Dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 mesti dimitigasi. Namun, penanganan kasusnya juga mesti dilakukan dengan cepat dan tepat. Jika tidak tepat, skenario dampak terburuk bisa terjadi.
Oleh
dewi indriastuti
·3 menit baca
Pandemi Covid-19 memukul perekonomian dunia di berbagai sektor dan melalui berbagai kanal. Namun, ujungnya sama, yakni pertumbuhan ekonomi merosot.
Jika pertumbuhan ekonomi banyak negara di dunia merosot, bisa dipastikan, pertumbuhan ekonomi global juga akan melorot. Kondisi ini akan menimbulkan konsekuensi pada banyak hal, di antaranya harga minyak yang turun akibat permintaan yang berkurang dan harga komoditas yang merosot seiring penurunan harga minyak. Perdagangan antarnegara juga melambat karena kebutuhan yang berkurang sehingga membuat ekspor dan impor merosot. Jika ini terjadi, produksi yang berorientasi ekspor di dalam negeri juga akan terganggu.
Dana Moneter Internasional (IMF) pada Januari 2020 memproyeksikan perekonomian global tahun ini akan tumbuh 3,3 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan 2019 yang diperkirakan 2,9 persen.
Namun, proyeksi itu berubah saat wabah Covid-19 menerpa dunia. Bahkan, WHO menyatakan Covid-19 sebagai pandemi global.
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva di laman IMF menyebutkan, dalam berbagai skenario, pertumbuhan ekonomi 2020 akan anjlok hingga di bawah pertumbuhan ekonomi 2019. Ia bahkan menyebutkan, seberapa jauh pertumbuhan ekonomi bakal merosot dan seberapa lama kondisi itu akan bertahan sulit diprediksi. Sebab, kondisi itu akan bergantung tak hanya pada pandemi Covid-19, tetapi juga pada efektivitas aksi negara-negara di dunia dalam menghadapi pandemi ini.
Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia bulan Februari sudah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi RI tahun ini. Semula, BI memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh 5,1-5,5 persen pada 2020. Namun, seiring wabah Covid-19, BI merevisi menjadi 5-5,4 persen pada tahun ini.
Sementara, Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan, magnitude kerugian ekonomi akibat pandemi Covid-19 akan sangat tergantung pada perkembangannya. Padahal, perkembangan atau sebaran kasus Covid-19 tak bisa dipastikan.
ADB memiliki berbagai skenario untuk dampak Covid-19 bagi perekonomian dunia. Skenario itu berkisar 77 miliar dollar AS hingga 347 miliar dollar AS atau 0,1 persen sampai dengan 0,4 persen produk domestik bruto (PDB) dunia.
Meski demikian, sama seperti IMF, ADB juga menyebutkan tentang ketidakpastian yang tinggi dalam perjalanan kasus Covid-19. Akibatnya, seperti dikemukakan Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada, dampak ekonominya juga serba tak pasti.
Namun, menurut Sawada, analisis dampak perekonomian global tersebut bisa membantu pemerintah negara-negara di Asia mempersiapkan respons secara jelas. Respons tak hanya mencakup dampak perekonomian, tetapi juga penanganan terhadap kasus Covid-19.
ADB menggarisbawahi, dampak signifikan pandemi Covid-19 terhadap perekonomian negara-negara berkembang di Asia bisa melalui berbagai kanal atau sektor. Kanal itu antara lain permintaan domestik yang anjlok, perjalanan bisnis dan pariwisata yang merosot, dan disrupsi pada suplai barang.
Perjalanan bisnis dan pariwisata yang anjlok itu juga menjadi perhatian Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO). Menurut UNWTO, jumlah wisatawan internasional dan nilai belanja mereka pada tahun ini akan jauh berkurang. Hal ini logis karena Covid-19 membuat masyarakat berpikir dua kali untuk bepergian demi menjaga kesehatan diri.
UNWTO bahkan menyebut pariwisata sebagai sektor yang akan mengalami pukulan paling keras akibat pandemi Covid-19. Diperkirakan, kedatangan turis internasional secara global akan turun 1-3 persen dibandingkan perkiraan turis internasional yang melancong pada 2019. Perkiraan UNWTO, turis internasional yang bepergian pada 2019 sebanyak 1,46 miliar orang. Pandemi Covid-19 diperkirakan membuat turis internasional yang berwisata sekitar 1,416 miliar sampai dengan 1,446 miliar orang pada tahun ini. Kawasan Asia Pasifik diperkirakan mengalami dampak paling besar, yakni turis yang datang akan anjlok 9-12 persen.
Jumlah turis yang berkurang berarti nilai belanja turis juga merosot. Diperkirakan, ada potensi kehilangan belanja turis internasional sekitar 30 miliar dollar AS hingga 50 miliar dollar AS secara global.
Risiko ini mesti dimitigasi. Namun, yang paling utama saat ini adalah menangani kasus Covid-19 dengan tepat dan cepat sehingga skenario dampaknya tidak makin memburuk. (DEWI INDRIASTUTI)