Sepanjang 2019, pasar Asia Tenggara berkontribusi sebesar 42 persen dalam penjualan batubara Adaro. Urutan berikutnya adalah Asia Timur Jauh, tak termasuk China, sebesar 29 persen, India 15 persen, dan China 12 persen.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
KOMPAS/ AGUS SUSANTO
Ekskavator memindahkan batubara ke truk berat di lokasi tambang Tutupan PT Adaro Indonesia di perbatasan Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan, Rabu (19/5/2010).
JAKARTA, KOMPAS — PT Adaro Energy Tbk tetap mengandalkan pasar Asia Tenggara untuk penjualan batubara di tengah gejolak ekonomi global. Sepanjang 2019, pasar di Asia Tenggara berkontribusi sebesar 42 persen dalam penjualan batubara Adaro.
Dalam laporan kinerja 2019, perusahaan menghadapi tantangan pelemahan ekonomi global, perang dagang Amerika Serikat dan China, ketidakpastian kebijakan pemerintah, serta turunnya harga gas alam cair dunia.
Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab penurunan harga batubara dibandingkan rerata harga 2018. Data pemerintah menyebutkan, rata-rata harga acuan batubara 2019 adalah 77,9 dollar AS per ton atau lebih rendah dibandingkan 2018 yang sebesar 99 dollar AS per ton.
”Permintaan listrik dan batubara di China dan India terkena dampaknya. Namun, permintaan batubara di Malaysia, Filipina, dan Vietnam meningkat seiring dengan usaha mereka menambah kapasitas pembangkit listrik tenaga uap yang baru,” kata Kepala Sekretaris Perusahaan dan Divisi Hubungan Investor Adaro Mahardika Putranto dalam keterangan resmi, Selasa (18/2/2020).
Permintaan listrik dan batubara di China dan India terkena dampaknya. Namun, permintaan batubara di Malaysia, Filipina, dan Vietnam meningkat.
Sepanjang 2019, Adaro memproduksi batubara sebanyak 58 juta ton atau naik dibandingkan 2018 yang sebanyak 54 juta ton. Asia Tenggara adalah tujuan utama penjualan batubara Adaro.
Sepanjang 2019, pasar Asia Tenggara berkontribusi sebesar 42 persen dalam penjualan batubara Adaro. Urutan berikutnya adalah Asia Timur Jauh, tak termasuk China, sebesar 29 persen; India 15 persen, China 12 persen, dan sejumlah negara Eropa, Selandia Baru, atau Pakistan sebesar 2 persen.
Pada 2020, harga batubara dibuka sebesar 65,93 dollar AS per ton untuk periode Januari. Harga sedikit naik menjadi 66,89 dollar AS per ton pada periode Februari. Pemerintah memastikan, pelemahan harga batubara di awal 2020 tidak terkait wabah virus Covid-19 di China. China adalah negara dengan tujuan utama ekspor batubara asal Indonesia.
”Belum ada dampaknya (wabah virus Covid-19). Batubara dalam hal ini adalah sebagai sumber energi, bukan komoditas untuk industri,” ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Bambang Gatot Ariyono dalam rapat dengar pendapat di Komisi VII DPR pekan lalu.
Batubara China
Dalam artikel Bloomberg edisi Senin (17/2/2020), dilaporkan harga batubara di China menurun menyusul pulihnya aktivitas penambangan di negara tersebut. Kabar tersebut menepis kekhawatiran bahwa wabah virus Covid-19 menyebabkan pasokan batubara menjadi ketat. Upaya penanggulangan wabah yang masif menjadi penyebab berkurangnya aktivitas penambangan.
Pengambil kebijakan sektor energi di China mendesak produsen batubara di negara tersebut untuk mempercepat pemulihan produksi. Sekitar dua pertiga dari kapasitas batubara di China telah aktif kembali pada Kamis pekan lalu. Pejabat kepabeanan China mempercepat proses impor batubara untuk memastikan kecukupan pasokan.
Tahun ini, pemerintah menargetkan produksi batubara nasional sebanyak 550 juta ton. Angka tersebut lebih rendah dari realisasi produksi 2019 yang sebanyak 610 juta ton. Pemerintah juga menargetkan kenaikan serapan batubara di pasar domestik dari 138 juta ton di 2019 menjadi 155 juta ton di 2020.
Rencana jangka panjang pemerintah Indonesia untuk komoditas batubara adalah merealisasikan gasifikasi batubara. Untuk merealisasikan gasifikasi batubara di dalam negeri, pemerintah berencana menetapkan harga khusus batubara bagi investor gasifikasi. Dari kajian sementara, harga khusus tersebut dipatok sekitar 20 dollar AS per ton untuk batubara berkalori rendah.
Per 2019, posisi cadangan batubara Indonesia sekitar 40 miliar ton. Di satu sisi, rencana pemanfaatan batubara kerap berseberangan dengan komitmen Indonesia untuk beralih pada sumber energi terbarukan yang lebih bersih.