Kolaborasi Mandiri-Bukalapak Genjot Mitra Pengguna QRIS
Usaha mikro menjadi target utama penggunaan Standar Kode Baca Cepat Indonesia (QRIS) karena jumlahnya besar. Hingga akhir Januari 2020, tercatat sebanyak 2,6 juta dari 65 juta UMKM sudah mengadopsi QRIS.
Oleh
Dimas waraditya nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menargetkan merangkul satu juta mitra pedagang pengguna sistem pembayaran nontunai berbasis kode baca cepat di paruh pertama 2020. Target dapat tercapai dengan memberdayakan kongsi usaha mikro dari Bukalapak, sebagai agen laku pandai Bank Mandiri.
Hal tersebut menjadi salah satu tujuan dari kesepakatan kerja sama yang ditandatangani Direktur Konsumer dan Transaksi Ritel Bank Mandiri Hery Gunadi dan CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin di Jakarta, Senin (10/2/2019).
Hery Gunadi mengatakan, saat ini Bank Mandiri telah memiliki sekitar 33.500 agen laku pandai (layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif). Volume transaksinya sebesar Rp 16 triliun per tahun.
Sinergi yang dilakukan dengan Bukalapak tidak hanya bisa memperluas keagenan laku pandai Bank Mandiri, tetapi juga memberikan nilai tambah kepada mitra Bukalapak. Nilai tambah itu bisa dari sisi pelayanan hingga potensi penambahan jumlah pelanggan.
”Di sisi lain, jumlah mitra UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) warung tradisional Bukalapak yang mencapai 1,5 juta dapat membantu penetrasi penggunaan QRIS (Standar Kode Baca Cepat Indonesia). Kami targetkan dalam lima bulan ke depan 1 juta pengguna QRIS masuk dalam jaringan Mandiri,” ujarnya.
Jumlah mitra UMKM warung tradisional Bukalapak yang mencapai 1,5 juta dapat membantu penetrasi penggunaan QRIS. Kami targetkan dalam lima bulan ke depan 1 juta pengguna QRIS masuk dalam jaringan Mandiri.
Menurut Hery, QRIS dihadirkan tidak hanya sebagai alternatif metode pembayaran. QRIS juga akan memudahkan mitra Bukalapak yang menjadi agen laku pandai karena transaksi pembayaran akan langsung masuk ke rekening milik mitra Bukalapak.
Kerja sama ini memungkinkan mitra Bukalapak bertransaksi nontunai dari berbagai layanan digital sehingga memudahkan efisiensi dan arus kas dari warung tradisional.
”Mitra Bukalapak akan dapat menerima transaksi dari berbagai penyedia layanan keuangan digital. Dengan demikian, merchant cukup memiliki satu QRIS untuk seluruh pembayaran,” kata Hery.
Tercatat mulai 1 Januari 2020, seluruh penyedia jasa pembayaran berbasis kode cepat (QR code) telah menerapkan standar yang diluncurkan Bank Indonesia (BI) dengan nama QRIS.
Di tempat terpisah, Deputi Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Ricky Satria mengatakan, usaha mikro menjadi target utama penggunaan QRIS karena jumlahnya besar. Hingga akhir Januari 2020, tercatat sebanyak 2,6 juta dari 65 juta UMKM sudah mengadopsi QRIS.
”BI akan terus mendorong penetrasi penggunaan QRIS. BI telah mengeluarkan surat ke pemerintah daerah di seluruh Indonesia untuk mewajibkan transaksi retribusi menggunakan sistem nontunai,” lanjutnya.
Hingga akhir Januari 2020, tercatat sebanyak 2,6 juta dari 65 juta UMKM sudah mengadopsi QRIS.
Beban biaya
CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan, salah satu topik sosialisasi terkait QRIS yang perlu dilakukan adalah tentang pengenaan biaya (merchant discount rate/MDR) sebesar 0,7 persen dari transaksi yang menggunakan QRIS.
Hal ini kerap ditanyakan pedagang atau merchant karena menjadi hal asing bagi pelaku UMKM. Namun, beban biaya yang harus dikeluarkan akan sebanding dengan jumlah kenaikan nilai dan volume transaksi dari warung penyedia sistem pembayaran QRIS.
”Kalau kita lihat nilai seperti itu tidak terlalu besar dibanding manfaat yang diterima. Kita kemarin survei dengan mitra transaksi pengguna QR bisa naik cukup besar, dua hingga tiga kali lipat,” ujar Rachmat.
Dia optimistis sistem pembayaran QRIS akan cepat diterima dan terus berkembang di sektor UMKM mengingat banyak keuntungan yang akan dirasakan penjual, terutama manfaat untuk meningkatkan efisiensi dari biaya transaksi masyarakat.