Yani Tak Hanya Dapat Bantuan Beras dan Telur, tetapi Juga Daging Ayam
Nuryani Asih, warga Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, rutin menerima bantuan pangan nontunai (BPNT) selama tiga tahun terakhir. Beras dan telur menopang kehidupan keluarganya.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·5 menit baca
KOMPAS/INSAN ALFAJRI
Warga Johar Baru, Jakarta Pusat, mengantre untuk mengambil bantuan pangan nontunai yang dibagikan pada Selasa (11/2/2020) siang di RPTRA Pulo Gandul, Johar Baru.
Nuryani Asih, warga RT 004 RW 010, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, salah satu keluarga penerima manfaat bantuan pangan nontunai. Selama tiga tahun ini, ia rutin menerima bantuan beras dan telur setiap bulan dari pemerintah. Menurut dia, bantuan tersebut maksimal hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan selama seminggu.
”Beras paling cukup untuk seminggu. Telur malah dua hari sudah habis. Tapi, namanya bantuan, tetap kami syukuri. Apalagi mulai bulan ini juga dapat ayam,” kata Yani saat ditemui di Jakarta, Selasa (11/2/2020).
Ada yang berbeda dari pencairan bantuan pada Februari 2020. Yani mendapatkan sebanyak 8 kilogram beras, 15 butir telur ayam, dan daging seekor ayam. Padahal, pada bulan-bulan sebelumnya, ia hanya mendapatkan 8 kilogram beras dan 10 butir telur.
Yani mengaku, bantuan itu ludes dalam seminggu lantaran digunakan untuk memenuhi kebutuhan makan suami dan kedua anaknya. Selebihnya, ia mengandalkan penghasilan suami untuk makan sehari-hari. Adapun suami Yani bekerja sebagai pegawai di sebuah toko listrik di Mangga Dua, Jakarta Barat, dengan penghasilan Rp 2 juta per bulan.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN
Nuryani Asih, warga RT 004 RW 010, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
Yani dan keluarga saat ini tinggal di sebuah rumah kontrakan berukuran 4 meter x 4 meter di bantaran Kali Ciliwung. Setiap bulan, ia harus membayar sewa rumah kontrakan sebesar Rp 350.000. Selain itu, ia juga harus mengeluarkan uang sekitar Rp 350.000 per bulan untuk keperluan mandi cuci kakus (MCK).
”Setiap kami ke tempat MCK harus membayar Rp 2.000. Untuk mandi setiap pagi saja sudah habis Rp 8.000 sehari,” katanya.
Tiga tahun lalu, keluarga Yani mendapatkan surat dari petugas Dinas Sosial DKI Jakarta. Dalam surat tersebut namanya tercantum sebagai keluarga penerima manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) yang salah satunya mendapatkan bantuan bantuan pangan nontunai (BPNT). Padahal, ia tidak pernah mengajukan diri sebagai penerima bantuan ini sebelumnya.
Tidak jauh dari tempat tinggal Yani, tepatnya di RT 004 RW 010, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, juga terdapat penerima bantuan lainnya, yakni Tukini. Sehari-hari, ibu tunggal ini bekerja sebagai juru cuci dan setrika.
Penghasilan sebagai juru cuci dan setrika setiap bulan sekitar Rp 1,8 juta. Upah bulanan serta bahan pangan bantuan pemerintah itu juga dia gunakan untuk menghidupi dua anak yang tinggal serumah. Sama halnya dengan Yani, ia harus membayar biaya sewa rumah kontrakan sebesar Rp 350.000.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN
Tukini, penerima manfaat BPNT dari RT 004 RW 010, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, memasak di dapur di depan rumah kontrakannya, Selasa (11/2/2020).
”Bantuan beras selama ini cukup untuk makan selama 10 hari. Kalau telur, paling cukup buat dua hari,” ujarnya.
Setiap bulan, Yani dan Tukini harus mengambil BPNT ke Balai RW 002 Kelurahan Angke yang berjarak sekitar 2 kilometer dari tempat tinggal mereka. Sabtu, 8 Februari, saat mengambil BPNT, keduanya harus mengantre hingga sore bersama ratusan penerima bantuan se-Kelurahan Angke.
E-warong diluncurkan oleh Kementerian Sosial untuk mempermudah mekanisme pencairan BPNT.
Saat ditanya mengenai keberadaan elektronik warung gotong royong (e-warong) di sekitar kampung mereka, keduanya tidak mengetahui. Sebab, sejak tiga tahun lalu, mereka selalu mengambil BPNT di Balai RW 002 yang letaknya berdekatan dengan Kantor Lurah Angke.
Kendati tidak dilakukan di e-warong, proses pencairan tetap harus dilakukan dengan cara menggesekkan Kartu Keluarga Sejahtera yang mereka miliki ke mesin pemindai.
E-warong diluncurkan oleh Kementerian Sosial untuk mempermudah mekanisme pencairan BPNT.
Marhani, penerima bantuan asal RT 003 RW 003, Kelurahan Angke, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, tidak dapat hadir dalam pembagian di Balai RW 002 pada Sabtu itu karena sakit. Selasa siang, ia mendatangi rumah salah satu pengurus pencairan untuk meminta bantuan tersebut. Namun, ia harus gigit jari lantaran stok bantuan tersebut sudah habis.
”Saya diminta datang bulan depan saja, nanti akan dikasih dua paket,” ucapnya.
Dua e-warong
Hal berbeda terjadi di Kelurahan Kedaung Kali Angke, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Di sana, warga dapat mengambil BPNT di e-warong terdekat dalam jangka waktu yang cukup panjang. Setidaknya ada dua e-warong yang terdapat di kelurahan tersebut, yakni e-warong Berkah dan e-warong Lestari.
Maulani Jasmin, pengelola e-warong Lestari di RT 002 RW 006, Kampung Kalimati, Kelurahan Kedaung Kali Angke, Kecamatan Cengkareng, mengatakan, biasanya bantuan dari pemerintah turun sekitar pertengahan bulan. Setelah bantuan turun, penerima bebas mengambilnya hingga akhir bulan.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN
Maulani Jasmin, pengelola e-warong Lestari di RT 002 RW 006, Kampung Kalimati, Kelurahan Kedaung Kali Angke, Kecamatan Cengkareng, di depan e-warong Lestari.
”Bulan Januari lalu sempat telat karena ada banjir besar, kan, waktu itu,” ujarnya.
Menurut Jasmin, saat ini KPM yang bernaung di bawah e-warong Lestari setidaknya berjumlah 290 keluarga. Ratusan KPM tersebut tersebar di sejumlah RT dan RW. Tadinya, seluruh penerima se-Kecamatan Cengkareng mengambil BPNT di satu tempat. Namun, sejak dua tahun lalu, di setiap kelurahan dibentuk beberapa e-warong untuk memudahkan penerima.
”Ada penerima di sini yang berbulan-bulan tidak mengambil BPNT karena terlalu jauh. Akhirnya statusnya sebagai penerima diblokir,” katanya.
Tutik (61), warga RT 002 RW 006, Kampung Kalimati, Kelurahan Kedaung Kali Angke, Kecamatan Cengkareng, adalah salah satu yang merasakan manfaat keberadaan e-warong di kelurahannya. Setiap bulan, ia mengambil BPNT tersebut setelah ada pemberitahuan dari Jasmin.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN
Tutik, warga RT 002 RW 006, Kampung Kalimati, Kelurahan Kedaung Kali Angke, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
Tutik tinggal bersama Karto (65), suaminya. Keduanya tidak sanggup jika harus mengambil BPNT ke Kecamatan Cengkareng, terutama karena kondisi fisik mereka sudah melemah. Tutik saat ini menderita diabetes, sedangkan Karto menderita penyakit jantung.
”Ya, kami bersyukur dapat BPNT ini. Cukup membantu karena kami berdua pengangguran. Suami pensiun menjadi sopir sejak 10 tahun lalu,” katanya.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN
Pengumuman di e-warong Lestari.
Kepala Seksi Penanganan Fakir Miskin Dinas Sosial DKI Jakarta Rani Nurani menuturkan, penyaluran BPNT harus melalui e-warong. Terkait adanya beberapa wilayah yang penyalurannya dilakukan di kelurahan atau balai tertentu, hal itu karena pertimbangan keamanan produk dan lokasi.
”Tapi, tetap pengelola e-warung yang mengakomodasi. Para penerima tetap menggesek kartu keluarga sejahtera mereka,” ucapnya.
Saat ini, setidaknya terdapat 253 e-warong di DKI Jakarta. Pemerintah memberikan tambahan bahan-bahan kebutuhan pokok berupa daging ayam, ikan, atau kacang hijau pada tahun ini. Namun, tidak semua e-warong memiliki tempat penyimpanan yang memadai. Oleh sebab itu, proses pencairan terkadang dilakukan di lokasi lain.