Realisasi penanaman modal di sektor manufaktur turun di tengah pertumbuhan investasi Indonesia secara menyeluruh sepanjang 2019.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Realisasi penanaman modal di sektor manufaktur turun di tengah pertumbuhan investasi Indonesia secara menyeluruh sepanjang 2019. Penurunan itu mencerminkan kompleksitas pertimbangan penanaman modal di sektor manufaktur yang belum menarik bagi investor.
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi sepanjang 2019 secara total tumbuh 12,2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi, realisasi investasi di sektor manufaktur atau industri pengolahan, baik dari asing maupun dalam negeri, turun 2,8 persen secara tahunan.
Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjadja Kamdani berpendapat, penurunan itu mencerminkan kompleksitas iklim di sektor industri pengolahan. ”Penanaman modal di sektor manufaktur lebih kompleks karena investor mesti meninjau tipe rantai pasok global perindustrian atau tipe produksi manufaktur yang diolah di suatu negara,” katanya saat dihubungi, Kamis (30/1/2020).
Shinta merinci, tinjauan investor tersebut meliputi produktivitas serta efisiensi biaya produksi dan konektivitas yang menyokong kelancaran rantai pasok. Apabila salah satu aspek ini tak terpenuhi, investor berpotensi tidak tertarik menanamkan modalnya.
Di sisi lain, Shinta menyoroti, negara berkembang lain, khususnya anggota ASEAN, tengah berbenah meningkatkan daya tarik di sektor manufaktur. Oleh karena itu, dia berharap, pemerintah pusat dan daerah berkomitmen membentuk dan mengimplementasikan aturan-aturan yang berkaitan dengan perizinan hingga produksi industri pengolahan dalam rangka mengundang investor.
Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi di sektor manufaktur secara total (penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri) sepanjang 2019 mencapai Rp 215,9 triliun. Penurunan terjadi sejak 2016 yang mencatatkan realisasi senilai Rp 335,8 triliun.
Seiring dengan penurunan realisasi investasi di sektor manufaktur, Badan Pusat Statistik mendata, ekspor industri pengolahan sepanjang 2019 turun 2,73 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai ekspor industri pengolahan pada 2019 tercatat sebesar 126,57 miliar dollar Amerika Serikat.
Melorotnya nilai ekspor tersebut juga diikuti turunnya impor bahan baku/penolong dan barang modal sepanjang 2019. Berdasarkan data BPS, penurunan dua kelompok barang itu masing-masing 11,07 persen dan 5,13 persen secara tahunan.
Peneliti dari Center of Investment, Trade, and Industry Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho, menyayangkan penurunan investasi di sektor manufaktur ini. Menurut dia, saat ini Indonesia mesti menggarap sektor manufaktur untuk mendukung transformasi perekonomian secara nasional.
Andry berpendapat, tren penurunan realisasi investasi di sektor industri pengolahan disebabkan belum ajeknya posisi manufaktur Indonesia dalam rantai nilai global. Akibatnya, investor enggan menanamkan modal.
Secara keseluruhan, BKPM mendata, realisasi penanaman modal di Indonesia sepanjang 2019 mencapai Rp 809,6 triliun. Secara terinci, penanaman modal yang berasal dari asing Rp 423,1 triliun, sedangkan yang berasal dari dalam negeri Rp 386,5 triliun.
Melalui siaran pers, Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyatakan, capaian pertumbuhan penanaman modal secara keseluruhan menunjukkan komitmen BKPM dalam mengawal dan mengeksekusi investasi yang mengalir ke Indonesia. BKPM juga akan fokus pada investasi yang menggandeng usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar menciptakan efek berganda bagi perekonomian nasional.