Terdampak Wabah Korona, Perekonomian Batam Mulai Lesu
Merebaknya Covid-19 di China dan Singapura membuat perekonomian Kota Batam di Kepulauan Riau ikut lesu terutama karena kunjungan wisatawan anjlok dan pasokan bahan baku impor tersendatBahan baku pabrik
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS – Merebaknya Covid-19 di China dan Singapura membuat perekonomian Kota Batam di Kepulauan Riau ikut lesu. Industri pariwisata juga anjlok karena kunjungan wisatawan kian turun, sedangkan sektor manufaktur memprihatinkan karena pasokan bahan baku tersendat.
Kepala Badan Pengusahaan Batam Muhammad Rudi, Senin (2/3/2020), memperkirakan, dampak ekonomi akibat merebaknya Covid-19 akan terasa di Batam setidaknya hingga enam bulan ke depan. “Bahan baku (industri) sebentar lagi akan habis dan hotel mulai banyak yang kosong,” ujarnya.
Data dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Kepulauan Riau menunjukkan, kunjungan pariwisata di Kepri pada 2019 tercatat 2,8 juta. Dari jumlah itu, sebanyak 48 persen wisatawan berasal dari Singapura dan 10 persen dari wisatawan asal China.
Bahan baku (industri) sebentar lagi akan habis dan hotel mulai banyak yang kosong (Muhammad Rudi)
“Kami memperkirakan pada akhir tahun (2020) kunjungan wisatawan asing di Batam akan turun 10 persen hingga 15 persen di banding tahun lalu,” Kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia di Kepri, Musni Hardi Kasuma Atmaja.
Perwakilan dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Batam, Rahman Usman mengatakan, okupansi hotel di Batam pada hari biasa turun menjadi 30 persen dari normalnya 60 persen. Sedangkan pada akhir pekan, okupansi hotel turun dari 80 persen menjadi sekitar 50 persen.
Sementara itu, di sektor industri manufaktur, pasokan bahan baku dari Singapura dan China yang terganggu juga mengancam kelangsungan produksi pabrik di Batam. Akibatnya, ratusan pabrik di 24 kawasan industri seluruh Batam berpotensi merumahkan puluhan ribu karyawan.
Bahan baku pabrik
Musni menuturkan, sekitar 44 persen bahan baku industri manufaktur di Batam berasal dari Singapura. Adapun China memasok 13 persen kebutuhan bahan baku pabrik. Persoalannya, kedua negara termasuk dua kawasan dengan kasus positif Covid-19 yang terbanyak.
Laporan waktu nyata oleh John Hopkins University dalam gisanddata.maps.arcgis.com menunjukkan, hingga hari ini pukul 18:00 WIB infeksi Covid-19 di China telah mencapai 80.026 kasus. Sedangkan di Singapura tercatat ada 106 kasus positif Covid-19. Diperkirakan jumlah itu masih akan terus bertambah.
“Pasokan bahan baku terbanyak memang berasal dari Singapura. Namun, jika industri di China terganggu pasti Singapura akan terdampak juga. Akibatnya, Batam pasti ikut merasakan juga,” kata Wakil Ketua Himpunan Kawasan Industri Kota Batam, Tjaw Hioeng.
Kesulitan yang dialami sebagian besar pabrik di Batam itu membuktikan industri manufaktur lokal sangat bergantung pada pasokan bahan baku dari luar negeri. Menurut Tjaw, belajar dari hal itu, pemerintah harus mulai membangun pabrik bahan baku agar industri dalam negeri dapat bertahan jika ke depan terjadi wabah baru lagi.
Sementara itu, Kepala BPS Batam Rahyudin menyatakan, produk domestik bruto (PDRB) Kota Batam menyumbang 62 persen PDRB Provinsi Kepri. “Kalau (perekonomian) Batam goyang, maka dampaknya akan sangat terasa di level provinsi,” ujarnya.