Ada sejumlah cara untuk meningkatkan ekspor. Salah satunya dengan cara menambah jumlah eksportir.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
KOMPAS/CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto (kiri) turut menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia, National Export Circle, dan Himpunan Organisasi Alumni Perguruan Tinggi Negeri Indonesia dalam upaya menumbuhkan eksportir baru di Jakarta, Rabu (11/3/2020).
JAKARTA, KOMPAS — Kamar Dagang dan Industri Indonesia bersama Gabungan Eksportir Indonesia dan National Export Circle menggandeng Himpunan Organisasi Alumni Perguruan Tinggi Negeri Indonesia atau Himpuni. Mereka berupaya menumbuhkan eksportir baru di Indonesia untuk meningkatkan kinerja ekspor Indonesia.
”Kita sebenarnya membutuhkan jutaan eksportir baru,” kata Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Handito Joewono di Jakarta, Rabu (11/3/2020).
Handito menyampaikan hal itu pada acara Dialog Nasional bertema ”Memperbaiki Neraca Perdagangan dengan Mendorong Ekspor dan Mengelola Impor”. Subtema yang diusung adalah Optimalisasi Omni Channel pada Pengembangan 100.000 Eksportir Baru.
KOMPAS/LASTI KURNIA
Aktivitas bongkar muat kontainer di terminal operasi 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (20/2/2020). Badan Pusat Statistik mencatat nilai ekspor dan impor nonmigas ke dan dari China mengalami penurunan pada Januari 2020. Namun, BPS mengatakan bahwa penurunan tersebut tidak sepenuhnya diakibatkan virus korona jenis baru.
Handito mengatakan, jika setiap perguruan tinggi negeri (PTN)–yang jumlahnya 40 unit–yang menjadi anggota Himpuni mampu menumbuhkan 1.000 eksportir, akan ada tambahan 40.000 eksportir baru di Indonesia.
”Kami berkomitmen mendorong eksportir baru, termasuk dari kalangan perguruan tinggi. Kemarin kami sudah lapor ke Dirjen Dikti, kami akan kolaborasi dengan kampus-kampus supaya tercipta eksportir-eksportir baru,” ujar Handito.
Koordinator Presidium Himpuni, Maryono, mengatakan, Himpuni adalah lembaga yang menyatukan alumni atau organisasi ikatan alumni PTN di Indonesia. ”Di Indonesia ada 100 lebih dari PTN, yang 40 di antaranya sudah menjadi anggota Himpuni, termasuk ITB, UI, IPB, UGM, Undip, ITS, Unair, dan UB,” kata Maryono.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto turut menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman antara Kadin Indonesia, GPEI, National Export Circle, dan Himpuni dalam upaya menumbuhkan eksportir baru itu.
Agus menuturkan, pada Januari 2020 ada perkiraan perekonomian global bisa membaik dan diprediksi tumbuh 3,3 persen di tahun ini dan 3,4 persen pada tahun 2021. Pertumbuhan volume perdagangan dunia untuk barang dan jasa pada 2020 diharapkan naik menjadi 2,9 persen dan 3,7 persen tahun 2021.
”Namun dengan merebaknya Covid-19 di China, setelah libur tahun baru, menimbulkan ketidakpastian baru sehingga pertumbuhan ekonomi global dan volume perdagangan tahun 2020 dan 2021 kemungkinan akan kembali mengalami koreksi,” kata Agus.
Agus mengatakan, kebijakan utama Kementerian Perdagangan antara lain menjaga neraca perdagangan dengan meningkatkan ekspor nonmigas serta mengamankan dan menguatkan pasar dalam negeri.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Roy Mandey mengatakan, selain daya saing produk ekspor, hal yang penting adalah cara memastikan produk ekspor tersebut dapat sampai ke negara tujuan. Upaya ini membutuhkan sistem logistik global yang tangguh.
Memastikan produk ekspor tersebut dapat sampai ke negara tujuan.
”Kita bisa kirimkan barang sebanyak-banyaknya. Namun ketika kita kirim barang, siapa yang mendistribusikan, memasarkan, dan bertanggung jawab bahwa barang-barang ekspor tadi dapat diterima di pasar luar jaringan, ritel modern, ataupun pasar dalam jaringan di negara tersebut? Itu semua menjadi suatu pekerjaan rumah,” kata Roy.
KOMPAS/ERIKA KURNIA
Suasana pertokoan perhiasan dan aksesori di pusat perbelanjaan Blok B Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (11/3/2020). Stok produk aksesori yang diimpor dari China mulai berkurang karena penghentian sementara impor dari China karena wabah Covid-19.
Sementara itu, Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim mengatakan, seefisien apa pun industri akan sulit jika dihadapkan pada praktik tidak fair. ”Kalau dilihat, impor baja itu naik terus dan saat ini 6,7 juta ton. Sementara kapasitas terpasang sekitar 24 juta ton dengan utilisasi hanya 43 persen. Sudah ada beberapa perusahaan yang mengalami kesulitan,” katanya.