Perajin Tas Tanggulangin Ditargetkan Tembus Ekspor Tahun Ini
Sebanyak 20 perajin tas dan koper kulit di Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, ditargetkan menembus pasar ekspor tahun ini setelah selama setahun mendapatkan pendampingan dari Kementerian Perindustrian.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sebanyak 20 perajin tas dan koper kulit di Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, ditargetkan menembus pasar ekspor tahun ini setelah selama setahun mendapatkan pendampingan dari Kementerian Perindustrian. Langkah itu dilakukan untuk menggenjot nilai ekspor alas kaki, kulit, dan teksil nasional.
Ketua Koperasi Industri Tas dan Koper (Intako) Tanggulangin Junaedi mengatakan, pelaku usaha perlu pendampingan manajemen usaha. Mereka harus belajar membuat rencana bisnis, menyusun manajemen keuangan, manajemen penjualan, dan mendapat kepercayaan dari perbankan sebagai penyedia modal usaha.
”Hal itu tidak bisa dilakukan sendiri oleh pelaku usaha. Sebab, sejak industri tas koper Tanggulangin ini berdiri, perajin menjalankan usahanya secara tradisional dan mewariskan usahanya secara turun-temurun,” ujar Junaedi, Jumat (21/2/2020).
Sebanyak 20 industri kecil dan menengah (IKM) tas dan koper Tanggulangin itu memiliki produk dengan kualitas standar nasional dan internasional. Kemampuan produksi mereka tidak diragukan. Namun, hal itu belum cukup sebagai modal untuk berkompetisi di kancah global.
Sejak industri tas dan koper Tanggulangin ini berdiri, perajin menjalankan usahanya secara tradisional dan mewariskan usahanya secara turun-temurun.
Direktur IKM, Kimia, Sandang, Kerajinan, dan Industri Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ratna Utarianingrum mengatakan, 20 IKM itu diseleksi dari total 350 pelaku usaha di Tanggulangin. IKM yang terpilih sudah melewati masa kurasi membuat produk bagus dan berkualitas.
”Tinggal disentuh terus komitmennya dan diperbaiki sistem manajemen usahanya agar mereka bankable. Perajin harus mendapatkan kepercayaan dari perbankan agar mereka bisa menggunakan pemesanan dari luar negeri sebagai agunan pinjaman modal kerja,” kata Ratna disela acara Peluncuran Taman Budaya Tanggulangin, Kamis (20/2/2020).
Untuk menembus pasar global, pelaku usaha dituntut berkomitmen tinggi dalam menghasilkan produk berkualitas. Mereka juga dituntut memahami pentingnya merek produk dan membangun citra produk, harus mampu menyusun katalog produk yang menarik dan dinamis, serta berkemampuan memproduksi dalam skala besar.
Setelah didampingi selama setahun, 20 IKM tas dan koper Tanggulangin ini ditargetkan mulai memasuki pasar global tahun ini. Pemerintah pusat memfasilitasi promosi produk mereka lewat pameran di sejumlah negara. Dengan demikian, IKM tas dan koper kulit Tanggulangin berpotensi besar menyumbang transaksi ekspor produk alas kaki, kulit, dan tekstil nasional.
Data Kemenperin, nilai ekspor produk alas kaki, kulit, dan tekstil nasional 2019 mencapai 5,1 miliar dollar Amerika Serikat. Nilai ekspor itu mengalami surplus. Oleh karena itulah, pemerintah berniat mempertahankan nilai ekspor tahun ini minimal di angka yang sama mengingat kondisi perekonomian dunia yang belum kondusif sepenuhnya.
Caranya dengan mendorong produk-produk yang berpotensi ekspor. Produk tas dan koper kulit Tanggulangin sudah dikenal di pasar ekspor sejak lama. Banyak produk yang sudah menembus pasar Italia, Jepang, dan Belanda. Namun, tidak melalui transaksi langsung, tetapi lewat pihak ketiga.
Dengan adanya pendampingan dari Kemenperin, para perajin diharapkan mampu mengekspor sendiri. Mereka mampu bertransaksi langsung dengan pembeli sehingga pangsa pasarnya menjadi lebih luas. Pada saat yang sama, pemasaran lokal juga terus didorong melalui program revitalisasi kawasan Tanggulangin.
Sekretaris Daerah Sidoarjo Achmad Zaini mengatakan, program revitalisasi kawasan Tanggulangin dimulai 2019 dan dilanjutkan 2020. Salah satu tujuan revitalisasi ini adalah menjadikan sentra industri tas dan koper Tanggulangin sebagai destinasi wisata three in one, yakni wisata belanja, wisata edukasi, dan wisata budaya.
”Saat ini kecenderungan masyarakat adalah senang berwisata. Oleh karena itu, industri Tanggulangin harus berubah dan berbenah menjadi destinasi wisata untuk memperluas pasar produk kulit,” ucap Zaini. Pemkab Sidoarjo juga bersinergi dengan Pemprov Jatim mengatasi beragam kendala yang dihadapi perajin, misalnya, untuk mengatasi kendala bahan baku kulit, dibangun sinergi dengan Pemkab Magetan yang memiliki sentra penyamakan kulit.