Total nilai kontrak kerja sama bisnis Belanda dan Indonesia dari kunjungan persahabatan itu sebesar 1,5 miliar euro atau Rp 24,37 triliun. Kerja sama bisnis itu diharapkan bisa direalisasikan dalam waktu sembilan bulan.
Di tengah kondisi perekonomian global yang sedang lesu akibat dampak wabah penyakit virus korona baru atau Covid-19, Belanda dan Indonesia menjajaki kerja sama bisnis dengan nilai kontrak sebesar Rp 24,37 triliun. Kedua negara sepakat meningkatkan kerja sama hubungan bilateral perekonomian di bidang investasi dan perdagangan.
Ada empat kontrak besar yang dibukukan kedua negara melalui kunjungan persahabatan Belanda ke Indonesia pada 9-13 Maret 2020. Empat kesepakatan kerja sama utama antara perusahaan Belanda dan Indonesia itu, antara lain, FrieslandCampina (Frisian Flag), yang menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/MOU) dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk membangun pabrik di Indonesia.
Perusahaan lainnya adalah HyET bekerja sama dengan PT Pertamina untuk sepakat membuat perusahaan patungan dan membangun pabrik fleksibel panel surya di Indonesia. Adapun investasinya berkisar 250 juta euro atau sekitar Rp 4 triliun. Selain itu, ada kerja sama antara Thales dan PT Len Industri (Persero) untuk modernisasi KRI Osman Harun.
Penandatanganan dan penyerahan kontrak bisnis itu dilakukan pada acara forum bisnis antara pemerintah serta pelaku bisnis Belanda dan Indonesia di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (10/3/2020) malam.
Penyerahan nota kesepakatan kerja sama disaksikan Raja Belanda Willem-Alexander, Ratu Belanda Maxima, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, serta Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Pengembangan Kooperasi Belanda Sigrid Kaag. Di luar empat kontrak besar itu, ada pula 27 kontrak kerja sama di bidang agrikultur dan pangan, kesehatan, maritim, penerbangan, dan lain sebagainya.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, total nilai kontrak kerja sama bisnis Belanda dan Indonesia dari kunjungan persahabatan itu sebesar 1,5 miliar euro atau Rp 24,37 triliun. Kerja sama bisnis itu diharapkan bisa direalisasikan dalam waktu sembilan bulan ke depan dan membantu memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia yang terancam lesu di tengah wabah Covid-19.
Melalui kerja sama ini, paling tidak transaksi dagang Indonesia dengan Belanda akan meningkat. Ekspor bisa tetap berjalan dan investasi masuk untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global.
”Mudah-mudahan kinerja pabrik tahun ini meningkat dan dalam waktu tidak lama ekspor ke negara-negara ASEAN juga mengalir. Dengan adanya virus korona ini, akan ada sedikit perlambatan,” katanya.
Kerja sama bisnis itu diharapkan bisa direalisasikan dalam waktu sembilan bulan ke depan dan membantu memperbaiki kondisi ekonomi Indonesia yang terancam lesu di tengah wabah Covid-19.
Menurut Agus, hubungan bilateral ekonomi Indonesia dan Belanda sudah lama terjalin. Melalui kesempatan ini, kedua negara sepakat untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi.
Kepada pengusaha Belanda dan Indonesia yang hadir, Agus mengatakan, Indonesia adalah negara yang paling tepat untuk berinvestasi. Selain ditopang jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara, Indonesia telah membuktikan diri mampu menjaga pertumbuhan ekonomi stabil pada angka 5 persen dalam beberapa tahun terakhir.
”Selain itu, di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, telah diputuskan sejumlah kebijakan transformasi ekonomi, seperti penyederhanaan aturan dan pemotongan birokrasi,” ujarnya.
Raja Belanda Willem-Alexander mengaku senang bisa berkunjung ke Indonesia sembari membawa rombongan pengusaha dari Belanda untuk dipertemukan dengan pengusaha Indonesia. Total ada 180 perusahaan dari Belanda yang ikut diboyong untuk datang ke Indonesia untuk menjajaki kerja sama dan investasi.
”Mereka berasal dari berbagai sektor, seperti maritim hingga pembangunan berkelanjutan. Banyak di antara perusahaan-perusahaan kami yang sudah aktif berdagang di Indonesia. Juga ada perusahaan pendatang baru yang melihat Indonesia sebagai negara mitra dagang yang sangat potensial,” ujar Willem.
Perusahaan Belanda yang hadir bergerak di bidang usaha sains kehidupan, kesehatan, pertanian, produksi pangan, keamanan pangan, manajemen perairan, kemaritiman, dan energi. Salah satu perusahaan Belanda ternama yang hadir adalah Philips.
Sigrid Kaag mengatakan, kunjungannya ke Indonesia menunjukkan kedua negara sepakat untuk memperdalam dan mempererat hubungan bilateral di bidang ekonomi. ”Kami tidak hanya ingin bekerja sama dari sisi nilai ekonominya, tetapi juga untuk berbagi kesejahteraan bersama,” ujar Kaag.
Penerbangan sipil
Indonesia dan Belanda juga terus menjajaki peluang peningkatan kerja sama yang selama ini telah terjalin di bidang penerbangan sipil. Kerja sama itu akan ditingkatkan salah satunya dengan maskapai penerbangan Kerajaan Belanda, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM).
”Kerja sama Indonesia dengan Belanda sudah lama, tetapi ini akan lebih kami detailkan,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Novie Riyanto ditemui pada Forum Penerbangan Sipil Indonesia-Belanda di Jakarta, Selasa.
Novie menuturkan, selama ini Indonesia sudah banyak bekerja sama dengan Belanda. Jalinan ini masih berpeluang ditingkatkan. KLM, misalnya, merupakan maskapai besar sehingga diharapkan ke depan bisa membuka konektivitas antara Indonesia dan Eropa Barat.
Melalui kerja sama itu, jaringan bandara dengan pariwisata pun akan lebih terkoneksi. ”Kita tahu bandara Amsterdam itu besar sekali dan KLM terkoneksi ke seluruh dunia. Jadi, ini bisa memberikan banyak hal positif bagi Indonesia,” ujarnya.
Kita tahu bandara Amsterdam itu besar sekali dan KLM terkoneksi ke seluruh dunia. Jadi, ini bisa memberikan banyak hal positif bagi Indonesia.
Menurut Novie, kerja sama rute layanan penerbangan, ada pula peluang kerja sama di bidang teknologi seputar penerbangan, termasuk di dalamnya alih teknologi. Salah satunya dalam pembuatan sistem yang maju untuk pengelolaan bandara besar, mengelola lalu lintas atau pergerakan, dan mengefisienkan terminal bandara.
Indonesia pun membuka kesempatan bagi Belanda untuk menjadi mitra dalam pengelolaan bandara, seperti memberikan konsultasi, pembangunan kapasitas, dan pelatihan. Melalui forum Belanda dan Indonesia ini, diskusi kebijakan, penjajakan bisnis dan kerja sama, serta implementasi bisnis terjadi.
”Peluang kerja sama itu tak hanya pemerintah dengan pemerintah, tetapi juga pebisnis dengan pebisnis. Hari ini kami menjajaki dan melihat proposal mereka, serta memberikan penawaran kepada mereka,” kata Novie.
Direktur Urusan Internasional, Kementerian Infrastruktur dan Manajemen Air Belanda Peter Diez mengatakan, setiap tahun jumlah penumpang secara global meningkat hingga 6 persen. Penerbangan internasional terus tumbuh menopang pertumbuhan ekonomi global.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan begitu banyak pulau, kepadatan populasi tinggi, dan ekonomi yang bertumbuh. Selain perbedaan, Indonesia dan Belanda pun memiliki kesamaan yang membuka peluang kerja sama kedua negara. ”Kita bisa berkolaborasi dan saling bantu,” ujarnya.
Diez mencontohkan sistem transportasi cerdas dan berkelanjutan yang berperan penting bagi perekonomian. Industri di Belanda pun memiliki solusi cerdas dan inovasi teknologi.