Kepanikan Dorong Sebagian Warga Borong Sembako
Setelah pengumuman adanya warga Indonesia yang terjangkit virus korona, sebagian warga panik dan memborong aneka bahan pangan. Sejauh ini, stok di supermarket masih ada.
JAKARTA, KOMPAS - Kepanikan melanda sebagian warga Jakarta pasca-pengumuman adanya WNI yang positif terkena virus korona atau Covid-19, Senin (2/3/2020). Salah satu kepanikan itu terlihat dari warga yang memborong sembako. Kepanikan ini semestinya tidak perlu karena stok bahan pangan masih aman.
Lotte Mart di Mal Gandaria City, Jakarta Selatan, terpantau ramai, Senin sore hingga malam. Antrean pembeli terjadi di setiap kasir. Kendati demikian, manajemen Lotte Mart menyatakan stok masih aman.
Panjang antrean di lima titik tempat pembayaran mencapai 15 meter sampai 30 meter. Ada pembeli yang bahkan membawa dua keranjang sekaligus.
Baca juga : Terdampak Wabah Korona, Perekonomian Batam Mulai Lesu
Sebagian dari mereka membeli kebutuhan pokok. Shasha (35), misalnya, memenuhi keranjang belanjanya dengan beras, minyak goreng, tisu, dan kebutuhan lainnya.
"Saya sebenarnya tidak mau ikut-ikutan menyetok banyak barang. Tetapi saya punya anak tiga. Kalau nanti makanan susah, anak saya nanti bagaimana nasibnya. Ini karena kebetulan stok (bahan pangan) habis saja. Rencananya untuk sebulan ke depan,” katanya.
Antisipasi sudah dilakukan Shasha tiga minggu terakhir yakni dengan membatasi kunjungan ke tempat keramaian. Ia dan keluarga sudah tidak ke mal.
Jika anaknya sakit, dia lebih memilih berobat di klinik ketimbang di rumah sakit. "Biasanya aku langganan di Rumah Sakit Pondok Indah. Tetapi untuk sekarang ini, kalau anakku sakit, aku bawa ke klinik saja untuk menghindari risiko," ucapnya.
Baca juga : Konfirmasi Indonesia Positif Korona Benamkan Pasar Modal
Pembeli di Lotte Mart lainnya, Evi (47), juga membeli kebutuhan pokok untuk dua bulan ke depan. Keluarganya kebetulan mengonsumsi beras merah. Ia khawatir dampak virus korona membuat stok beras merah sulit dicari di kemudian hari.
Kekhawatirannya ini berangkat dari sulitnya mencari barang-barang untuk mengantisipasi penularan virus korona, seperti masker dan hand sanitizer. Ditambah lagi, ia melihat situasi macet di jalan menuju mal tempatnya biasa belanja.
"Aku biasanya belanja barang kebutuhan pokok di mal dekat Jalan Sudirman. Tetapi tadi melihat kok panjang banget macet di jalan. Makanya langsung ke sini, terus nyetok barang," ujarnya.
Anton dari Manajemen Traffic Lotte Mart di Mal Gandaria City, menjelaskan, penyebab ramainya pembeli di Lotte Mart sebetulnya agak samar. Di satu sisi, ada isu terkait virus korona. Tetapi di saat bersamaan, pembeli memang ramai di setiap awal bulan. "Masih samar ini. Karena ini awal bulan juga. Dan traffic di sini memang segini kalau setiap awal bulan.”
Menurut dia, yang paling banyak dibeli adalah bahan kebutuhan pokok. Di sisi lain, pembeli juga mencari popok bayi dan tisu basah. "Tetapi stok kami sejauh ini masih aman," jelasnya.
Antre 2 jam
Karyawan Swasta di Jakarta Utara, Irving Delano berdiri di samping kasir Transmart Empiorium Pluit, Jakarta Utara, untuk menunggu istrinya yang masih berada di dalam antrean kasir. Dua jam sudah ia harus menunggu istrinya untuk sampai ke kasir usai memborong keperluan harian.
“Saya baru pulang kerja langsung ke sini menjemput istri. Dua jam baru kelar,” katanya, Senin malam.
Berdasarkan pantauan, para warga berbondong-bondong datang ke Transmart untuk berbelanja bahan pokok dalam jumlah besar. Hal itu menyebabkan antrean menuju kasir mencapai lebih kurang 25 meter.
Kebanyakan pengunjung mengisi keranjang belanjaan mereka dengan mie instan, beras, tisu, telur, hingga perlengkapan pribadi.
Keranjang belanjaan pengunjung terlihat menyesaki lorong diantara rak-rak barang. Bahkan, beberapa lorong diisi oleh dua baris antrean yang menghambat orang lain untuk melintas. Apalagi, terlihat beberapa pengunjung menggunakan keranjang belanjaan dorong lebih dari satu secara berjajar.
Antrean panjang tersebut membuat Totok Lihun, warga Penjaringan, Jakarta Utara juga harus antre hampir dua jam hanya untuk membeli beberapa ikat sayuran. Sambil menenteng dua kantong plastik di tangan kirinya, ia meninggalkan kasir dengan wajah bungah sekaligus terheran-heran. “Dua jam di dalam. Padahal hanya beli ini (sayuran),” katanya.
Beberapa rak yang digunakan untuk tempat beras kemasan di pusat perbelanjaan tersebut juga nampak kosong akibat diserbu pembeli. Hanya tersisa beberapa biji padi yang tercecer di rak tersebut. Kendati demikian, pihak Transmart telah menyediakan stok tambahan yang ditaruh di atas lantai.
Irving dan istri sepakat untuk langsung memborong bahan pokok setelah mendengar pengumuman adanya dua Warga Negara Indonesia (WNI) yang terinfeksi covid-19. Ia mengaku, kabar tersebut membuat panik sebagian besar orang, termasuk istrinya.
“Kami beli gula, kecap, mie instan hingga perlengkapan pribadi. Banyak yang habis di rak seperti gula dan sabun cuci tangan,” ungkapnya.
Hal yang sama dilakukan oleh Budi, salah satu karyawan swasta di Jakarta Utara. Untuk berjaga-jaga, ia menyempatkan diri untuk berbelanja di Transmart Emporium Pluit sebelum pulang ke rumahnya di Cengkareng, Jakarta Barat.
Ia khawatir jika nantinya penyebaran covid-19 semakin parah, maka bahan-bahan pokok akan semakin langka dan harganya melambung tinggi. Bahan-bahan pokok yang ia beli adalah makanan beku, makanan cepat saji, dan alat-alat kebersihan.
Budi mengaku, belanjaan yang ia beli hari ini bisa mencapai dua kali lipat dari barang belanjaan yang kerap ia beli setiap bulan. Meski begitu, ia menuturkan, masih banyak orang yang berbelanja lebih ekstrim darinya.
“Kalau saya masih wajar, tadi ada yang belanjaannya sampai menggunung,” ungkapnya.
Meski sudah mengantre selama setengah jam, Budi terlihat masih berdiri tidak jauh dari ekor antrean. Sembari menunggu antrean dan istrinya yang masih berkeliling, Budi hanya sibuk memainkan gawai sambil sesekali menyandarkan kedua sikunya di pegangan keranjang dorong.
Di salah satu Pusat perbelanjaan kawasan Slipi, Jakarta Barat, beberapa pembeli juga memborong kebutuhan pokok. Beberapa rak berisi beras kemasan di lokasi tersebut juga nampak kosong. Hanya tersisa beberapa kantong beras saja pada Senin sore.
Manager on Duty Transmart Emporium Pluit Rizky Abdi mengatakan, pengunjung mendadak ramai berbelanja pada Senin siang, tepatnya pukul 13.00. Barang-barang yang banyak diserbu antara lain adalah mie instan, beras, telur, kentang, bawang merah, bawang putih dan perlengkapan pribadi.
“Hal ini tidak hanya terjadi di sini, hampir di semua pusat perbelanjaan hingga minimarket. Saya sempet lihat minimarket antrean sampai luar,” katanya.
Menurut Rizky, membludaknya pengunjung untuk berbelanja kali ini melebihi hari raya seperti Idul Fitri atau Natal. Meski begitu, para pengunjung tidak sampai berebut bahan pokok. Meski terpaksa harus antre panjang, keadaan juga relatif kondusif.
“Situasi sekarang belum pernah kami alami sebelumnya. Ini melebihi hari raya karena biasanya ada tambahan tenaga,” ujarnya.
Selain itu, semua staf juga diminta bersiaga untuk menambah stok bahan makanan sebelum stok di display habis. Rizky memastikan, seluruh stok bahan pokok di gudang masih aman untuk hari ini. Kecuali gula yang kosong sejak satu minggu terakhir.
“Tidak kami biarkan stok di rak kosong. Kalau sudah mulai menipis, akan segera kami isi ulang,” katanya.
Rizky memprediksi, antrean yang masih mengular hingga Senin malam akan membuat jam operasional Transmart lebih panjang dari biasanya. Oleh karena itu, ia sudah berkoordinasi dengan pihak keamanan mal untuk menutup akses pada pukul 21.45.
Keramaian warga yang berbelanja juga terlihat di Giant Slipi Jaya. Warga yang memborong aneka bahan kebutuhan harian membuat sejumlah rak di supermarket ini kosong.
Aryani (48), wiraswasta asal Jakarta Barat adalah salah satu pembeli yang memborong enam kantong beras kemasan sore itu. Ia sengaja membeli banyak bahan-bahan pokok untuk mengantisipasi kegawatdaruratan covid-19 di Jakarta.
“Tadi dikabari adik saya untuk belanja yang banyak. Selain untuk antisipasi, ada lebih dari 10 anggota keluarga yang tinggal di rumah saya,” katanya.
Jika biasanya ia hanya membeli 15 kilogram beras saat belanja bulanan, kali ini ia membeli 30 kilogram beras untuk persediaan. Selain beras, Yani juga membeli beberapa kebutuhan pokok seperti kopi, gula, mie instan hingga gula.
Baca juga : Warga DKI soal Covid-19 Bisa Hubungi Dinas Kesehatan dan ”Call Center” 112/119
Andalkan informasi resmi
Ketua Umum Dewan Perwakilan Pusat Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey meminta masyarakat tidak melakukan panic buying atau berbelanja yang berangkat dari rasa panik akibat korona.
“Anggota peritel Aprindo selalu siap untuk hadir dan cukup dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun non pangan bagi masyarakat di seluruh Indonesia. Tindakan yang berlebihan ini justru membuat kepanikan atau fobia baru lainnya yang tidak perlu terjadi," ujar Roy.
Baca juga : Bagaimana Cegah Virus Korona? Mulailah dari Diri Sendiri
Dia juga meminta agar peritel anggota Aprindo tetap melayani kebutuhan masyarakat. Peritel juga diminta mengambil tindakan atau kebijakan yang dianggap perlu untuk memastikan bahwa kebutuhan masyarakat dapat terlayani dengan cukup dan baik. Ini juga diharapkan tidak diikuti aksi tengkulak yang mencoba memanfaatkan situasi.
"Aprindo dalam melakukan fungsi organisatorisnya, selalu mengutamakan berkoordinasi dengan pemerintah, untuk perdagangan dan perekonomian yang seimbang dan lebih baik," katanya.
Ia juga berharap pemerintah melalui kementerian dan lembaga terkait tetap melakukan fungsi dan tugas dengan baik. Masyarakat diminta jangan terlalu percaya pada informasi viral yang belum bisa dikonfirmasi kebenarannya.
"Ikuti saja berita yang disampaikan oleh Kementerian dan lembaga pemerintah, yang disiarkan melalui media tepercaya dan kompeten," katanya.
Ia juga berharap pemerintah melalui kementerian dan lembaga terkait tetap melakukan fungsi dan tugas dengan baik. Masyarakat diminta jangan terlalu percaya pada informasi viral yang belum bisa dikonfirmasi kebenarannya.