Ekonomi Domestik Perlu Diperkuat di Tengah Ketidakpastian Global
Di tengah ketidakpastian global, dukungan semestinya juga diberikan bagi sektor lain. Hal ini diperlukan untuk menjaga atau bahkan meningkatkan konsumsi dan produksi di dalam negeri.
Oleh
cyprianus anto saptowalyono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah ketidakpastian ekonomi global, penguatan ekonomi domestik sangat diperlukan. Penguatan ekonomi domestik itu jangan hanya di sektor pariwisata, tetapi juga sektor-sektor lain, termasuk industri.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Indonesia Mohammad Faisal, Jumat (28/2/2020), di Jakarta, mengatakan, Langkah yang baru saja dilakukan pemerintah adalah memberikan stimulus pada sektor pariwisata. Ini merupakan bagian dari penguatan ekonomi domestik.
Dalam kondisi ini, dukungan semestinya juga diberikan bagi sektor lain. Hal ini diperlukan untuk menjaga atau bahkan meningkatkan konsumsi dan produksi di dalam negeri.
Faisal mencontohkan, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan agar instansi dan lembaga pemerintahan membeli produk-produk dalam negeri lewat pengadaan barang dan jasa. Pengadaan barang dan jasa yang dialokasikan dari APBN itu rutin dilakukan pemerintah setiap tahun.
”Seandainya dana pengadaan barang dan jasa itu diarahkan untuk membeli produk dalam negeri, maka ada pasar bagi industri manufaktur dalam negeri yang selama ini sudah mengandalkan pasar dari luar negeri,” katanya.
Pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan agar instansi dan lembaga pemerintahan membeli produk-produk dalam negeri lewat pengadaan barang dan jasa.
Menurut Faisal, belakangan ini beberapa industri dalam negeri kekurangan permintaan, baik dari pasar dalam negeri maupun luar negeri. Dengan bertambahnya pasar barang ataupun jasa bagi industri dalam negeri, potensi pemutusan hubungan kerja pun dapat diminimalisasi.
”Terjaganya pendapatan para pekerja akan menjaga pula konsumsi dalam negeri,” katanya.
Selain itu, lanjut Faisal, jangan sampai pemerintah membuat kebijakan baru yang kontraproduktif terhadap upaya mendorong konsumsi dan produksi dalam negeri. Sebut misalnya wacana pengenaan cukai yang menyasar beberapa jenis barang yang ingin dikontrol, seperti minuman siap saji berpemanis.
Dalam kondisi normal, kebijakan itu dapat didialogkan dampak positif dan negatifnya. Namun, dalam kondisi yang serba tidak pasti ini, kebijakan itu hanya akan menambah sulit keuangan dunia industri atau dunia usaha. ”Saat ini momentumnya tidak tepat,” ujarnya.
Diversifikasi pasar
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Pengembangan Kawasan Ekonomi Sanny Iskandar mengatakan, tidak mudah mencari bahan baku ataupun bahan penolong pengganti di luar China. Sebab, selama ini harga bahan baku dan penolong dari China terkenal paling kompetitif.
Tidak mudah mencari bahan baku ataupun bahan penolong pengganti di luar China.
Terkait ekspor produk Indonesia ke China yang terdampak wabah virus korona baru (Covid-19), Sanny menekankan pentingya menggarap potensi pasar domestik. Namun, upaya itu juga perlu didorong dengan meningkatkan daya saing industri dalam negeri agar mampu menghasilkan produk yang kompetitif.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Kanya Lakshmi Sidarta mengatakan, meski ada kelesuan pasar di dunia, masih ada potensi diversifikasi pasar ekspor sawit. Selama ini, negara importir besar porduk itu adalah China, India, dan negara-negara di Uni Eropa.
”Peminatnya (selain China) masih ada. Permintaan dari Afrika juga cukup besar,” kata Kanya.