Kampanye atau promosi offline, yang berbeda dunia dengan strategi pemasaran online, nyatanya masih jadi perhatian publik. Dengan sapaan akrab ”kakak”, pemasar akan meminta waktu kepada seseorang untuk berpromosi.
Oleh
Erika kurnia
·4 menit baca
Seorang pemilik akun Twitter, @gixabs, pada Sabtu (15/2/2020), mem-posting tangkapan video iklan online (dalam jaringan) produk aplikasi perbankan milik Bank BTPN, Jenius. Dalam iklan 10 detik itu, tampak seseorang tengah membersihkan tangan di sebuah toilet umum.
Saat membalikkan badan, sekonyong-konyong perempuan berseragam ungu muncul dari pintu masuk dan bertanya, ”Kakak, udah punya Jenius-nya belum?”
Posting-an itu lantas dikomentari ribuan netizen lainnya. Sampai hari ini, Selasa (18/2/2020), posting-an itu sudah dilihat lebih dari 1 juta penonton, disukai 36.000 orang dan di-retweet 22.000 kali. Mayoritas netizen mengaku merasakan pengalaman yang sama ketika bertemu pemasar produk tersebut di pusat keramaian.
Seorang netizen bernama a movie enthusiast berujar, ”Mereka sadar, lo, kalau strategi nyegat orang itu annoying wkwkwkwk”.
”Jenius pinter banget manfaatin experience orang jadi konten marketing”, kata pemilik akun @rcbhl.
”Selain itu ada juga mbak-mbak Unicef di Gramedia yang selalu minta waktunya sebentar”, kata pemilik akun @kristo_ro yang memberikan contoh lain kegiatan kampanye langsung di ruang publik oleh lembaga dunia untuk anak-anak tersebut.
Unicef Indonesia diketahui sebagai salah satu lembaga non-pemerintahan yang melakukan kegiatan penggalangan dana tatap muka (face to face fundraising). Di Jakarta, tim penggalang dana tersebut kerap turun di ruang publik, seperti stasiun, trotoar jalan, dan pusat perbelanjaan.
Bentuk kampanye atau promosi luar jaringan (luring), yang berbeda dunia dengan strategi marketing (pemasaran) di dalam jaringan (daring), nyatanya masih menjadi tren dan diperhatikan publik.
Dalam menjalankan strategi luring, para pemasar atau pramuniaga biasanya mendekati orang yang tengah beraktivitas di keramaian. Dengan sapaan akrab ”kakak”, mereka akan berusaha meminta waktu orang yang ditarget, lalu mengomunikasikan secara langsung produk atau kampanye mereka.
Mika (27), salah satu pramuniaga Jenius di salah satu mal di Jakarta Barat, mengakui pekerjaannya memang cukup menantang. Meski kaget pada awalnya karena sering mendapat penolakan, ia mulai santai dan tetap memastikan kenyamanan pengunjung mal yang ia dekati.
”Dibawa happyaja. Dukanya kalau nggak ada nasabah, kadang ada hari di mana susah banget (dapat nasabah). Tapi, kalau banyak ya senang,” ujarnya yang baru tujuh bulan bekerja sebagai pramuniaga.
Salah satu tim kampanye penggalang dana Unicef, Desi Sihotang, mengatakan, pekerjaan yang ia jalani saat ini adalah impiannya. Pekerjaan impian yang dimaksud adalah pekerjaan yang tidak hanya duduk di belakang meja, bisa bertemu dan bermanfaat bagi banyak orang.
”Awalnya nggak nyangka bakal dapat pekerjaan yang sesuai keinginan. Tetapi, setelah dijalani, memang nggak semudah yang dikira,” ujarnya yang dihubungi lewat media sosial.
Efektif
Kombinasi promosi di dua media (omni marketing), baik daring maupun luring, menurut Head of Digital Banking Bank BTPN Irwan S Tisnabudi, sangat efektif sebagai strategi pemasaran.
”Kami memberikan pilihan bagi calon nasabah untuk dapat melakukan proses registrasi sampai aktivasi. Selain dapat melalui video call, mereka juga dapat langsung mendatangi offline booth (stan luring) agar pelayanan lebih optimal," ujarnya kepada Kompas.
Menurut dia, karakter masyarakat Indonesia masih membutuhkan keberadaan stan luring untuk edukasi dan pelayanan secara tatap muka.
”Berdasarkan penelitian yang kami lakukan baik secara internal maupun dengan pihak ketiga setiap triwulan di 2019, perbincangan lisan (word of mouth) di antara teman dan keluarga juga berperan penting,” kata Irwan.
Oleh karena itu, mereka menyediakan ratusan stan di banyak kota, mulai dari Jabodetabek, Bandung, Malang, hingga Surabaya. Lalu Cirebon, Yogyakarta, Semarang, Bali, Makassar, Palembang, dan Medan.
Bentuk promosi dan edukasi secara daring juga tetap dilakukan dengan mengandalkan berbagai kanal. Selain melalui media sosial, mereka juga memanfaatkan mesin pencari Google, iklan media, surat elektronik, dan telemarketing.
Setelah tiga tahun, jumlah pengguna Jenius sampai dengan Desember 2019 disebut mencapai lebih dari 2,3 juta nasabah di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah itu meningkat 43 persen dari 1,6 juta nasabah pada Agustus 2019.
Setali tiga uang, penasihat Unicef Indonesia, Hermawan Kartajaya, mengatakan, kampanye luring yang dikerjakan Unicef juga efektif. ”Kalau ditanya efektif atau tidak, (promosi luring) ’yes’,” ujarnya saat dihubungi secara terpisah.
Penyeimbang
Hermawan, yang juga pakar pemasaran, mengatakan, strategi pemasaran luring dibutuhkan sebagai penyeimbang di tengah banjirnya informasi secara daring.
”Informasi online ini sering mengganggu proses sosialisasi. Apalagi, promosi sekarang banyak dilakukan robot. Akhirnya, banyak orang yang lebih ingin ketemu orang secara offline,” kata Presiden Markplus Inc tersebut.
Pria yang juga salah satu penulis buku Planet OMNI: The New Yin Yang of Business ini mengatakan, saat ini promosi luring dan daring perlu dikombinasikan agar pemasaran efektif. Adapun keduanya memiliki perbedaan masing-masing yang harus saling melengkapi.
”Kalau ketemu di dunia nyata, kita, kan, bisa lihat bahasa tubuh dan merasakan lima indera sekaligus. Kalau online, mungkin hanya satu atau dua indera, misalnya teks, gambar, dan suara,” katanya.
Agar efektif, Hermawan mengingatkan pentingnya menghadirkan 5A kepada target pasar. Pasar harus dibuat kenal (aware) dengan suatu produk atau kampanye. Lalu, tertarik (appeal) sebelum akhirnya bertanya (ask). Kemudian bereaksi (act) dan melakukan advokasi untuk menyebarkan pengalaman dari mulut ke mulut.