Moody’s Investor Service mempertahankan peringkat utang bagi Indonesia pada kategori Baa2 dengan outlook stabil. Artinya, surat berharga yang diterbitkan pemerintah masuk kategori moderat dan posisi rating yang stabil.
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lembaga pemeringkat internasional, Moody’s Investor Service, memutuskan untuk tetap mempertahankan peringkat utang bagi Indonesia. Level kualitas utang RI tetap berada pada kategori Baa2 dengan outlook stabil atau setara dengan level BBB.
Mengacu pada definisi rating Moody’s, peringkat Baa2 artinya surat berharga yang diterbitkan Pemerintah Indonesia masuk dalam kategori moderate creditrisk dan medium grade. Adapun stable outlook menggambarkan posisi rating yang akan stabil dalam beberapa waktu ke depan serta menunjukkan risiko yang berimbang.
Dalam keterangan resmi Moody’s yang diterima Kompas, Senin (10/2/2020) malam, Indonesia bertahan di peringkat Baa2 didukung penguatan sejumlah faktor. Hal ini termasuk stabilnya tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia, rendahnya beban utang pemerintah, disiplin fiskal yang konsisten, serta penekanan dan stabilitas makroekonomi.
”Kami berharap reformasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia untuk mengurangi kendala struktural ekonomi dan fiskal terus berlanjut meskipun dilakukan secara bertahap sehingga menunjukkan progres yang relatif lambat dalam beberapa tahun terakhir,” tulis Moody’s.
Faktor kunci yang mendukung keputusan tersebut adalah pertumbuhan ekonomi yang kuat dan stabil serta rendahnya beban utang pemerintah yang dijaga melalui konsistensi disiplin fiskal dan penekanan pada stabilitas makroekonomi.
Di sisi lain, Moody’s juga menyebutkan sejumlah tantangan yang saat ini dihadapi, antara lain penerimaan pemerintah yang rendah, ketergantungan pemerintah terhadap pendanaan eksternal, serta kerentanan struktur ekonomi terhadap siklus komoditas.
Moody’s berpandangan bahwa produk domestik bruto (PDB) yang mencapai lebih dari 1 triliun dollar AS serta populasi penduduk mencapai lebih dari 260 juta jiwa, dengan kecepatan pertumbuhan populasi yang cukup pesat, mampu mendukung daya tahan ekonomi Indonesia dalam meredam tekanan. Meskipun berada dalam fase pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, kinerja ekonomi Indonesia mampu terus melampaui sebagian besar negara pada peringkat Baa.
”Reformasi yang terus berlanjut mampu mengatasi secara gradual sejumlah tantangan, seperti hambatan yang bersumber dari struktur ekonomi dan peraturan, sistem hukum dan peraturan yang perlu diperjelas, serta pasar keuangan domestik yang belum dalam,” sebut Moody’s.
Prospek yang stabil (stable outlook) di level Baa2 mencerminkan risiko yang seimbang, khususnya terkait dengan efektivitas reformasi kebijakan. Pasalnya, penundaan atau pembalikan reformasi kebijakan akan berisiko merusak potensi pertumbuhan dan stabilitas ekonomi makro di Indonesia. Sebaliknya, pembaruan kebijakan yang efektif dibandingkan dengan prediksi Moody’s justru dapat meningkatkan daya saing dan memperkuat posisi eksternal Indonesia.
Surat utang dan deposito A1 atau rupiah tidak berubah atau tetap pada level Baa2. Hal yang sama berlaku untuk surat utang dengan mata uang asing (foreign currency bond). Obligasi mata uang asing dan deposito tidak berubah di Prime-2. Level tersebut bertindak sebagai pelindung rating yang dapat ditetapkan sebagai kewajiban entitas lain yang berdomisili di dalam negeri.
Pada waktu bersamaan, Moody’s juga menegaskan peringkat utang untuk obligasi tanpa jaminan dari program MTN pemerintah yang diterbitkan oleh Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia III pada level Baa2 dan (P) Baa2.
Dalam keterangan tertulis, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, peringkat dari Moody’s mengafirmasi optimisme stakeholders internasional terhadap prospek perekonomian Indonesia di tengah tantangan global dan domestik.
Prospek perekonomian yang tetap positif tersebut merupakan hasil dari sinergi bauran kebijakan yang selaras antara Bank Indonesia dan Pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi.
”BI tetap akan mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik dalam memanfaatkan ruang bauran kebijakan yang akomodatif untuk menjaga tetap terkendalinya inflasi dan stabilitas eksternal serta turut mendukung momentum pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry.