunto Nugroho (55), warga Jakarta Selatan, ikhlas perjalanan rekreasinya mesti batal dan menuruti imbauan untuk tetap berada di rumah dan membatasi jarak sosial. Seharusnya, dia dan 14 rekannya berwisata ke Makassar dan Toraja, Sulawesi Selatan, pada 19-24 Maret 2020.
Keputusan itu pun membuat pemesanan tiket pesawat dan hotel turut batal. Kunto mengatakan, panitia perjalanan baru mengembalikan uangnya sekitar 56 persen.
Namun, pengembalian uang tak jadi soal bagi Kunto. ”Saya tidak lagi berpikir uangnya bisa kembali berapa. Saya tahu dampak kerugian ekonomi dari akomodasi dan tempat wisata di sana. Semoga pandemi ini lekas berlalu,” katanya saat dihubungi, Minggu (22/3/2020).
Prioritas pada kesehatan turut membuat M Rafi Al-Hariri Nasution (24), pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Sumatera Utara, mempertimbangkan ulang rencana jalan-jalannya bersama teman-temannya. ”Kami khawatir kalau kami justru menjadi carrier (pembawa) virus korona baru itu,” ujarnya.
Kami khawatir kalau kami justru menjadi carrier (pembawa) virus korona baru itu.
Sebelumnya, Rafi berencana ke Lombok pada Juli-Agustus mendatang. Dia pun belum memesan tiket perjalanan dan penginapan. Selain itu, sebagai pelaku UMKM, dia memperkirakan, sumber dana untuk alokasi berwisata dalam anggaran pribadinya menipis.
”Usaha saya turut terdampak mewabahnya kasus Covid-19. Saya bergerak di usaha percetakan undangan pesta. Kita semua belum tahu kapan anjuran untuk pesta dicabut sehingga jumlah pesanan undangan pun turut menurun,” katanya.
Dalam menghadapi disrupsi akibat dampak merebaknya Covid-19, pelaku usaha di sektor pariwisata beradaptasi. Salah satunya Bobobox, pelaku usaha yang menyediakan hotel kapsul bagi masyarakat.
Bobobox meluncurkan program #WFHBARENGBOB hinggal 20 April 2020 mendatang. CEO Bobobox Indra Gunawan menyatakan, program ini merupakan tawaran menginap di Bobobox dengan tarif khusus dan ditujukan bagi karyawan yang membutuhkan fasilitas bekerja dari luar kantor, seperti layanan internet.
Selain itu, Indra menambahkan, Bobobox memberikan penawaran khusus untuk tamu yang membutuhkan tempat beristirahat dalam 7-14 hari secara higienis dan nyaman. Hal ini dilatarbelakangi potensi penyebaran virus korona baru di wilayah tempat tinggal atau kos-kosan.
Indra mengatakan, saat ini Bobobox mengalami peningkatan permohonan penjadwalan ulang dan pembatalan. Namun, hingga 20 April 2020, Bobobox menjamin pengembalian uang sebesar 100 persen.
Sekretaris Jenderal Astindo Pauline Suharno mengatakan, kondisi setiap perusahaan biro perjalanan saat ini terpukul akibat Covid-19. Namun, para biro perjalanan juga tidak bisa memaksakan orang-orang bepergian karena keselamatan tetap menjadi prioritas. Saat ini, yang bisa dilakukan adalah tetap menjaga loyalitas pelanggan.
Salah satu caranya, menawarkan ganti rugi jika ada pembatalan tiket lewat kebijakan penjadwalan kembali dan refund yang lebih menguntungkan pelanggan. ”Untuk beberapa negara tujuan yang memang sudah lockdown, pengembaliannya bisa full, tapi tiap agen perjalanan akan mengenakan setidaknya biaya servis admin,” kata Pauline.
Di sisi lain, para agen perjalanan juga terus menginformasikan kepada pelanggan tentang kebijakan dan berbagai tawaran promo. Harapannya, setelah wabah berakhir, minat bepergian tetap tinggi dan roda ekonomi bisa kembali berputar, misalnya saat Lebaran nanti. ”Saat ini, memang belum kelihatan minat orang mau bepergian lagi,” katanya.