Indeks Harga Saham Gabungan masih berada di zona merah. Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dollar AS.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bursa saham domestik masih lesu pada saat bursa saham mayoritas di Asia mengindikasikan penguatan. Upaya pemerintah menangani penyebaran Covid-19 belum mampu menenangkan pasar sehingga gejolak di pasar saham dan pasar uang belum mereda.
Pada perdagangan Rabu (18/3/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka pada level 4.292,8, lebih rendah ketimbang level penutupan pada Selasa (17/3), yakni 4.456,75. IHSG bertahan di zona merah hingga jeda perdagangan siang di level 4.402,43.
Sementara bursa saham Asia lainnya masih bertahan di zona hijau, di antaranya Indeks Nikkei 225 Jepang menguat 1,42 persen pada pembukaan perdagangan, indeks Hang Seng Hong Kong (0,24 persen), dan indeks Shanghai Composite China (1,26 persen).
Indeks Strait Times Singapura juga naik 2,52 persen pada pembukaan perdagangan hari ini meskipun pada penutupan kemarin anjlok 1,65 persen.
Analis Panin Sekuritas, William Hartanto, menilai, ada dua sentimen utama penggerus IHSG, yakni pandemik Covid-19 serta indeks perekonomian Tanah Air. Sepanjang upaya pemerintah menangani penyebaran virus korona tipe baru belum menenangkan pelaku pasar, kepanikan masih akan sulit dihentikan.
”Satu-satunya cara untuk membuat IHSG kembali sehat adalah dengan menghentikan kepanikan pasar,” ujarnya saat dihubungi pada Rabu (18/3/2020).
Di kawasan Asia Pasifik, regulator pasar modal di Filipina sudah memelopori penghentian perdagangan sementara sejak awal pekan ini hingga Kamis (19/3). Penghentian sementara dilakukan karena indeks saham Filipina sudah terkoreksi 31,73 persen sejak awal Januari 2020 hingga hari perdagangan terakhir.
Adapun IHSG melemah hingga 29,25 persen sejak awal tahun ini. Menurut William, cara yang dilakukan otoritas bursa di Filipina tidak akan ampuh jika diaplikasikan di Indonesia karena hanya akan menunda aksi jual investor asing dan domestik.
”Penghentian sementara tidak menjamin saat pasar kembali dibuka, investor akan kembali masuk ke pasar dengan melakukan transaksi pembelian saham,” kata William.
Sepanjang tahun berjalan, investor asing telah membukukan jual bersih dari pasar saham domestik senilai Rp 8,55 triliun. Investor asing tak hanya keluar dari pasar saham domestik, tetapi juga dari pasar surat berharga negara (SBN).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, kepemilikan investor asing di SBN pada akhir Desember 2019 mencapai Rp 1.061,86 triliun. Namun, per 11 Maret 2020, nilainya terpangkas menjadi Rp 1.015,87 triliun atau berkurang Rp 45,99 triliun.
Rupiah tertekan
Gejolak di pasar SBN turut memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) hari ini, nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.223 per dollar AS. Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai, pelemahan nilai tukar terjadi setiap hari akibat tekanan pandemi Covid-19.
”Rumah sakit yang masih terlihat gagap menangani orang dengan pengawasan Covid-19 menunjukkan penanganan di lapangan tidak sesuai arahan pemerintah. Hal ini juga menyebabkan kekecewaan pelaku pasar,” ujarnya.