Gas Rumah Tangga Bantu Menekan Defisit Neraca Perdagangan
Jaringan gas rumah tangga digalakkan. Penggunaannya bisa membantu mengurangi defisit neraca perdagangan akibat impor minyak dan gas.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan gas rumah tangga dapat membantu mengurangi defisit pada neraca perdagangan minyak dan gas bumi Indonesia. Gas rumah tangga yang dialirkan lewat sambungan pipa dapat menggantikan penggunaan elpiji. Pemerintah menargetkan 10 juta sambungan gas rumah tangga dalam 5-10 tahun mendatang.
Ketua Dewan Penasihat Indonesian Energy and Environmental Institute Satya Widya Yudha mengatakan, sekitar 60 persen elpiji di Indonesia diperoleh dari impor. Penggantian elpiji dengan gas rumah tangga dapat membantu mengurangi defisit neraca perdagangan migas. Apalagi, nilai subsidi elpiji di Indonesia mencapai puluhan triliun rupiah setiap tahun.
”Sekitar 60 persen volume elpiji di Indonesia diperoleh dari impor. Peralihan menggunakan gas rumah tangga efektif mengurangi defisit neraca perdagangan migas nasional, sebab gas rumah tangga sumbernya dari dalam negeri,” ujar Satya, Kamis (6/2/2020), di Jakarta.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan RI pada Januari-Desember 2019 defisit 3,196 miliar dollar AS. Defisit terjadi akibat surplus neraca perdagangan nonmigas 6,152 miliar dollar AS yang tidak dapat menutup defisit neraca perdagangan migas sebesar 9,349 miliar dollar AS.
Hingga 2019, sambungan gas rumah tangga di Indonesia mencapai 400.269 sambungan. Tahun ini, pemerintah menargetkan penambahan 266.070 sambungan pada 49 lokasi di seluruh Indonesia. Dalam jangka panjang, pemerintah menargetkan 10 juta sambungan gas rumah tangga terpasang dalam 5-10 tahun mendatang.
Menurut Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Fanshurullah Asa, kunci pengembangan jaringan gas rumah tangga adalah terbangunnya pipa transmisi gas. Dari pipa transmisi, jaringan dikembangkan melalui pipa distribusi yang selanjutnya diteruskan ke rumah warga. Rencana pembangunan pipa transmisi gas yang menghubungkan Cirebon di Jawa Barat ke Semarang di Jawa Tengah sepanjang 255 kilometer adalah bagian dari rencana pengembangan gas rumah tangga.
”Kuncinya pada pipa transmisi gas. Jaringan gas rumah tangga bisa diwujudkan apabila sudah ada pipa transmisi. Pipa Cirebon ke Semarang yang dijadwalkan selesai dibangun pada Februari 2022, selain untuk dimanfaatkan sektor industri, juga dapat dikembangkan untuk jaringan gas rumah tangga,” ujar Fanshurullah.
Berdasar keterangan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), pembangunan jaringan gas rumah tangga pada tahun ini, selain memberi efisiensi bagi masyarakat sebagai pengguna, juga dapat menghemat impor elpiji hingga 240.000 ton setahun. Untuk mendukung pengembangan jaringan gas rumah tangga, PGN menargetkan pembangunan pipa distribusi gas sepanjang 180 km untuk Jawa dan Sumatera.
”Jawa Timur menjadi salah satu wilayah yang kami fokuskan untuk pengembangan jaringan gas. PGN akan mengembangkan terminal LNG Teluk Lamong dengan kapasitas 40 miliar miliar british thermal unit (BBTUD),” kata Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama.
Langkah lain yang ditempuh pemerintah untuk menekan defisit neraca perdagangan migas adalah melalui pemanfaatan biodiesel sebagai bahan bakar campuran solar. Kebijakan solar B-20 atau kandungan biodiesel 20 persen dalam setiap liter solar pada 2019 mampu menghemat devisa 3,35 miliar dollar AS.
Pada tahun ini, pemerintah menaikkan kadar pencampuran menjadi B-30 dan diharapkan bisa menghemat devisa 4,8 miliar dollar AS.