Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan kredit pada semester I-2020 akan melambat akibat perlambatan ekonomi global. Tahun ini, bank milik negara itu menargetkan kredit tumbuh 10 persen.
Oleh
Bm lukita grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memperkirakan pertumbuhan kredit pada semester I-2020 akan melambat akibat perlambatan ekonomi global. Tahun ini, bank milik negara itu menargetkan kredit tumbuh 10 persen.
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar, Rabu (19/2/2020), mengatakan, perlambatan ekonomi global pada tahun ini masih akan berlanjut. Wabah virus Covid-19 akan semakin memengaruhi perlambatan ekonomi tersebut.
Hal itu juga akan merambat ke pertumbuhan kredit perbankan. Meski begitu, Bank Mandiri tetap optimistis kredit tetap akan tumbuh sebesar 10 persen.
”Pertumbuhan kredit sampai akhir tahun ini (diperkirakan) hampir 10 persen. Kami berdoa supaya 10 persen. Target kami 10 persen. Kami berharap wabah virus Covid-19 segera tertangani sehingga tidak berkepanjangan,” kata Royke seusai konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank Mandiri di Jakarta.
Menurut Royke, berdasarkan hasil simulasi tim ekonom Bank Mandiri, jika dampak virus Covid-19 berlangsung enam bulan, diperkirakan ada kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL) 0,2 persen-0,3 persen. Saat ini, tim ekonom Bank Mandiri terus mengkaji dampak rambatan wabah virus itu, terutama di sektor perbankan, secara lebih mendalam.
Berdasarkan hasil simulasi tim ekonom Bank Mandiri, jika dampak virus Covid-19 berlangsung enam bulan, diperkirakan ada kenaikan NPL 0,2 persen-0,3 persen.
Kredit sindikasi untuk proyek infrastruktur besar diperkirakan terdampak dan berpotensi tertunda. Efek lainnya akan terasa di sektor pariwisata, transportasi udara, dan otomotif yang mengandalkan suku cadang dari China.
”Di samping itu, industri yang mengandalkan bahan baku dari China akan terhambat untuk produksi. Kalau pabrik terhambat, maka daya beli seperti apa. Kemampuan usaha untuk ekspansi seperti apa. Kajiannya tidak gampang, tetapi pasti ada dampaknya,” ujarnya.
Untuk itu, lanjut Royke, Bank Mandiri mencoba menggali potensi lain untuk terus menjaga pertumbuhan kredit, di antaranya menggarap permintaan domestik untuk kredit mikro dan usaha kecil menengah.
Sementara itu, tingkat suku bunga juga akan dikaji sesuai kondisi pasar. Apabila permintaan kredit tidak naik, suku bunga deposito dan tabungan cenderung akan turun.
Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Silvano Winston Rumantir mengemukakan, target NPL pada tahun ini sebesar 2,1 persen-2,3 persen. Sementara itu, pertumbuhan kredit diprediksi masih aman.
Bank Mandiri mencoba menggali potensi lain untuk terus menjaga pertumbuhan kredit, di antaranya menggarap permintaan domestik untuk kredit mikro dan usaha kecil menengah.
Bank Mandiri sudah memperhitungkan dana pihak ketiga dan ruang yang diperlukan untuk pertumbuhan bisnis. ”Acuan untuk pertumbuhan kredit tidak berubah setelah (pembagian) dividen maupun PSAK 71,” katanya.
Bank Mandiri mencatat, NPL gross pada akhir 2019 turun sebesar 42 basis poin menjadi 2,33 persen dibandingkan dengan Desember 2018. Dampaknya, biaya cadangan kerugian penurunan nilai turut turun 14,9 persen secara tahunan menjadi Rp 12,1 triliun.
Dividen 60 persen
Dalam laporan keuangan 2019, Bank Mandiri membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 27,5 triliun atau tumbuh 9,9 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pencapaian tersebut ditopang antara lain pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 10,7 persen atau sebesar Rp 907,5 triliun.
Dari laba bersih itu, sejumlah 60 persen dialokasikan untuk dividen bagi pemegang saham sebesar Rp 16,49 triliun. Nilai dividen itu meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 11,2 triliun. Sementara sebesar 40 persen laba bersih 2019 akan digunakan sebagai laba ditahan.
”Penetapan besaran dividen tersebut telah memperhatikan kebutuhan likuiditas perseroan dalam mengembangkan bisnis dan memenuhi ketentuan terbaru regulator. Ini juga sebagai bentuk apresiasi perseroan kepada pemegang saham atas kepercayaan dan dukungan,” kata Royke.
RUPST tersebut juga menetapkan perubahan pada susunan komisaris dan direksi. RUPST menyepakati penunjukkan M Chatib Basri sebagai komisaris utama menggantikan Kartika Wirjoatmodjo yang menjadi Komisaris Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Sementara di jajaran direksi, Hery Gunardi diangkat menjadi wakil direktur utama menggantikan Sulaiman Arif Arianto yang telah habis masa jabatannya. Adapun Aquarius Rudianto diangkat menjadi direktur bisnis dan jaringan.
Royke mengatakan, perseroan menyadari tantangan industri perbankan tahun ini akan semakin kompleks, baik dari aspek likuiditas, keberadaan industri teknologi finansial, maupun ketidakpastian situasi ekonomi global. Untuk itu, Bank Mandiri akan terus mewaspadai perkembangan ekonomi terkini dan melakukan inisiatif strategis yang diperlukan berdasarkan pertimbangan efektivitas dan efisiensi.