Pemerintah Provinsi Bali mengimbau agar pemilik hotel dan resto bertahan dan tidak mengeluarkan kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam situasi merebaknya SARS-CoV-2.
Oleh
AYU SULISTYOWATI
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Pemerintah Provinsi Bali mengimbau agar pemilik hotel dan resto bertahan dan tidak mengeluarkan kebijakan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam situasi merebaknya SARS-CoV-2. Selain bertahan, pelaku pariwisata di Bali juga diminta untuk optimis merebaknya virus ini segera teratasi sehingga tidak berkepanjangan.
Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Bali berupaya menjemput bola acara atau kegiatan bertaraf internasional untuk digelar di “Pulau Dewata”. Penawaran kegiatan tersebut ditawarkan ke sejumlah lembaga atau komunitas internasional.
Ya, bagaimana pun situasi dan kondisi ini tengah melanda dunia tidak hanya Bali. Tetapi, ayo, tetap optimis semua permasalahan ini segera berakhir, tidak berkepanjangan (Tjokorda Artha)
Ketua BPPD Bali yang juga Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesai (PHRI) Bali sekaligus Wakil Gubernur Bali Tjokorda Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace, mengatakan pariwisata Bali kembali diuji.
“Ya, bagaimana pun situasi dan kondisi ini tengah melanda dunia tidak hanya Bali. Tetapi, ayo, tetap optimis semua permasalahan ini segera berakhir, tidak berkepanjangan,” katanya, di Denpasar, Kamis (5/3/2020).
Meskipun mengimbau bertahan dan optimis, ia tidak mengelak jika beberapa hotel serta resto sudah menggilir karyawannya untuk bekerja. Sejumlah karyawan dirumahkan 15 hari dan bekerja 15 hari bergantian. Hal ini guna menghemat biaya produksi.
Cok Ace juga meminta pelaku pariwisata fokus ke pangsa pasar domestik. Menurutnya, Bali masih belum bisa bergeser dari industri pariwisata yang memberikan penghidupan sebagian besar masyarakat Bali.
Namun, dari pengamatan Kompas, sekitar obyek wisata Kuta, Kabupaten Badung, mulai sepi sekitar sepekan terakhir. Sopir-sopir taksi serta berbasis daring mengeluh turunnya pesanan mengantar wisatawan baik domestik maupun asing. Bahkan tidak hanya wisatawan asal China, sejumlah wisatawan negara asing lainnya juga berangsur kurang.
Wayan Suja (45), sopir taksi lokal, mengeluhkan berkurangnya mengantar tamu-tamu. Satu hari, ia mengantarkan tamu rata-rata lima tujuan. Sepekan ini semakin berkurang, ia hanya mendapatkan satu pesanan penumpang hingga dua pesanan penumpang per hari.
Sementara hotel-hotel segala kelas mulai bintang maupun melati memilih menyasar ke pasar domestik. General Manager Hotel Santika Kuta Agus S Yanto mengatakan tetap bertahan dengan kondisi ini.
“Sampai hari ini (Kamis), hotel belum memberlakukan pergantian jadwak kerja karyawan selama beberapa hari di rumah, dan beberapa hari di hotel untuk penghematan. Semua karyawan masih bekerja seperti biasa,” ujar Agus.
Dinas Pariwisata Bali memperkirakan Bali merugi per harinya sekitar Rp 4,2 miliar. Angka ini dihitung dari kedatangan wisatawan China saja. Jika per bulan, rata-rata kedatangan wisatawan China tercatat 90.000 orang sehingga per hari terdapat 3.000 orang.
Setiap harinya, mereka menghabiskan uang sekitar 100 dollar AS atau Rp 1.400.000 per orang, maka kerugian 100 dollar AS per hari dikalikan 3.000 orang turis China menjadi Rp 4,2 miliar.
Turis China mulai menarik dan menggeser turis Australia yang datang ke Bali melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai selama dua tahun, tahun 2017 dan 2018. Pada tahun 2016, turis China tercatat sebanyak 990.771 orang menjadi 1.385.850 orang di tahun 2017. Australia tergeser di posisi kedua dengan rata-rata per tahunnya 1 juta orang ke Bali.