Dalam sebuah bisnis, memiliki pangsa pasar yang makin besar akan mendatangkan keuntungan lebih banyak. Akan tetapi, ada perusahaan yang semakin besar pangsa pasarnya justru membagikan order kepada perusahaan lain.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
Dalam sebuah bisnis, memiliki pangsa pasar yang semakin besar akan mendatangkan keuntungan lebih banyak lagi bagi pemodal. Penguasaan pangsa pasar menjadi salah satu strategi agar bisnis makin berkembang. Akan tetapi, ada pula perusahaan yang semakin besar pangsa pasarnya justru membagikan order kepada perusahaan lainnya.
PT Nindya Karya Perkasa (NKP) merupakan salah satu produsen komponen motor dan mobil. Ada sekitar 400 jenis komponen motor dan mobil yang diproduksi PT NKP. Untuk satu sepeda motor diperlukan pasokan berbagai komponen dari sekitar 150 pemasok.
Cikal bakal NKP sudah ada sejak tahun 1985 ketika pendirinya Hadi Subroto membuka bengkel yang membuat roll-dies untuk kursi. Berbekal hasil bisnis tersebut, ditambah hasil penjualan emas istrinya, bengkel yang tadinya di rumah pun berkembang dan menempati lahan yang lebih besar. Produksi ketika itu, antara lain, gantungan baju, lampu minyak, meja televisi, dan perabotan rumah tangga lainnya.
Jalan semakin terbuka lebar ketika tahun 1987 bengkel itu mendapatkan order dari PT Meiwa Indonesia untuk memasok komponen kerangka kursi mobil. Order pun terus berlanjut hingga diperoleh order dari produsen motor Federal Motor yang saat ini bernama PT Astra Honda Motor.
”Saat ini, 94 persen produksi NKP adalah untuk kendaraan roda dua,” ujar Hadi Yudiansyah, Direktur Operasional NKP, di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (3/3/2020). Yudiansyah adalah menantu Hadi Subroto.
NKP dikelola anak-anak perempuan Hadi Subroto, sementara anak-anak lelakinya memiliki bisnis sendiri. Hadi Subroto sudah tidak aktif lagi mengelola NKP, dan menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada generasi kedua, yaitu anak-anak perempuan dan menantunya.
Berbagai komponen motor yang diproduksi NKP, seperti tempat dudukan aki motor dan bagian bawah tangki bensin, diproduksi di sini. Sementara komponen untuk mobil yang diproduksi adalah kerangka jok kursi mobil.
Berbagi
Pesanan terus mengalir. Sementara kapasitas pabrik terbatas. Hadi Yudiansyah mengambil sebuah dudukan aki motor. Dia menghitung, ada sekitar 10 lempengan besi yang diperlukan untuk membentuk kerangka dudukan aki motor tersebut. Dari 10 lempengan itu, proses pembentukannya tidak diperoleh dari satu mesin saja, tetapi dari beberapa mesin. Baru setelah itu dirangkai menjadi satu.
”Mulai tahun ini, kami akan memberikan beberapa order kepada bengkel lain, terutama yang ada di Tegal,” kata Yudiansyah. Untuk menjaga kualitas, Hadi tidak segan melatih mitra-mitranya di Tegal, Jawa Tengah. Maklumlah, persyaratan kualitas dari pemesan, yaitu perusahaan-perusahaan otomotif pada Grup Astra, juga ketat. Walaupun memberikan pesanan kepada bengkel lain, menjaga kualitas menjadi kewajiban Yudiansyah dan NKP.
NKP bertindak sebagai bapak asuh bagi setidaknya tujuh bengkel lain. ”Mitra ini akan bertambah terus,” kata Yudiansyah lagi. Hingga akhir tahun, direncanakan total akan ada 13 mitra NKP di Tegal.
NKP merupakan salah satu usaha kecil dan menengah yang menjadi binaan Yayasan Dharma Bakti Astra (YDBA), yayasan yang didirikan pendiri Astra, William Soeryadjaya, untuk mengembangkan UKM.
Keputusan NKP untuk menjadi bapak asuh bagi bengkel lain pun direstui YDBA. YDBA juga memiliki proyek percontohan untuk mengembangkan para pelaku usaha kecil menengah di Tegal, sekaligus membantu mereka mendapatkan bapak angkat, seperti yang sudah dilakukan NKP terhadap mitra-mitranya.
Bengkel-bengkel di Tegal memiliki potensi besar. Namun, mereka masih memerlukan bimbingan dan binaan dari UKM yang lebih berpengalaman sehingga, baik proses produksi maupun hasil produksi, sudah memenuhi standar Grup Astra International.
Selain berbagi dengan para pengusaha UKM di Tegal, NKP juga hendak menambah produksinya, yaitu membuat komponen motor dan mobil berbahan baku plastik. ”Kita harus mengikuti perubahan, saya melihat beberapa komponen sudah diganti menjadi berbahan plastik. Jadi NKP juga harus bersiap memasok seperti yang dibutuhkan,” ujar Hadi Yudiansyah lagi.
Dengan kemitraan tersebut, baik NKP maupun UKM di Tegal dapat berkembang dan bertumbuh bersama. Kemitraan juga memungkinkan NKP terus memasok sesuai dengan pesanan, menambah kapasitasnya, bahkan mencoba membuat produk baru sesuai dengan permintaan pasar. Berbagi pun tidak mengurangi rezeki.