Kecerdasan buatan dan penggunaan mahadata semakin berkembang. Uni Eropa yang telah mengatur perlindungan data pribadi akan memperluas aturannya ke kecerdasan buatan dan mahadata.
Oleh
Andreas Maryoto
·3 menit baca
Beberapa waktu lalu, Uni Eropa telah mengatur perlindungan data pribadi bagi laman, media sosial, dan lain-lain. Kini mereka hendak kembali mengatur lalu lintas dunia maya di kawasan itu. Kali ini Uni Eropa akan mengatur mahadata (bigdata) dan cara mendapatkannya serta kecerdasan buatan.
Banyak kalangan berspekulasi tentang rencana ini. Salah satunya, kepentingan kehadiran Eropa di abad digital karena selama ini sudah kalah dari China dan Amerika Serikat.
Dalam jumpa pers pekan ini, pejabat Uni Eropa mengatakan, beberapa pengaturan merupakan bagian dari rencana besar mereka untuk memantapkan masa depan industri digital Eropa. Mereka beralasan, paket kebijakan yang hendak diluncurkan sebagai upaya melayani semua pihak.
Lebih detail lagi, mereka mengungkapkan, cara itu untuk mengunci akses lebih banyak data dan data berkualitas. Harapannya, rencana baru ini akan meningkatkan inovasi dan mendukung layanan publik yang lebih baik.
Mereka beralasan, aturan baru ini akan membangun kepercayaan daripada ketakutan, baik pada warga maupun industri. Tujuannya, pertama, teknologi menghidupi masyarakat, bukan malah sebaliknya, dan pengembangannya harus berdampak dalam kehidupan.
Kedua, mereka juga ingin perusahaan ada dalam tata keadilan dan kompetisi setara. Ketiga, Uni Eropa berencana mendukung keterbukaan, demokrasi, dan masyarakat yang berkesinambungan.
Secara umum, paket kebijakan ini mengatur tentang mahadata dan kecerdasan buatan. Mengenai mahadata, mereka membuat aturan yang mencakup tata keloka, akses, dan penggunaan ulang di antara para pebisnis, pebisnis dengan pemerintah, dan di dalam pemerintahan untuk mengkreasi insentif ketika terjadi saling berbagi data.
Mereka ingin agar semua proses berlangsung adil dan jelas. Namun, juga menaati beberapa aturan, seperti perlindungan data pribadi, perlindungan konsumen, dan aturan kompetisi.
Pengaturan lain, mereka ingin agar data publik bisa diakses lebih luas sehingga bisa digunakan ulang untuk mendorong inovasi. Mereka juga akan berinvestasi di beberapa proyek ruang data dan infrastruktur lain agar efisien. Uni Eropa akan membuat langkah membangun ruang data yang fokus pada industri manufaktur, proyek hijau, mobilitas, dan kesehatan.
Uni Eropa akan membuat pengaturan kecerdasan buatan yang transparan, bisa dilacak, dan menjamin pengawasan oleh manusia pada kecerdasan buatan dengan risiko tinggi seperti di kesehatan, kebijakan politik, dan transportasi.
Kebutuhan data yang tidak bias digunakan untuk melatih sistem dengan risiko tinggi sehingga berkinerja secara benar, menghormati hak-hak fundamental, dan tidak membuat diskriminasi. Dalam kasus perlindungan konsumen, otoritas dapat menguji dan menyertifikasi penggunaan data.
Mereka juga memberi peluang perihal debat lebih luas terkait penggunaan data biometrik agar bisa dilakukan justifikasi. Sementara, untuk penggunaan kecerdasan buatan dengan risiko rendah, perusahaan teknologi cukup membuat skema pelabelan secara sukarela.
Uni Eropa juga mengusulkan kreasi struktur tata kelola untuk menjamin ketaatan pada aturan dan menghindarkan kemungkinan fragmentasi di antara beberapa blok. Semua aturan itu baru diusulkan dan akan dibahas dalam waktu dekat.
Menyusul pengumuman ini, beberapa kalangan membuat spekulasi. Bocoran rencana aturan—yang muncul beberapa pekan lalu—ditafsirkan sebagai cara Uni Eropa melarang secara temporer penggunaan teknologi kecerdasan buatan, seperti pengenalan muka. Pengaturan ini tak begitu saja disetujui karena di internal Uni Eropa ada perdebatan sejauh mana perlu mengintervensi sektor teknologi digital. Malah ada yang membuat pernyataan tidak ingin disebut sebagai mengatur perusahaan teknologi.
Kalangan perusahaan teknologi berkeyakinan, Uni Eropa bakal membuat aturan yang ketat tentang akses mahadata dan penggunaan kecerdasan buatan. Mereka juga melihat kemungkinan dikenai denda melalui aturan baru. Tanda-tanda ini sebenarnya telah muncul beberapa hari lalu ketika pimpinan puncak perusahaan teknologi bertemu pejabat Uni Eropa di Brussel, Belgia. Mereka membahas beberapa pengaturan, tetapi saat itu tak mengungkap secara jelas arah pertemuan.
Indonesia belum melangkah terlalu jauh. Aturan perlindungan data pribadi juga baru diusulkan ke DPR. Entah, kapan rancangan itu akan dibahas wakil rakyat yang terhormat? (ANDREAS MARYOTO)