Pengelola obyek wisata Tanah Lot, Kabupaten Tabanan, Bali, akan mengadakan Festival Tanah Lot sebagai upaya meningkatkan daya tarik obyek wisata yang dikenal keindahan panorama pantai dan pura.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·3 menit baca
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Wisatawan mengunjungi obyek wisata Tanah Lot di Kabupaten Tabanan, Bali, Senin (9/3/2020). Pengelola obyek wisata Tanah Lot berencana menggelar festival untuk meningkatkan daya tarik Tanah Lot yang dikenal keindahan panorama pantai dan pura.
TABANAN, KOMPAS — Pengelola obyek wisata Tanah Lot, Kabupaten Tabanan, Bali, akan mengadakan Festival Tanah Lot sebagai upaya meningkatkan daya tarik obyek wisata yang dikenal keindahan panorama pantai dan pura. Kunjungan wisatawan ke Bali, termasuk ke Tanah Lot, turut berkurang karena terimbas dampak wabah penyakit akibat virus korona baru (Covid-19).
Manajer Daya Tarik Wisata (DTW) Tanah Lot I Ketut Toya Adnyana mengatakan, kunjungan wisatawan ke Tanah Lot menurun menyusul merebaknya penyakit coronavirus disease (Covid)-19 di China dan adanya kebijakan penundaan semua penerbangan langsung dari dan ke daratan China mulai awal Februari 2020. Toya memperkirakan, penurunan berkisar 20 persen hingga 25 persen dari rata-rata jumlah kunjungan wisatawan ke Tanah Lot yang mencapai 7.000 orang per hari.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Manajer Daya Tarik Wisata (DTW) Tanah Lot I Ketut Toya Adnyana.
”Wisatawan masih ada, banyak dari India, Australia, dan negara lain, serta dari dalam negeri,” kata Toya di Tabanan, Bali, Senin (9/3/2020), sembari menambahkan, jumlah kunjungan ke Tanah Lot saat ini masih sekitar 5.000 orang per hari. ”Sekitar 40 persennya adalah wisatawan domestik,” ujarnya.
Wisatawan masih ada, banyak dari India, Australia, dan negara lain, serta dari dalam negeri.
Festival Tanah Lot dijadwalkan digelar mulai Jumat (13/3) hingga Minggu (15/3). Pengelola DTW Tanah Lot menggandeng penyelenggara acara sebagai rekanannya untuk mengadakan festival itu. Festival Tanah Lot tahun ini merupakan festival tahun ketiga dan diberikan nama ”Tanah Lot Art and Food Festival #3”.
Selain akan dimeriahkan dengan penampilan sejumlah penyanyi Bali, Festival Tanah Lot #3 juga disemarakkan dengan pergelaran seni Bali, misalnya tari barong, tari joged, dan gamelan rindik serta pesta kuliner. Acara pembukaan festival pada Jumat (13/3) sore akan diisi dengan pergelaran seni Okokan kolosal dari seniman Tabanan.
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA
Wisatawan berfoto di obyek wisata Tanah Lot di Kabupaten Tabanan, Bali, Senin (9/3/2020). Pengelola obyek wisata Tanah Lot berencana menggelar festival untuk meningkatkan daya tarik Tanah Lot yang dikenal keindahan panorama pantai dan pura.
Pedagang di area parkir Tanah Lot, Ni Ketut Kusuma (42), mengatakan, wisatawan yang berkunjung ke Tanah Lot dirasakannya berkurang, terutama wisatawan China yang umumnya datang secara rombongan. ”Masih ada turis yang datang ke Tanah Lot. Rombongan pelajar yang berwisata ke Bali juga masih ramai ke Tanah Lot,” kata Kusuma, Senin.
Penundaan penerbangan
Secara terpisah, ketika dihubungi akhir pekan lalu, Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya mengakui, penyebaran penyakit Covid-19 dan kebijakan penundaan penerbangan langsung dari dan ke daratan China akibat merebaknya penyakit Covid-19 itu berdampak terhadap berkurangnya kunjungan wisatawan ke Bali, terutama wisatawan dari China.
Suryawijaya mengatakan, pemerintah dan kalangan pariwisata di Bali sudah berkoordinasi dan menyiapkan langkah pemulihan dampak Covid-19, termasuk berupaya menjaga tingkat hunian hotel di Bali. Okupansi hotel di Bali saat ini sekitar 40 persen. ”Mempertahankan tingkat hunian hotel ini penting untuk menjaga operasional hotel, termasuk para pekerja hotel,” katanya.
Adapun Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata Provinsi Bali Made Mendra Astawa mengatakan, kondisi tekanan pariwisata saat ini dirasakan banyak pihak. Akan tetapi, menurut Mendra, Bali diyakini memiliki daya tahan dan daya pulih karena sudah berulang kali mengalami tekanan dan mampu bertahan.
KOMPAS/AYU SULISTYOWATI
Desa Adat Penglipuran, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, merupakan salah satu obyek wisata alam perdesaan andalan Pulau Dewata. Desa tersebut memiliki keunikan, seperti keseragaman angkul-angkul (pintu masuk pekarangan rumah) di seluruh permukimannya. Pemandangan desa juga memesona, seperti dalam gambar yang diambil akhir Februari 2020.
”Saat ini adalah momentum Bali mengembalikan budaya sebagai payung pariwisata,” kata Mendra kepada Kompas, Senin. ”Budaya Bali adalah budaya agraris sehingga Bali sepatutnya kembali membangun sektor pertanian yang tidak hanya menjaga Bali mandiri, tetapi juga dapat menunjang sektor pariwisata Bali,” ujar Mendra.
Mendra menyatakan, Bali memiliki potensi pariwisata yang berada di desa. Sekitar 172 desa di Bali sudah dikembangkan sebagai desa wisata, tetapi potensinya kurang diperhatikan. ”Di tengah situasi seperti saat ini, desa wisata tidak banyak terpengaruh. Desa wisata tidak mengutamakan kuantitas wisatawan karena desa wisata diminati wisatawan tertentu yang menginginkan pengalaman berwisata,” kata Mendra.