Dampak Covid-19 Sebabkan Pengiriman Bahan Baku Industri Tertunda
Pengiriman beberapa bahan baku dari China yang sudah dikontrak tetapi belum diproduksi berpotensi mundur. Kondisi itu membuat pelaku industri dalam negeri mau tidak mau harus mengejar target untuk isi pasar saat Lebaran.
Oleh
cyprianus anto saptowalyono
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dampak wabah virus korona baru atau Covid-19 di China menyebabkan pengiriman bahan baku industri tertunda. Keterlambatan impor bahan baku itu berpotensi menambah beban biaya dan memperkecil pendapatan industri pada periode Ramadhan dan Lebaran, Mei nanti.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri, Rabu (26/2/2020), mengatakan, sejak pertengahan Februari lalu perusahaan produsen bahan baku industri alas kaki di China sebenarnya sudah berproduksi. Sebelumnya memang ada penyetopan aktivitas ekonomi seiring wabah Covid-19.
Selama ini bahan baku yang masih diimpor dari China antara lain komponen, kain, dan sol. Bahan baku di China terkenal lebih bervariasi dengan harga lebih kompetitif dibandingkan dengan negara lain.
”Tanggal 17 Februari kemarin (aktivitas) sudah mulai dibuka. Sebelum libur sebetulnya mereka juga sudah berproduksi dan barang-barang itu telah dikirim ke Indonesia,” kata Firman ketika dihubungi di Jakarta.
Meskipun begitu, lanjut Firman, pengiriman beberapa bahan baku yang sudah masuk komitmen kontrak tetapi belum diproduksi berpotensi mundur. Asumsi awal sebelum wabah Covid-19, bahan baku dari China untuk produksi alas kaki yang menarget masa Lebaran sudah harus masuk ke Indonesia akhir Maret 2020.
Bahan baku tersebut selanjutnya akan diproses, dikirim ke pembeli atau pemilik merek, dan selanjutnya masuk ke toko-toko. ”Asumsi saat ini, dengan standar normal, barang (bahan baku) itu akan masuk dan sampai ke Indonesia pada pertengahan atau mungkin akhir April,” katanya.
Menurut Firman, kondisi itu menjadikan pelaku industri di dalam negeri mau tidak mau harus mengejar target agar peluang menggarap pasar saat Lebaran tidak terlepas. ”Kemungkinan kami akan keluar biaya overtime (upah lembur) untuk mengejar Lebaran,” katanya.
Firman menuturkan, karena sudah ada kontrak, mereka sebenarnya tidak meminta kenaikan harga. Mereka hanya meminta penundaan waktu pengiriman.
Namun, jika penundaan itu terjadi, produksi di dalam negeri bisa sangat terlambat. ”Jadi, negosiasinya, kami bisa bayar lebih untuk mereka pakai sebagai biaya lembur di sana supaya kami bisa kejar target di sini. Pilihan saat ini adalah kejar Lebaran atau tidak dapat sama sekali,” katanya.
Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian, sebanyak 30 persen impor bahan baku industri manufaktur Indonesia berasal dari China.
Kondisi itu menjadikan pelaku industri di dalam negeri mau tidak mau harus mengejar target agar peluang menggarap pasar saat Lebaran tidak terlepas.
Kepala Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E LIPI) Agus Eko Nugroho mengatakan, gangguan impor bahan baku menjadi salah satu kekhawatiran dari dampak wabah Covid-19. Sektor industri yang pertumbuhannya selama ini relatif stagnan berpotensi terdampak lebih dalam ketika mengalami gangguan bahan baku.
”Gangguan produksi akan berdampak lebih dalam lagi di second round effect. Namun, terus terang kami belum menghitung sampai ke sana,” kata Agus.
Gangguan produksi akan berdampak lebih dalam lagi di second round effect. Namun, terus terang kami belum menghitung sampai ke sana.
Simulasi dan perhitungan P2E LIPI sejauh ini memetakan sektor pariwisata di Indonesia menjadi sektor yang terdampak langsung pertama kali dari wabah Covid-19. Potensi kerugian devisa nasional di sektor pariwisata ditaksir sebesar 2 miliar dollar AS.
”Pencarian sumber impor bahan baku dari negara lain tidak mudah. Oleh karena itu, menurut kami, peran negara sangat penting untuk memfasilitasi proses ini,” kata Agus.