Bantuan Pangan Nontunai Disalurkan Bersama Beras Sejahtera
Agar Bulog tetap bisa menyerap beras petani di masa panen, beras Bulog yang sudah ada di gudang harus dikeluarkan setidaknya 600.000 ton. Untuk itu, beras sejahtera akan didistribusikan bersamaan dengan pemberian BPNT.
Oleh
Nina Susilo
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perum Bulog memastikan beras dari petani pada musim panen raya ini akan tetap diserap kendati gudang-gudang Bulog sudah terisi beras cadangan pemerintah. Untuk menyalurkan beras cadangan pemerintah di gudang Bulog itu, beras sejahtera juga akan didistribusikan bersamaan dengan pemberian bantuan pangan nontunai.
Saat ini, Bulog masih memiliki 1,8 juta ton beras cadangan pemerintah di gudang-gudang di seluruh Indonesia. Sebanyak 900.000 ton di antaranya beras impor dari tahun 2018. Dari jumlah itu, akan dilakukan proses pemilihan supaya bagian beras yang sudah tak layak bisa disisihkan.
Pada musim panen raya, Maret-April 2020, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, Bulog akan menyerap setidaknya 1,7 juta ton beras dari petani. Hal ini sekaligus untuk menjaga stabilitas harga penjualan pokok petani. Dengan demikian, stok beras pemerintah akan ada di kisaran 3,5 juta ton, yang dinilai sangat aman untuk menghadapi bulan Ramadhan dan Lebaran 2020.
”Urusan Bulog aman, dijamin, bahkan kita masih lebih. Untuk puasa dan Lebaran tidak ada masalah,” kata Budi Waseso di Kantor Wapres, Jakarta, Selasa (18/2/2020).
Kendati demikian, gudang-gudang Bulog saat ini umumnya setengah penuh atau hampir penuh. Di Cirebon, misalnya, gudang Bulog terisi 78 persen dari kapasitas, sedangkan di gudang Bulog Karawang, kapasitas tersisa tinggal 52 persen (Kompas, 10/2/2020).
Supaya beras di gudang Bulog terdistribusi, menurut Budi Waseso, Bulog kembali menyalurkan beras sejahtera (rastra). Hal ini akan ditambahkan pada bantuan pangan nontunai (BPNT) yang diberikan kepada 15,6 juta keluarga penerima manfaat.
BPNT sebenarnya adalah pengalihan dari program rastra. Keluarga penerima manfaat tidak lagi menerima bantuan dalam bentuk beras, tetapi dalam bentuk uang yang ditransfer. Bantuan nontunai ini bisa digunakan untuk membeli beras dengan kualitas yang diinginkan di warung atau toko yang dituju. Namun, pengalihan ini mengurangi saluran distribusi beras cadangan pemerintah yang hanya tiga, yakni rastra, operasi pasar, dan bencana.
Karena itu, menurut Budi Waseso, supaya Bulog tetap bisa menyerap beras petani ke depan sesuai perintah Presiden, beras Bulog harus dikeluarkan setidaknya 600.000 ton. Untuk itu, meskipun rastra sesungguhnya sudah dialihkan menjadi BPNT, tetap akan dikeluarkan rastra yang dalam dua bulan ini setidaknya 300.000 ton.
”BPNT tetap, rastra perintah Presiden tetap jalan,” kata Budi Waseso.
Dengan demikian, 15,6 juta penerima manfaat BPNT akan mendapatkan transferan BPNT juga rastra.
Kendati demikian, Menteri Sosial Juliari Batubara saat dikonfirmasi mengatakan belum mendapatkan informasi tersebut. Direktur Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial Andi Zainal Dulung yang dihubungi secara terpisah juga mengatakan, hal itu sampai sekarang masih wacana.
”Belum ada keputusan pimpinan tentang top up rastra. BPNT yang sekarang dikenal jadi ’sembako’ tetap berjalan sesuai rencana, belum ada perubahan,” ujarnya kepada Kompas.