Prospek Pasar Keuangan Asia, Termasuk Indonesia, Cerah
Pasar keuangan Asia tetap dihadapkan pada beberapa risiko, seperti situasi geopolitik dan pengaruhnya terhadap fluktuasi harga minyak global, serta penyebaran wabah virus korona baru.
Oleh
karina isna irawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah ancaman virus korona tipe baru, pasar keuangan negara-negara berkembang kawasan Asia tetap memiliki prospek cerah. Faktor fundamental ditopang dampak penurunan suku bunga tahun lalu dan perbaikan kinerja perdagangan global.
Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Freddy Tedja mengatakan, pasar obligasi dan pasar saham di negara berkembang akan lebih menarik dibandingkan dengan negara maju pada 2020. Negara-negara berkembang yang menjadi tujuan investasi mayoritas berada di Asia, termasuk Indonesia.
”Suku bunga rendah dan meredanya konflik perdagangan Amerika Serikat-China menopang pasar keuangan negara-negara berkembang di Asia,” ujar Freddy di Jakarta, Selasa (11/2/2020).
Daya tarik pasar keuangan Asia tidak terlepas dari prospek pertumbuhan ekonomi yang cenderung meningkat. Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan, pertumbuhan ekonomi kelompok negara berkembang di kawasan Asia diproyeksikan sebesar 5,6 persen pada 2018. Kemudian pada 2019 dan 2020, pertumbuhannya masing-masing diperkirakan 5,8 persen dan 5,9 persen.
Freddy menjelaskan, prospek pertumbuhan ekonomi Asia dipengaruhi kebijakan penurunan suku bunga yang cukup agresif sepanjang 2019. Transmisi penurunan suku bunga acuan terhadap kondisi ekonomi membutuhkan waktu setidaknya enam bulan. Dampak penurunan suku bunga lebih besar karena dibarengi kesepakatan perjanjian dagang Amerika Serikat-China.
Di sisi lain, pasar keuangan Asia tetap dihadapkan pada beberapa risiko, seperti situasi geopolitik dan pengaruhnya terhadap fluktuasi harga minyak global, serta penyebaran wabah virus korona tipe baru. Sejauh ini belum ada hubungan yang konsisten antara penyebaran wabah korona dan kondisi pasar saham.
”Penyebaran penyakit endemik mungkin menurunkan saham sektor penerbangan dan perhotelan, tetapi pada saat yang sama meningkatkan saham sektor farmasi. Dampaknya akan terimbangi,” kata Freddy.
Penyebaran penyakit endemik mungkin menurunkan saham sektor penerbangan dan perhotelan, tetapi pada saat yang sama meningkatkan saham sektor farmasi.
Menurut Freddy, Indonesia menjadi salah satu negara paling menarik di kawasan Asia. Pergerakan arus modal asing dipengaruhi kondisi perekonomian domestik yang cukup stabil.
”Investor menilai Indonesia masih berpotensi melonggarkan kebijakan moneter, menjaga disiplin fiskal dan rasio utang, serta mengimplementasikan reformasi struktural,” ujarnya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, pemerintah akan terus meningkatkan kewaspadaan sepanjang 2020. Berbagai dinamika ekonomi global berpotensi memengaruhi sentimen, psikologis, kepercayaan investor, dan akhirnya berdampak pada perekonomian domestik.
Tahun 2020 masih diselimuti ketidakpastian. ”Memasuki minggu pertama tahun 2020 sudah terjadi ketegangan AS-Iran. Bukan tidak mungkin setiap bulan akan terjadi kejutan,” katanya.
Tahun 2020 masih diselimuti ketidakpastian. Memasuki minggu pertama tahun 2020 sudah terjadi ketegangan AS-Iran. Bukan tidak mungkin setiap bulan akan terjadi kejutan.
Sri Mulyani menekankan, wabah virus korona baru yang terjadi di China dan sejumlah negara lain menambah risiko ketidakpastian global. Semua negara, termasuk Indonesia, harus berwaspada tinggi untuk menghalau dampak rambatan ke perekonomian domestik. Terlebih, China adalah mitra dagang utama Indonesia.
Kelas atas
Chief Executive Officer Standard Chartered Bank Indonesia Andrew Chia mengatakan, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil pada 2019 dan 2020 mendorong inovasi produk investasi. Ada peluang pasar yang besar di Indonesia untuk menyasar segmen nasabah kelas menengah atas.
Mengutip data Forbes yang dirilis Desember 2019, harta 50 orang terkaya di Indonesia secara total meningkat menjadi 5,6 miliar dollar AS atau setara Rp 76,2 triliun pada 2019. Total seluruh kekayaan mereka diperkirakan mencapai 134,6 miliar dollar AS.
Menurut Chia, geliat investasi di Indonesia bergantung pada arah kebijakan pemerintah. Dalam lima tahun terakhir, misalnya, pemerintah fokus menggenjot pembangunan proyek infrastruktur sehingga investasi di bidang konstruksi meningkat. Tren investasi menyasar pembiayaan berkelanjutan.
Head of Wealth Management Standard Chartered Bank Indonesia Meru Arumdalu menambahkan, daya tarik investasi Indonesia membuka peluang bagi perbankan untuk menawarkan produknya. Pilihan investasi tidak hanya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan profil risiko investor, tetapi prinsip-prinsip keberlangsungan lingkungan dan aspek sosial.
”Tren produk investasi tahun 2020 bergeser ke instrumen yang memberikan dampak sosial dan keberlanjutan,” ujar Meru.