Belanda Terus Bermitra Kembangkan Industri Perkapalan Indonesia
Industri dan pasar industri perkapalan Indonesia masih akan terus bergairah. Indonesia masih menunjukkan kebutuhan tinggi untuk aneka jenis kapal.
Oleh
KRIS MADA, DARI DEN HAAG, BELANDA
·3 menit baca
DEN HAAG, KOMPAS — Industri perkapalan Belanda yakin pasar perkapalan Indonesia akan terus bergairah. Belanda siap untuk terus bermitra dengan Indonesia dalam mengembangkan industri perkapalan nasional.
Direktur Pemasaran Indonesia-Malaysia untuk Damen Gysbert Boersma mengatakan, visi maritim pemerintahan Presiden Joko Widodo penting bagi industri perkapalan Indonesia.
”Visi itu membutuhkan banyak kapal. Sepanjang periode pertama, galangan-galangan sibuk sekali,” ujarnya, Senin (17/2/2020) malam waktu Den Haag atau Selasa dini hari WIB.
Damen merupakan galangan kapal asal Belanda yang telah membuat sejumlah kapal perang untuk Indonesia. Selama ini, Damen bermitra antara lain dengan PT PAL, PT LEN, dan PT DNS untuk produksi kapal-kapal perang itu.
Boersma optimistis, industri dan pasar industri perkapalan Indonesia masih akan terus bergairah. Indonesia masih menunjukkan kebutuhan tinggi untuk aneka jenis kapal. ”Untuk sektor pertahanan saja, kami melihat banyak peluang pengembangan,” katanya.
Asosiasi galangan kapal dan pemasok industri maritim Belanda, Netherlands Maritime Technology (NMT), menilai, Indonesia akan terus menjadi pasar menarik untuk industri perkapalan. NMT sampai membentuk gugus khusus untuk melayani kebutuhan Indonesia.
”Kami melihat peluang pengembangan kerja sama Indonesia masih sangat terbuka,” Erik Salverda, koordinator gugus khusus Indonesia di NMT.
NMT, kata Salverda, siap bermitra dengan Indonesia untuk pemenuhan industri perkapalan dan maritim. Sebagai sesama negara maritim, Belanda meyakini, Indonesia membutuhkan banyak pengetahuan dan pengalaman untuk pengembangan industri perkapalan dan bangunan air.
Di sektor pertahanan, Indonesia ingin menambah banyak kapal perang untuk memenuhi kebutuhan kekuatan minimum. Sementara di sektor sipil, Indonesia membutuhkan aneka kapal pandu, keruk, angkutan orang dan barang, serta kapal-kapal produksi.
Kapal produksi yang dibutuhkan Indonesia terentang dari kapal keruk, kapal pemasok kebutuhan industri migas lepas pantai, hingga kapal pemasang kabel bawah laut. Kapal keruk dibutuhkan untuk reklamasi, perawatan alur pelayaran dan kolam pelabuhan, serta pertambangan.
Pengembangan
Boersma menyebutkan, Indonesia tidak hanya pasar bagi Damen. Indonesia juga menjadi salah satu etalase kesuksesan produk galangan itu. ”Kami mendapat pesanan kapal perang negara lain, antara lain karena Indonesia memakai produk kami untuk kegiatan internasional,” ujarnya.
Selama ini, Damen telah memasok korvet dan fregat untuk Indonesia. Fregat pesanan Indonesia, KRI RE Martadinata dan KRI I Gusti Ngurah Rai, dirancang untuk dilengkapi dengan rudal permukaan ke udara untuk perang udara dan rudal permukaan ke permukaan serta torpedo untuk perang laut. KRI Martadinata antara lain dipakai TNI AL untuk latihan perang terbesar di Pasifik, Rimpac.
Damen kini menjajaki peluang pengembangan kapal perang dengan Indonesia. Penjajakan itu sesuai dengan keinginan Indonesia untuk mandiri pada sektor pertahanan. ”Kapal perang generasi lanjut ini akan membantu mewujudkan visi kemandirian Indonesia,” ujarnya.
Dalam proses produksi kapal perang sebelum ini, mitra Damen di Indonesia menerima alih teknologi dan pengalaman. ”Dibandingkan dengan proses kapal-kapal pertama, kini mitra kami bisa mengerjakan lebih banyak,” ujarnya.
Kala memproduksi korvet kelas Diponegoro, semua proses produksi dilakukan di Belanda. Setelah itu, secara bertahap dilakukan di Indonesia. ”Kami berharap, ke depan sebagian besar prosesnya bisa dilakukan di Indonesia,” kata dia.
Kemitraan tidak hanya dilakukan dengan pihak yang terkait langsung dengan proses produksi. Kemitraan juga dilakukan dengan lembaga terkait pengembangan dan penelitian. Hal itu akan membantu pemenuhan kebutuhan bahan baku dan tenaga ahli pada masa mendatang.