Layanan urun dana memungkinkan modal usaha bisnis baru dibiayai oleh sekelompok individu. Pembiayaan dilakukan dengan memanfaatkan platform berbasis teknologi informasi.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penyedia layanan urun dana berbasis saham membuka peluang investasi dari masyarakat ke pelaku industri kreatif. Layanan ini diharapkan menjadi solusi atas terbatasnya modal yang dimiliki pelaku usaha.
Layanan urun dana memungkinkan modal usaha bisnis baru dibiayai oleh sekelompok individu. Pembiayaan dilakukan dengan memanfaatkan platform berbasis teknologi informasi. Layanan ini disebut juga equity crowdfunding.
Chief Executive Officer Likuid Kenneth Tali, Kamis (6/2/2020) di Jakarta, mengatakan, layanan ini terbuka bagi seluruh masyarakat Indonesia yang ingin berinvestasi. Likuid akan berperan sebagai perantara yang menghubungkan masyarakat pemodal (investor) dengan pelaku usaha atau pemilik proyek.
Menurut Kenneth, layanan ini fokus pada pelaku industri kreatif dan gaya hidup karena keduanya menjadi bagian besar dari kehidupan masyarakat saat ini, misalnya untuk membeli kopi dan liburan.
”Cara anak muda berbelanja pun berbeda. Mereka menyukai merek yang memiliki cerita. Ini adalah tanda positif bagi perkembangan industri kreatif dan gaya hidup,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Badan Pusat Statistik, ekonomi kreatif menyumbang 7,38 persen terhadap perekonomian nasional pada 2015. Produk domestik bruto (PDB) ekonomi kreatif pada tahun itu pun mencapai Rp 852,24 triliun.
Pada 2017, nilai kontribusi ekonomi kreatif disebut mencapai Rp 1.000 triliun. Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB Indonesia meningkat menjadi Rp 1.105 triliun pada 2018. Pada 2019, kontribusi ekonomi kreatif diperkirakan mencapai Rp 1.211 triliun (Kompas.id, 23/11/2019).
Minimalkan hambatan
Kenneth optimistis industri kreatif masih akan terus bertumbuh apabila hambatan modal bisa diminimalkan. Namun, data Bekraf pada 2017 menyatakan 92,37 persen pelaku industri kreatif masih mengandalkan modal pribadi. Sebanyak 24,4 persen mengandalkan pinjaman bank dan 0,66 persen dengan modal ventura.
Layanan urun dana melalui Likuid bisa dilakukan dengan investasi minimal Rp 100.000. Potensi imbal hasil yang diperoleh dari investasi tersebut 12-20 persen per proyek. Ada enam sektor bisnis yang disasar, yakni kuliner, hiburan, kecantikan, kesehatan, perusahaan rintisan, dan esports.
Kenneth mengatakan, Likuid menargetkan adanya 40.000 pengguna di platform tersebut hingga akhir 2020. Ia juga menargetkan penyaluran dana sebesar Rp 40 miliar hingga akhir 2020.
”Proses penyaluran dana di Likuid mirip P2P (peer to peer) lending. Sebuah proyek bisa ada di laman kami maksimal selama dua bulan. Ketika target dana sudah terpenuhi, dana itu akan kami serahkan ke pemilik proyek maksimal selama 14 hari kerja. Bedanya skema ini dengan P2P lending adalah adanya metode bagi hasil dari keuntungan sebuah proyek,” tutur Kenneth.
Ketua Harian Asosiasi Fintech Indonesia Mercy Simorangkir mengatakan, tekfin equity crowdfunding tengah berkembang. Saat ini ada 399 perusahaan rintisan tekfin di asosiasi, sembilan di antaranya perusahaan rintisan equity crowdfunding.
Mercy menyambut baik adanya model pendanaan equity crowdfunding sebagai bentuk inovasi keuangan digital. Ia berharap manfaat tekfin dapat dirasakan oleh masyarakat serta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.
Layanan urun dana berbasis saham juga menjadi ekosistem baru di pasar modal walaupun ada di luar lantai bursa saham. Layanan ini juga menjadi kategori baru penggalangan dana publik setelah papan utama, papan pengembangan, dan papan akselerasi.
CEO dan sutradara Rumah Produksi Capo dei Capi, Andibachtiar Yusuf, mengatakan, pendanaan suatu proyek kreatif biasanya dilakukan secara terbatas. Hanya orang-orang tertentu yang dapat menjadi investor. Ia berharap layanan urun dana bisa memudahkan pelaku industri kreatif dalam hal modal.
”Semoga dengan ini industri film Indonesia bisa semakin berkembang,” kata Andibachtiar. Film Dealova 2 yang ia garap terdaftar sebagai proyek pendanaan pertama di Likuid. Selain Dealova 2, ada pula proyek dari ADX Asia, Sour Sally Group, dan Stellar Indonesia.