NTB Optimistis Bisa Jadi Pusat Industri Busana Muslim
Pemprov Nusa Tenggara Barat optimistis bisa menjadikan NTB sebagai pusat industri busana muslim di Indonesia. Balap internasional MotoGP merupakan salah satu langkah merealisasikan industrialisasi di sektor busana ini.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
LOMBOK TENGAH, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat optimistis bisa menjadikan NTB sebagai pusat industri busana muslim di Indonesia. Balap internasional MotoGP yang direncanakan berlangsung pada 2021 merupakan salah satu langkah untuk merealisasikan industrialisasi dan peluang bagi ekonomi kreatif lain.
Hal itu mengemuka pada Creative Dialogue and Mandalika Fashion di Taman Pantai Kuta Mandalika, Pujut, Lombok Tengah, NTB, Selasa (12/2/2020). Kegiatan tersebut merupakan rangkaian Festival Pesona Bau Nyale 2020 yang berlangsung 8-14 Februari 2020.
Hadir sebagai pembicara dalam dialog tersebut Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTB Niken Saptarini Widiawati Zulkieflimansyah, Tim Ahli Dewan Kerajinan Nasional sekaligus desainer Wignyo Rahadi, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTB Achris Sarwani, dan Operation Head The Mandalika I Made Pari Wijaya.
Turut hadir juga dalam acara itu antara lain Ketua Bidang Wirausaha Baru Dewan Kerajinan Nasional Endang Budi Karya beserta rombongan, Ketua Dekranasda kabupaten kota di NTB, dan Staf Ahli Gubernur NTB Bidang Ekonomi, Keuangan, Infrastruktur dan Pembangunan Lalu Syafii.
Kalau hanya kain tenun, nilainya terbatas. Oleh karena itu, agar nilai tambah (memberi kemanfaatan ekonomi yang lebih besar) tinggi, harus menjadi sebuah industri.
Niken mengatakan, Dekranasda Provinsi NTB terus berupaya mengarahkan kegiatan kreatif dan barang kerajinan dapat mendukung pariwisata. Caranya, mengarahkan ke program industrialisasi yang menjadi program Pemprov NTB.
Salah satu potensi yang bisa didorong ke sana yaitu kerajinan tenun yang saat ini tersebar di NTB, baik di Pulau Lombok maupun Sumbawa. Kerajinan itu menjadi modal penting untuk mewujudkan NTB sebagai pusat industri busana muslim atau muslim fashion industry.
”Tenun, baik di Pulau Lombok maupun Sumbawa, mempunyai corak yang sangat indah. Itu potensi yang luar biasa,” kata Niken.
Untuk mewujudkan hal itu, kata Niken, dibutuhkan kerja sama semua pihak. Dekranasda NTB juga mulai menggandeng desainer, termasuk Bank Indonesia, untuk memberikan pelatihan-pelatihan seperti desain dan jahit.
”Ketika kita sudah siap, kita akan punya stok banyak, termasuk penjahit berkualitas. Desain-desain yang bagus, juga model (peraga busana),” kata Niken.
Selain desainer dan Bank Indonesia, mereka juga bekerja sama dengan dinas pendidikan untuk memaksimalkan sekolah menengah kejuruan (SMK), terutama pada jurusan terkait seperti desain tekstil dan penjahit. ”Kami juga terus mengupayakan agar industri busana muslim NTB ini semakin bergaung di tingkat nasional melalui event atau kegiatan promosi lainnya,” kata Niken.
Achris menambahkan, Bank Indonesia sangat peduli kepada komoditas unggulan di setiap daerah sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Jika bicara NTB, sama dengan berbicara pariwisata dan kerajinan, salah satunya tenun.
Oleh karena itu, Bank Indonesia sangat mendukung NTB sebagai pusat industri busana muslim.
”Kalau hanya kain tenun, nilainya terbatas. Oleh karena itu, agar nilai tambah (memberi kemanfaatan ekonomi yang lebih besar) tinggi, harus menjadi sebuah industri,” kata Achris.
Menurut Achris, industri tersebut nantinya, misalnya, akan memproduksi produk siap pakai. Pada saat yang sama juga akan berdampak pada industri turunannya. Misalnya pengusaha kerajinan mutiara dan kerajinan ketak (kerajinan anyaman).
Sejalan dengan Achris, menurut Wignyo, industri akan membuat penjualan lebih besar. Bahkan berpeluang ekspor.
”Jika hanya sebagai heritage atau budaya, sulit melakukan penjualan yang bisa diterima masyarakat, apalagi ekspor,” kata Wignyo yang pada November 2019 lalu bersama Dekranasda NTB dan Bank Indonesia menggelar acara NTB Goes TO Muslim Fashion Industry.
Peluang dari MotoGP
Lalu Syafii menambahkan, pada 2021 event balap motor paling bergengsi di dunia MotoGP ditargetkan bisa digelar. Event itu, kata Syafii, merupakan kebanggan bagi NTB. ”Event itu juga akan memberi peluang yang sangat besar untuk mengembangkan potensi perekonomian masyarakat NTB,” kata Syafii.
Oleh karena itu, sejalan dengan percepatan pembangunan infrastruktur event itu, pemerintah daerah juga berupaya menyiapkan segala sesuatu, termasuk industri kreatif.
”Saya berharap seluruh pemangku kepentingan bersinergi dengan pemerintah untuk pengembangan ekonomi kreatif,” kata Syafii.
Pelaksanaan MotoGP menjadi sangat penting bagi pengembangan sektor ekonomi kreatif di NTB, termasuk dalam mewujudkan industri busana muslim.
Pari Wijaya mengatakan, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) berusaha memberi ruang dan menggandeng pelaku industri kreatif. Misalnya dengan menyediakan arena Bazar Mandalika sebagai pusat atau tempat menjual produk kreatif, seperti cendera mata, termasuk busana (fashion).
Sejalan dengan itu, kata Pari Wijaya, mereka juga ikut meningkatkan kapasitas pelaku industri kreatif, seperti usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Misalnya terkait standardisasi produk agar bisa diterima wisatawan, termasuk pengemasan dan pemasaran.
Jika hanya sebagai heritage atau budaya, sulit melakukan penjualan yang bisa diterima masyarakat, apalagi ekspor.
Menurut Pari Wijaya, dengan besarnya jumlah penonton, maka ajang MotoGP membuka peluang besar bagi pelaku ekonomi kreatif untuk mempromosikan produknya.
Oleh karena itu, kata Pari Wijaya, pihaknya juga akan memberikan cara-cara membangun sistem yang bisa digunakan saat motoGP nanti, misalnya display digital, pemilihan produk, pemesanan, dan pengiriman.